Pulau Sibandang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 4:
'''Pulau Sibandang''' (dikenal juga sebagai '''Pulau Pardopur''' atau '''Pulau Pardepur''') adalah salah satu [[pulau]] alami di kawasan [[Danau Toba]]. Pulau ini berada di [[Muara, Tapanuli Utara]], [[Sumatera Utara]]. Merupakan pulau terbesar kedua di kawasan Danau Toba setelah [[Pulau Samosir]]. Luasnya mencapai 461 hektare, dengan ketinggian sekitar 910 meter di atas permukaan laut.
 
Pulau ini dihuni empat marga, yaitu marga [[Ompusunggu]], [[Rajagukguk]], [[Simaremare, Sibolga Utara, Sibolga|Simaremar]]<nowiki/>e, dan [[Siregar]] dengan jumlah penduduk keseluruhan sebesar 1.200 jiwa. Empat marga tersebut disimbolkan dengan adanya Pohon Hariara yang tumbuh di Desa Sibandang sebagai pendiri Sibandang. Pulau Sibandang juga merupakan salah satu dari 16 geosite yang ada di Geopark Kaldera Toba. Sejumlah hal yang bisa dinikmati di sana, nuansa pedesaan tradisional dan unsur-unsur geopark. Hasil perkebunan menunjang produksi pertanian di kawasan ini. Khususnya komoditas mangga udang, yaitu mangga khas Pulau Sibandang. Komoditas mangga dapat menjadi daya tarik agrowisata melalui beberapa olahan kuliner yang diproduksi masyarakat setempat, seperti dodol mangga dan selai mangga. Selain mangga, terdapat pula hasil kebun lainnya, seperti alpukat, kopi, jagung, kakao, [[kacang tanah]], [[bawang merah]], dan ubi-ubian.Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani. Sektor ekonomi lainnya, yaitu berasal dari hasil tangkapan [[ikan air tawar]], seperti ikan mas, mujair, dan pora-pora. Beberapa ritual adat yang masih dilakukan di Pulau Sibandang, seperti ''Gombura'' berupa ritual meminta hujan pada musim hujan. ''Lumban Pasir'', yaitu ritual memuja, dan ''Situnggung'' berupa ritual berdoa sambil memainkan ''ogung'' atau alat musik berbentuk gong sekaligus alat komunikasi yang digunakan masyarakat Batak. Selain ritual, terdapat juga kesenian sakral seperti ''Hoda-hoda'', sejenis kuda lumping.
 
=== Tradisi ===