'''Singamangaraja''' ([[Surat Batak]]: ᯘᯪᯝᯔᯝᯒᯐ) adalah bentuk penguasa dalam masyarakat [[Suku Batak|Batak]] yang berada di atas namun tidak mencampuri [[otonomi]] penguasa huta, horja, dan bius.{{efn|Huta adalah, horja adalah, bius adalah.}} Singamangaraja bertindak dalam penyelesaian persengketaan, penghentian peperangan, membuat perdamaian, dan pembebasan orang-orang terpasung.{{sfn|Tobing|1957|p=9}} Singamangaraja tidak membentuk huta, horja, bius maupun mengangkat penguasanya. Berbeda dengan penguasa pada umumnya, para Singamangaraja tidak menaklukkan daerah apa pun.{{Sfn|Tobing|1957|p=12}}
== Sejarah ==
=== Singamangaraja VII ===
=== Singamangaraja VIII ===
Pada masa pemerintahannya, Si Singamangaraja VIII pernah mengunjungi [[Raya, Simalungun|Partuanan Raya]]. Penguasa Raya pada saat itu hendak menjamu Singamangaraja VIII dengan daging kerbau, namun semua kerbaunya sedang berkeliaran di padang rumput. Singamangaraja VIII kemudian memanggil salah satu kerbau yang bernama Partogi Dalan. Kerbau itu berlari menuju halaman Rumah Bolon Raya lalu disembelih untuk menjamu Si Singamangaraja VIII. Singamangaraja VIII pernah berpesan kepada penduduknya untuk menggantungkan dedaunan di atas pintu dan menyembelih kerbau atau ayam putih untuk menghindari penyakit sampar. Ketika Singamangaraja VIII berhalangan untuk menghentikan peperangan secara langsung, ia akan mengirimkan wakilnya untuk membawakan tongkatnya sebagai tanda bagi pihak yang sedang berperang agar segera berhenti. Dari pernikahannya dengan [[Aritonang|boru Aritonang]], Singamangaraja VIII mempunyai dua orang putra, salah satunya adalah Ompu Sohalompoan yang tinggal bersama boru Aritonang di [[Muara, Tapanuli Utara|Muara]].
=== Singamangaraja IX ===
Singamangaraja IX bernama Ompu Sohalompoan Sinambela. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja VIII. Ia tinggal bersama ibunya dan kakek-neneknya di Muara. Setahun setelah meninggalnya Si Singamangaraja VIII, para Raja Parbaringin mulai mengadakan upacara penunjukan Singamangaraja yang baru. Dari antara kedua orang putra Singamangaraja VIII, hanya Ompu Sohalompoanlah yang sanggup untuk menghunus Piso Gaja Dompak. Oleh karena itu, Ompu Sohalompoan dinobatkan sebagai Singamangaraja IX. Pada saat penobatannya, sedang terjadi musim kemarau, namun orang beramai-ramai datang ke Bakkara. Sementara Singamangaraja IX menari ({{lang-bbc|''manortor''}}), orang-orang menadahkan tangan kanannya sambil berseru "''joajoa''". Singamangaraja IX memiliki dua orang putra, yaitu Tuan Nabolon dan Ompu Raja Ihutan.
=== Singamangaraja X ===
Singamangaraja X bernama Tuan Nabolon Sinambela. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja IX. Singamangaraja X memiliki dua istri, yaitu [[Aritonang|boru Aritonang]] dan [[Nainggolan|boru Nainggolan]]. Dari perkawinannya dengan boru Aritonang, Singamangaraja X memiliki dua orang putra, yaitu Ompu Sohahuaon dan Ompu Sohuturon. Dari perkawinannya dengan boru Nainggolan, Singamangaraja X memiliki seorang putra, yakni Raja Lambung. Setelah dewasa, Raja Lambung merantau ke daerah [[Kota Tanjungbalai|Asahan]]. Namun, ia kemudian diserahkan kepada Belanda dan disiksa. Kabarnya tidak pernah terdengar lagi setelah itu. Singamangaraja X juga memiliki seorang saudara perempuan, yakni Nai Hapatian. Singamangaraja X melarang Nai Hapatian untuk menikah selama masih berada di daerah tempat tinggalnya meskipun Nai Hapatian telah dipinang oleh putra Ompu Palti. Sebelum pergi meninggalkan Bakkara, Nai Hapatian meminta sebuah cincin yang disebut tintin tumbuk kepada Singamangaraja X sebagai pertanda keturunan Singamangaraja. Setelah menerima tintin tumbuk, Nai Hapatian pergi merantau bersama putra Ompu Palti hingga ke wilayah Aceh Tengah.
=== Singamangaraja XI ===
=== Singamangaraja XII ===
{{Utama|Sisingamangaraja XII {{!}} Si Singamangaraja XII}}
== Catatan ==
{{Refbegin}}
* {{Cite book|last=L. Tobing|first=Adniel|date=Mei 1957||title=Sedjarah Si Singamangaradja I–XII: Radja Jang Sakti, Pahlawan Jang Gagah Perkasa|language=id|location=[[Kota Medan|Medan]]|publisher=Firman Sihombing|url-status=live}|ref={{sfnref|Tobing|1957}}}}
* {{Cite book|last=L. Tobing|first=Tiurma|date=2008||title=Raja Si Singamangaraja XII|language=id|location=Jakarta|publisher=Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah Dan Purbakala Direktorat Nilai Sejarah|url-status=live}|ref={{sfnref|Tobing|2008}}}}
{{Refend}}
|