Pengguna:Kris Simbolon/Singamangaraja: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
enriching
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 39:
=== Singamangaraja VIII ===
Pada masa pemerintahannya, Si Singamangaraja VIII pernah mengunjungi [[Raya, Simalungun|Partuanan Raya]]. Penguasa Raya pada saat itu hendak menjamu Singamangaraja VIII dengan daging kerbau, namun semua kerbaunya sedang berkeliaran di padang rumput. Singamangaraja VIII kemudian memanggil salah satu kerbau yang bernama Partogi Dalan. Kerbau itu berlari menuju halaman Rumah Bolon Raya lalu disembelih untuk menjamu Si Singamangaraja VIII. Singamangaraja VIII pernah berpesan kepada penduduknya untuk menggantungkan dedaunan di atas pintu dan menyembelih kerbau atau ayam putih untuk menghindari penyakit sampar. Ketika Singamangaraja VIII berhalangan untuk menghentikan peperangan secara langsung, ia akan mengirimkan wakilnya untuk membawakan tongkatnya sebagai tanda bagi pihak yang sedang berperang agar segera berhenti. Dari pernikahannya dengan [[Aritonang|boru Aritonang]], Singamangaraja VIII mempunyai dua orang putra, salah satunya adalah Ompu Sohalompoan yang tinggal bersama boru Aritonang di [[Muara, Tapanuli Utara|Muara]].
 
=== Singamangaraja IX ===
Singamangaraja IX bernama Ompu Sohalompoan Sinambela. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja VIII. Ia tinggal bersama ibunya dan kakek-neneknya di Muara. Setahun setelah meninggalnya Si Singamangaraja VIII, para Raja Parbaringin mulai mengadakan upacara penunjukan Singamangaraja yang baru. Dari antara kedua orang putra Singamangaraja VIII, hanya Ompu Sohalompoanlah yang sanggup untuk menghunus Piso Gaja Dompak. Oleh karena itu, Ompu Sohalompoan dinobatkan sebagai Singamangaraja IX. Pada saat penobatannya, sedang terjadi musim kemarau, namun orang beramai-ramai datang ke Bakkara. Sementara Singamangaraja IX menari ({{lang-bbc|''manortor''}}), orang-orang menadahkan tangan kanannya sambil berseru "''joajoa''". Singamangaraja IX memiliki dua orang putra, yaitu Tuan Nabolon dan Ompu Raja Ihutan.
 
=== Singamangaraja X ===
Singamangaraja X bernama Tuan Nabolon Sinambela. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja IX. Singamangaraja X memiliki dua istri, yaitu [[Aritonang|boru Aritonang]] dan [[Nainggolan|boru Nainggolan]]. Dari perkawinannya dengan boru Aritonang, Singamangaraja X memiliki dua orang putra, yaitu Ompu Sohahuaon dan Ompu Sohuturon. Dari perkawinannya dengan boru Nainggolan, Singamangaraja X memiliki seorang putra, yakni Raja Lambung. Setelah dewasa, Raja Lambung merantau ke daerah [[Kota Tanjungbalai|Asahan]]. Namun, ia kemudian diserahkan kepada Belanda dan disiksa. Kabarnya tidak pernah terdengar lagi setelah itu. Singamangaraja X juga memiliki seorang saudara perempuan, yakni Nai Hapatian. Singamangaraja X melarang Nai Hapatian untuk menikah selama masih berada di daerah tempat tinggalnya meskipun Nai Hapatian telah dipinang oleh putra Ompu Palti. Sebelum pergi meninggalkan Bakkara, Nai Hapatian meminta sebuah cincin yang disebut tintin tumbuk kepada Singamangaraja X sebagai pertanda keturunan Singamangaraja. Setelah menerima tintin tumbuk, Nai Hapatian pergi merantau bersama putra Ompu Palti hingga ke wilayah Aceh Tengah. Singamangaraja X dibunuh oleh Tuanku Rao. Setelah Singamangaraja wafat, Ompu Raja Ihutan (saudara Singamangaraja X) merebut kekuasaan dengan cara mengawini boru Aritonang, istri tertua Singamangaraja X. Hal ini tidak bisa diterima oleh penduduk, mereka menuntut upacara pemilihan Singamangaraja dengan cara yang sah, yakni menghunus Piso Gaja Dompak. Setelah diadakan upacara, Ompu Raja Sohahuaonlah yang bisa menghunus Piso Gaja Dompak.
 
=== Singamangaraja XI ===
{{Utama|Sisingamangaraja XI {{!}} Si Singamangaraja XI}}
Singamangaraja XI bernama Ompu Raja Sohahuaon Sinambela. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja XI. Singamangaraja XI memiliki dua orang istri, yaitu boru Aritonang dan boru Situmorang. Dari perkawinannya dengan boru Aritonang, Singamangaraja XI memiliki empat orang anak: seorang laki-laki yang bernama Parlopuk dan tiga orang perempuan. Dari perkawinannya dengan boru Situmorang, Singamangaraja XI memiliki empat orang anak: seorang laki-laki yang bernama Patuan Bosar dan tiga orang perempuan.
Pada tahun 1853, Si Singamangaraja XI dikunjungi oleh [[Herman Neubronner van der Tuuk]]. Singamangaraja XI menyangka bahwa Van Der Tuuk adalah Raja Lambung yang selama ini menghilang. Menurut cerita Van Der Tuuk, Singamangaraja XI menjaga agar bulu lidahnya tidak kelihatan selama berbicara dengan Van Der Tuuk. Setelah mengunjungi Singamangaraja XI, Van Der Tuuk meninggalkan Bakkara dan diam-diam pergi menuju Barus melalui Silindung dan Naipospos.
Dalam masa pemerintahannya, Singamangaraja XI pernah mendamaikan kelompok Raja Sumba dengan kelompok Raja Sobu. Singamangaraja XI menetapkan bahwa Pekan Situmba diperuntukkan bagi keturunan Raja Sumba di Sipoholon, sedangkan Pekan Sitahuru bagi keturunan Raja Sobu di Hutatoruan.
Singamangaraja XI merupakan Singamangaraja pertama yang bertemu dengan para [[Daftar misionaris di Tanah Batak|misionaris]]. Ia menjalin hubungan persahabatan dengan [[Ludwig Ingwer Nommensen]]. Singamangaraja XI pernah berkunjung ke rumah Nommensen dan disuguhi makanan meskipun akhirnya ia hanya memakan sedikit roti yang disajikan. Nommensen juga pernah meminta kepada Singamangaraja XI seekor kuda yang berwarna sama dengan kuda milik Singamangaraja XI. Ketika akan wafat, Singamangaraja XI pernah berpesan agar kudanya diberikan kepada Nommensen.
=== Singamangaraja XII ===
{{Utama|Sisingamangaraja XII {{!}} Si Singamangaraja XII}}