Ferdinand Lumban Tobing: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 55:
 
== Kehidupan awal ==
Ferdinan Lumban Tobing lahir di [[Sibuluan Nauli, Pandan, Tapanuli Tengah|Sibuluan]] pada 19 Februari 1899. Ia adalah anak keempat dari sembilan bersaudara. Ayahnya adalah Herman Lumban Tobing, sedangkan ibunya bernama Laura Sitanggang. Herman bekerja sebagai guru di sebuah sekolah desa di Sibuluan. Oleh karena itu, ia digelari Raja Guru. Kakek Ferdinand bernama Raja Mangalu dan merupakan [[misionaris]] di [[Kolang, Tapanuli Tengah|TengahKolang]]. Atas kehendak Raja Mangalu, Herman Lumban Tobing dikirim ke [[Kota Depok|Depok]] untuk bersekolah di sekolah zending. Pada masa pendidikannya itu, Herman menjalin persahabatan dengan seorang asal Indonesia timur yang bernama Jonathan Pasanea. Kelak, Jonathanlah yang membawa Ferdinand ke Depok untuk diasuh sebagai anak angkatnya.{{sfn|Nurliana S.|1984|p=11—12}} Pada usia 5 tahun, F.L. Tobing dibawa oleh ayah angkatnya yang bernama Jonathan Pasanea ke [[Kota Depok|Depok]] dan disekolahkan di Sekolah Dasar Belanda (''[[Europeesche Lagere School|Europesche Lagere School]]''). F.L. Tobing kemudian melanjutkan pendidikannya ke [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen|STOVIA]]. Semasa menempuh pendidikan di [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen|STOVIA]], ia bergabung di organisasi [[Jong Bataks Bond]], yang anggotanya merupakan siswa-siswa [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen|STOVIA]] yang berasal dari [[Sumatera Utara]]. Setelah lulus dari [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen|STOVIA]] pada tahun [[1924]], ia bekerja sebagai [[dokter]] bagian penyakit menular di ''Centrale Burgelijke Ziekenhuis'' (sekarang Rumah Sakit Tjipto Mangoenkoesoemo) [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]].
 
Setelah menjadi dokter di CBZ beberapa tahun, ia kemudian sering dipindahtugaskan. Pada [[1931]], dia dipindahkan ke [[Kota Surabaya|Surabaya]] dan ditugaskan di bagian penyakit dalam. Tahun [[1935]], dia dipindahkan lagi ke daerah [[Tapanuli]] yang merupakan tanah kelahirannya. Di daerah Tapanuli, pertama-tama dia ditempatkan di [[Kota Padang Sidempuan|Padang Sidempuan]], kemudian dipindahkan ke [[Kota Sibolga|Sibolga]], ibukota Karesidenan Tapanuli. Pada saat pecah Perang Dunia II diiringi dengan peralihan kekuasaan di [[Indonesia]] dari [[Belanda]] kepada [[Jepang]] pada [[1942]] memenerikan pengalaman berharga bagi Dr. Ferdinand Lumban Tobing.<ref name="juniawandahlan">{{Cite web|last=juniawandahlan|date=2018-08-23|title=Dr. Ferdinand Lumban Tobing: Putra Tapanuli yang Dicintai Rakyat Sumatera Utara|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mkn/dr-ferdinand-lumban-tobing-putra-tapanuli-yang-dicintai-rakyat-sumatera-utara/|website=Museum Kebangkitan Nasional|language=en-US|access-date=2023-01-14|archive-date=2023-01-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20230114045724/https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/mkn/dr-ferdinand-lumban-tobing-putra-tapanuli-yang-dicintai-rakyat-sumatera-utara/|dead-url=no}}</ref>