Pengguna:Kris Simbolon/Singamangaraja: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Pengaruh: refining Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
→Daftar Singamangaraja: refining Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 17:
== Daftar Singamangaraja ==
=== Singamangaraja I ===
'''Singamangaraja I''' bernama '''Raja Manghuntal Sinambela'''.
=== Singamangaraja II ===
'''Singamangaraja II''' bernama '''Ompu Raja Tinaruan Sinambela'''. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja I. Dalam masa pemerintahannya, Singamangaraja II pernah membuat sumur bagi penduduk Laguboti yang dilanda kemarau panjang. Sumur tersebut dikenal sebagai Sumur Si Singamangaraja. Dari perkawinannya dengan boru Situmorang, Singamangaraja II mempunyai putra yang diberi nama Raja Itubungna.
=== Singamangaraja III ===
'''Singamangaraja III''' bernama '''Raja Itubungna Sinambela'''. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja II. Ia dikandung selama 18 bulan oleh ibunya, boru Situmorang. Raja Itubungna diangkat sebagai Singamangaraja III setelah Singamangaraja II menghilang. Singamangaraja III dinobatkan di Bakkara. Singamangaraja III memperistri boru Situmorang yang berasal dari Urat, Samosir. Dalam masa pemerintahannya, Singamangaraja III menetapkan beberapa hukum baru, di antaranya:
# Pembukaan perkampungan baru hanya boleh dilakukan setelah disetujui oleh Raja Parbaringin.
# Tanah kosong boleh digunakan atas izin pemerintah.
Baris 32:
Singamangaraja III memiliki putra yang bernama Sorimangaraja. Tidak lama setelah kelahiran Sorimangaraja, Singamangaraja III pun menghilang.
=== Singamangaraja IV ===
'''Singamangaraja IV''' bernama '''Sorimangaraja Sinambela'''. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja III. Ia diangkat menjadi Singamangaraja mengantikan ayahnya yang menghilang. Suatu hari, Singamangaraja IV jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Jenazahnya tidak menghilang seperti para Singamangaraja pendahulunya. Singamangaraja IV mempunyai seorang putra yang bernama Pallongos.
=== Singamangaraja V ===
'''Singamangaraja V''' bernama '''Pallongos Sinambela'''. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja IV. Ayahnya meninggal pada saat ia masih kecil dan belum [[pubertas]]. Meskipun masih kecil, para Raja Parbaringin sepakat untuk mengizinkannya mencoba menghunus Piso Gaja Dompak dalam upacara permohonan pengganti Singamangaraja IV kepada Tuhan. Ternyata, Pallongos sanggup untuk menghunus Piso Gaja Dompak sehingga akhirnya ia diangkat sebagai Singamangaraja V. Di kemudian hari, ia menikahi [[Lumbantoruan|boru Lumban Toruan]]. Dari pernikahannya ini, ia mempunyai seorang putra yang bernama Pangulbuk.
=== Singamangaraja VI ===
'''Singamangaraja VI''' bernama '''Pangulbuk Sinambela'''. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja V. Pada saat penobatannya menjadi Singamangaraja, penduduk beramai-ramai mengunjungi Bakkara dengan mempersembahkan kambing putih, anak ayam berwarna merah dan putih, ulos jugia, dan empat uang ringgit kepadanya. Pada masa pemerintahannya, Singamangaraja VI mendirikan Bale Pasogit (rumah peribadatan) di Bakkara. Penduduk menyediakan bahan-bahan bangunan secara kekeluargaan: marga [[Sihombing]] menyediakan ijuk, marga [[Simanullang]] menyediakan tiang, marga [[Bakkara]] menyediakan rasuk, marga [[Sihite]] menyediakan balok, dan Raja Poreme menyediakan batu.
=== Singamangaraja VII ===
=== Singamangaraja VIII ===
Pada masa pemerintahannya, Si Singamangaraja VIII pernah mengunjungi [[Raya, Simalungun|Partuanan Raya]]. Penguasa Raya pada saat itu hendak menjamu Singamangaraja VIII dengan daging kerbau, namun semua kerbaunya sedang berkeliaran di padang rumput. Singamangaraja VIII kemudian memanggil salah satu kerbau yang bernama Partogi Dalan. Kerbau itu berlari menuju halaman Rumah Bolon Raya lalu disembelih untuk menjamu Si Singamangaraja VIII. Singamangaraja VIII pernah berpesan kepada penduduknya untuk menggantungkan dedaunan di atas pintu dan menyembelih kerbau atau ayam putih untuk menghindari penyakit sampar. Ketika Singamangaraja VIII berhalangan untuk menghentikan peperangan secara langsung, ia akan mengirimkan wakilnya untuk membawakan tongkatnya sebagai tanda bagi pihak yang sedang berperang agar segera berhenti. Dari pernikahannya dengan [[Aritonang|boru Aritonang]], Singamangaraja VIII mempunyai dua orang putra, salah satunya adalah Ompu Sohalompoan yang tinggal bersama boru Aritonang di [[Muara, Tapanuli Utara|Muara]].
=== Singamangaraja IX ===
'''Singamangaraja IX''' bernama '''Ompu Sohalompoan Sinambela'''. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja VIII. Ia tinggal bersama ibunya dan kakek-neneknya di Muara. Setahun setelah meninggalnya Si Singamangaraja VIII, para Raja Parbaringin mulai mengadakan upacara penunjukan Singamangaraja yang baru. Dari antara kedua orang putra Singamangaraja VIII, hanya Ompu Sohalompoanlah yang sanggup untuk menghunus Piso Gaja Dompak. Oleh karena itu, Ompu Sohalompoan dinobatkan sebagai Singamangaraja IX. Pada saat penobatannya, sedang terjadi musim kemarau, namun orang beramai-ramai datang ke Bakkara. Sementara Singamangaraja IX menari ({{lang-bbc|''manortor''}}), orang-orang menadahkan tangan kanannya sambil berseru "''joajoa''". Singamangaraja IX memiliki dua orang putra, yaitu Tuan Nabolon dan Ompu Raja Ihutan.
=== Singamangaraja X ===
'''Singamangaraja X''' bernama '''Tuan Nabolon Sinambela'''. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja IX. Singamangaraja X memiliki dua istri, yaitu [[Aritonang|boru Aritonang]] dan [[Nainggolan|boru Nainggolan]]. Dari perkawinannya dengan boru Aritonang, Singamangaraja X memiliki dua orang putra, yaitu Ompu Sohahuaon dan Ompu Sohuturon. Dari perkawinannya dengan boru Nainggolan, Singamangaraja X memiliki seorang putra, yakni Raja Lambung. Setelah dewasa, Raja Lambung merantau ke daerah [[Kota Tanjungbalai|Asahan]]. Namun, ia kemudian diserahkan kepada Belanda dan disiksa. Kabarnya tidak pernah terdengar lagi setelah itu. Singamangaraja X juga memiliki seorang saudara perempuan, yakni Nai Hapatian. Singamangaraja X melarang Nai Hapatian untuk menikah selama masih berada di daerah tempat tinggalnya meskipun Nai Hapatian telah dipinang oleh putra Ompu Palti. Sebelum pergi meninggalkan Bakkara, Nai Hapatian meminta sebuah cincin yang disebut tintin tumbuk kepada Singamangaraja X sebagai pertanda keturunan Singamangaraja. Setelah menerima tintin tumbuk, Nai Hapatian pergi merantau bersama putra Ompu Palti hingga ke wilayah Aceh Tengah. Singamangaraja X dibunuh oleh Tuanku Rao. Setelah Singamangaraja wafat, Ompu Raja Ihutan (saudara Singamangaraja X) merebut kekuasaan dengan cara mengawini boru Aritonang, istri tertua Singamangaraja X. Hal ini tidak bisa diterima oleh penduduk, mereka menuntut upacara pemilihan Singamangaraja dengan cara yang sah, yakni menghunus Piso Gaja Dompak. Setelah diadakan upacara, Ompu Raja Sohahuaonlah yang bisa menghunus Piso Gaja Dompak.
=== Singamangaraja XI ===
{{Utama|Sisingamangaraja XI {{!}} Si Singamangaraja XI}}
'''Singamangaraja XI''' bernama '''Ompu Raja Sohahuaon Sinambela'''. Ia adalah putra kandung Si Singamangaraja XI. Singamangaraja XI memiliki dua orang istri, yaitu boru Aritonang dan boru Situmorang. Dari perkawinannya dengan boru Aritonang, Singamangaraja XI memiliki empat orang anak: seorang laki-laki yang bernama Parlopuk dan tiga orang perempuan. Dari perkawinannya dengan boru Situmorang, Singamangaraja XI memiliki empat orang anak: seorang laki-laki yang bernama Patuan Bosar dan tiga orang perempuan.
Pada tahun 1853, Si Singamangaraja XI dikunjungi oleh [[Herman Neubronner van der Tuuk]]. Singamangaraja XI menyangka bahwa Van Der Tuuk adalah Raja Lambung yang selama ini menghilang. Menurut cerita Van Der Tuuk, Singamangaraja XI menjaga agar bulu lidahnya tidak kelihatan selama berbicara dengan Van Der Tuuk. Setelah mengunjungi Singamangaraja XI, Van Der Tuuk meninggalkan Bakkara dan diam-diam pergi menuju Barus melalui Silindung dan Naipospos.
|