Suku Batak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membatalkan 1 suntingan by Dasimarajo (bicara): Refining (🗿 yoww) Tag: Pembatalan |
will be enriched and refined later Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 1:
{{Contains special characters|special=[[Surat Batak]]}}
'''Suku Batak''' merupakan [[kelompok etnik]] terbesar ketiga di [[Indonesia]], berdasarkan [[sensus]] dari [[Badan Pusat Statistik]] pada tahun [[2010]]. Nama ini merupakan sebuah
{{ethnic group|group=Suku Batak <br>
Baris 102:
== Sejarah ==
Orang Batak adalah penutur bahasa [[rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]], tetapi tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Sumatra Utara. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari [[Republik Tiongkok|Taiwan]] telah berpindah ke wilayah [[Filipina]] dan [[Indonesia]] sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu pada zaman batu muda ([[Neolitikum]]).<ref>[[Peter Bellwood]], ''Prehistory of the Indo-Malaysian Archipelago'', Revised edition, University of Hawaii Press, Honolulu, 1997</ref> Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak, maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara pada zaman logam.{{Citation-needed}}
Pada abad ke-6, pedagang-pedagang [[Suku Tamil|Tamil]] asal [[India]] mendirikan kota dagang bernama [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]], yang terletak di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur barus yang diusahakan oleh petani-petani dari pedalaman. Kapur barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh [[Sriwijaya]]. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir barat Sumatra.<ref>{{cite book | last =Munoz | first =Paul Michel | authorlink = | coauthors = | title =Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula | publisher = | date =2006 | location = | url =https://archive.org/details/earlykingdomsofi0000muno| doi = | isbn = | page = }}</ref> Sebagian pedagang Tamil itu ada yang berpindah ke dataran tinggi Karo dan menjadi cikal bakal beberapa marga Karo.<ref>E. Mc Kinnon, "New Light on Indianization of the Karo-Batak" in: Carle, R. (ed). Cultures and Societies of North Sumatra. Berlin: Dietrich Reimer Verlag, 1987</ref> Pada masa berikutnya, perdagangan kapur barus mulai dikuasai oleh [[Saudagar Minangkabau|pedagang Minangkabau]] yang mendirikan koloni di pesisir barat Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]], [[Sorkam, Tapanuli Tengah|Sorkam]], hingga [[Natal, Mandailing Natal|Natal]].<ref name="Dobbin">{{cite book |last=Dobbin|first=Christine|title=Gejolak Ekonomi, Kebangkitan Islam, dan Gerakan Paderi, Minangkabau 1784 – 1847}}</ref>
Berdasarkan penuturan dari seorang kepala suku di Silindung saat kunjungan tiga [[misionaris]] dari [[Masyarakat Misionaris Baptis|Baptist Missionary Society]], yaitu Nathan Ward, Evans Meers, dan Richard Burton pada tahun 1824, suku Batak dipercaya merupakan kelompok pertama yang menetap di [[Sumatra|Pulau Sumatra]] sekitar wilayah timur dari Danau Toba. Kemudian mereka berpindah ke Silindung dan beberapa ke [[Kabupaten Dairi|Dairi]] serta selebihnya ke [[Kabupaten Tapanuli Selatan|Angkola]]. Penduduk Angkola berpindah ke Sumatera Barat dan menguasai wilayah tersebut. Mereka percaya bahwa sultan dari Kerajaan Pagaruyung merupakan anak dari anak ketiga dari Alexander Agung.<ref name=":02">{{Cite book|last=|first=|date=22 April 1826|url=https://books.google.co.id/books?id=OUs1AQAAMAAJ&pg=PA485&dq=30+April+1824,+Burton+dan+Ward&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi4tby1xs7_AhXS7zgGHauXAL4Q6AF6BAgJEAI|title=Transactions of the Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland|location=Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland|publisher=The Society.|pages=495|language=en|chapter=XXVI. Report of a Journey into the Batak Country, in the interior of Sumatra, in the year 1824. By Messrs. BURTON and WARD, Baptist Missionaries. Communicated by the late Sir STAMFORD RAFFLES, Kt.|url-status=live}}</ref>
Sebelum kedatangan Belanda, kepala-kepala suku berada di bawah pemerintahan [[Kerajaan Pagaruyung]], dan mereka mengirimkan upeti secara teratur kepada sultan melalui perantaranya di Barus.<ref>Jane Drakard, Malay Frontier: Unity and Duality in a Sumatran Kingdom, 1988</ref> Setelah Belanda berhasil menaklukkan pasukan [[Perang Padri|Padri]], wilayah Tapanuli dimasukkan ke dalam bagian administrasi [[Pesisir Barat Sumatra|Sumatra's Westkust]] yang berpusat di [[Kota Padang|Padang]].<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=5Wh_DwAAQBAJ&pg=PA56&dq=1837+%22Sumatra's+Westkust%22&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwj_5Ivro6fqAhUCfX0KHfsJAL8Q6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=1837%20%22Sumatra's%20Westkust%22&f=false|title=PENERBITAN MINANGKABAU MASA KOLONIAL: Sejarah Penerbitan Buku di Fort de Kock (Bukittinggi) 1901-1942|last=Fadila|first=Zikri|date=2018|publisher=Gre Publishing|isbn=978-602-7677-59-3|language=id}}</ref>
|