Determinisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
akan saya kembangkan dan rapikan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 3:
{{Distinguish|Fatalisme|Predeterminisme|Prediktabilitas|Determinisme teologis}}
'''Determinisme''' adalah sebuah pandangan [[Filsafat|filosofis]] yang menyatakan bahwa semua peristiwa di [[alam semesta]], termasuk keputusan dan tindakan manusia, merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan pasti terjadi.<ref>{{Cite web|title=Determinism {{!}} Definition, Philosophers, & Facts {{!}} Britannica|url=https://www.britannica.com/topic/determinism|website=www.britannica.com|language=en|access-date=2024-02-23}}</ref> Sebagai sebuah konsep, determinisme berfokus pada kejadian-kejadian tertentu dan bukan pada apa yang akan terjadi di masa depan.
'''Determinisme''' adalah keyakinan filosofis bahwa semua peristiwa terjadi sebagai akibat dari adanya beberapa keharusan dan karenanya tak terelakkan. Secara khusus, gagasan bahwa pilihan-pilihan dari para pelaku rasional tertentu pada masa lalu dapat saja dilakukan dengan cara berbeda—atau bahkan gagasan bahwa keputusan-keputusan dari para pelaku tersebut pada masa mendatang dapat menghasilkan sesuatu yang lain dari apa yang mereka kehendaki—biasanya mendapat tantangan dalam pandangan ini. Dengan demikian, "masalah" [[kehendak bebas]]—atau gagasan bahwa kehendak bebas adalah suatu "ilusi"—sering kali timbul sebagai suatu akibat dari klaim utama yang dihasilkan oleh determinisme, yaitu bahwa masa lalu, masa kini, dan masa depan diidentifikasi dengan suatu rangkaian kondisi yang pada hakikatnya tak terputus dan tidak ada satu kondisi pun yang dapat dihindari. Beberapa determinis sepenuhnya menolak gagasan mengenai "kemungkinan" ataupun "keacakan", bahkan menyatakan bahwa gagasan-gagasan tersebut hanya merupakan suatu ciptaan [[budi]] dan/atau sekadar hasil imajinasi. Pada akhirnya merupakan suatu hasil dari ketidaktahuan dalam menghadapi segala faktor. Bagaimanapun berbicara mengenai kehendak bebas merupakan perhatian tersendiri, dan setiap pembahasan terkait determinisme pada prinsipnya tidak memerlukan pembahasan mengenai kehendak bebas. Selain isu-isu ini, terdapat perdebatan-perdebatan mengenai usaha keras dari bahasa untuk dapat benar-benar menangkap apa yang dimaksudkan secara tepat—dengan asumsi ada suatu maksud tertentu—ataupun apa sebenarnya hakikat sejati dari realitas terlepas dari bagaimana meyakinkannya hakikat dari konsep determinisme.▼
▲
"Ada banyak determinisme, tergantung dari prakondisi apa yang dianggap sebagai penentu dari suatu peristiwa atau tindakan."<ref name=Doyle>A list of a dozen varieties of determinism is provided in {{cite book |title=Free Will: The Scandal in Philosophy |author=Bob Doyle |pages=145–146 ''ff'' |isbn=0983580200 |year=2011 |publisher=I-Phi Press |url=https://books.google.com/books?id=SeA_gFfHMgoC&pg=PA145 }}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Teori-teori deterministik sepanjang sejarah filsafat berkembang dari keragaman dan terkadang saling tumpang tindih antara berbagai motif dan pertimbangan. Beberapa bentuk determinisme dapat diuji secara [[empirisme|empiris]] dengan ide-ide dari fisika dan [[filsafat fisika]]. Kebalikan dari determinisme adalah beberapa jenis [[indeterminisme]] (yang lainnya disebut ''nondeterminisme''). Determinisme sering kali dikontraskan dengan [[kehendak bebas]].<ref name=Franklin>For example, see {{cite book |title=Freewill and determinism: a study of rival conceptions of man |author=Richard Langdon Franklin |year=1968 |publisher=Routledge & K. Paul |url=https://books.google.com/books?id=51wIAQAAIAAJ}}</ref>
|