Masjid Jami Banjarmasin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Memperbaiki templat
k Sejarah: Memperbaharui informasi
Baris 29:
|}
 
]Masjid yang ada sekarang ini sebenarnya dibangun pada tahun 1352 Hijriah/1934 Masehi. Namun menurut sejarah, masjid ini merupakan pemindahan dari masjid sebelumnya yang berada di tepi sungai Martapura dan dibangun pada hari Sabtu tanggal 17 Syawal 1195 atau kira-kira bertepatan dengan tahun 1777 - 1780 Masehi, yaitu pada masa pemerintahan Pangeran Tamjidillah. Hal ini dibuktikan dengan sebuah prasasti disamping mimbar masjid yang ditulis dalam huruf Arab Melayu.<ref name=":0">{{Cite web|last=Syarifuddin|first=M|date=5 April 2022|title=Sejarah Masjid Jami Sungai Jingah|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/tahulah-pian/1973147724/sejarah-masjid-jami-sungai-jingah|website=Radar Banjarmasin|access-date=26 Oktober 2024}}</ref>
 
]Masjid yang ada sekarang ini sebenarnya dibangun pada tahun 1352 Hijriah/1934 Masehi. Namun menurut sejarah, masjid ini merupakan pemindahan dari masjid sebelumnya yang berada di tepi sungai Martapura dan dibangun pada hari Sabtu tanggal 17 Syawal 1195 atau kira-kira bertepatan dengan tahun 1777 - 1780 Masehi, yaitu pada masa pemerintahan Pangeran Tamjidillah. Hal ini dibuktikan dengan sebuah prasasti disamping mimbar masjid yang ditulis dalam huruf [[Arab-Melayu|Arab Melayu]].<ref name=":0">{{Cite web|last=Syarifuddin|first=M|date=5 April 2022|title=Sejarah Masjid Jami Sungai Jingah|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/tahulah-pian/1973147724/sejarah-masjid-jami-sungai-jingah|website=Radar Banjarmasin|access-date=26 Oktober 2024}}</ref><ref name=":1">{{Cite journal|last=Ilhami|first=Hamidi|date=2018|title=Karakteristik Masjid Jami' Banjarmasin|url=https://ejournal.uin-suka.ac.id/adab/thaqafiyyat/article/viewFile/1713/876|journal=THAQÃFIYYÃT|volume=19|issue=2|pages=164-185}}</ref>
Karena masjid tersebut berada di tepi sungai, maka daerah tersebut rawan terjadi longsor, sehingga lokasi masjid dipindah pada tahun 1932 Masehi dan selesai pada tahun 1934 Masehi, sesuai dengan nama tahun yang terpampang di masjid. Pemindahan ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.<ref name=":0" />
 
Sebelum masjid ini dibangun, masyarakat Banjar kesulitan beribadah karena tidak ada masjid yang cukup besar untuk menampung orang banyak. Pemerintah kolonial [[Belanda]] yang kehadirannya tidak disukai oleh masyarakat Banjar berusaha menggunakan kesempatan itu untuk mengambil hati orang Banjar. Mereka berniat menyumbangkan uang hasil pajak untuk pembangunan masjid, dimana pendapatan pajak ptersebut berasal dari hasil memeras rakyat [[Kalimantan]] sedang berlimpah, terutama dari hasil hutan seperti karet dan damar. Namun masyarakat Banjar menolak mentah-mentah tawaran itu. Bagi orang Banjar yang beragama Islam adalah haram hukumnya menerima pemberian dari penjajah Belanda, apalagi untuk pembangunan masjid. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, mereka secara gotong-royong membangun tempat ibadah tersebut. Tua-muda, laki-laki dan perempuan secara bahu-membahu mengumpulkan dana. Ada yang menyumbangkan tanah, perhiasan emas atau hasil pertanian, sehingga tidak lama kemudian di atas tanah seluas 2 hektare berdirilah sebuah masjid yang indah dan megah sebagai tempat beribadah dan kegiatan sosial lainnya hingga sekarang.<ref>[http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=13385 Mesjid Jami Sei Jingah Bernilai Historis nan Heroik] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160305032846/http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=13385 |date=2016-03-05 }}. www.wikimu.com. Diakses 8 April 2010</ref>
Karena masjid tersebut berada di tepi sungai, maka daerah tersebut rawan terjadi longsor, sehingga lokasi masjid dipindah pada tahun 1932 Masehi dan selesai pada tahun 1934 Masehi, sesuai dengan nama tahun yang terpampang di masjid. Pemindahan ini dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Bahkan, menurut sesepuh yang tinggal di sekitar masjid, panitia sengaja membangun masjid tanpa kolong dengan cara menggunakan tanah/ pasir yang diambil dari [[Pulau Kembang]] untuk menimbun dan meninggikan pondasi. Konon, pembangunan masjid ini juga melibatkan [[Pangeran Mohammad Noor|Ir. Pangeran Muhammad Noor]] sebagai perancang konstruksi. <ref name=":0" /><ref name=":1" />
 
Masjid ini mempunyai sejarah yang unik sebelum berdirinya bangunan.<ref>{{Cite web|last=Selatan|first=ANTARA News Kalimantan|title=Mimbar dan beduk sisa sejarah di Masjid Jami Banjarmasin|url=https://kalsel.antaranews.com/berita/98984/mimbar-dan-beduk-sisa-sejarah-di-masjid-jami-banjarmasin|website=ANTARA News Kalimantan Selatan|language=id|access-date=2022-12-23}}</ref> Pada zaman dahulu di kota [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]] ini tidak memiliki [[masjid]] yang berukuran besar. Hal tersebut menyebabkan masjid tidak bisa memuat daya tampung yang banyak. Sehingga masyarakat setempat kesulitan untuk melakukan aktivitas [[ibadah]].<ref>{{Cite web|title=Sedikit Sejarah Masjid Jami Banjarmasin, Salah Satu Masjid Tua di Kota Banjarmasin|url=https://www.beritabanjarmasin.com/2022/04/sedikit-sejarah-masjid-jami-banjarmasin.html|website=Berita Banjarmasin {{!}} Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin|access-date=2022-12-23}}</ref>
 
Maka dari itu, [[Belanda]] berinisiatif mengambil kesempatan dengan mendonasikan pendapatan hasil pajaknya untuk mendirikan masjid tersebut. Karena pada saat itu hasil [[Pajak|pemungutan pajak]] dari masyarakat Banjarmasin sangat melimpah ruah. Akan tetapi ditolak mentah-mentah oleh masyarakat Banjarmasin, karena masyarakat setempat sangat tidak menyukai [[Hindia Belanda|pemerintahan kolonial Belanda]] kala itu.<ref>{{Cite web|date=2022-10-17|title=Masjid Jami Banjarmasin, Bangunan Masjid yang Memiliki Sejarah Unik - Borneo ID|url=https://www.celebes.co/borneo/masjid-jami-banjarmasin|language=en-US|access-date=2022-12-23}}</ref>
 
Tidak hanya itu saja masyarakat Banjarmasin ini yang memeluk [[Islam|agama Islam]] sangat mengharamkan niat pemberian dari kolonial Belanda tersebut, apalagi sampai membangunnya. Dalam menyelesaikan masalah ini, maka masyarakat [[Suku Banjar|Banjar]] melakukan [[gotong royong]] untuk membangun Masjid Jami Banjarmasin tersebut. Baik [[laki-laki]], [[perempuan]], tua maupun muda bersama-sama saling membahu untuk mengumpulkan dana.<ref>{{Cite web|title=Hasil dan Pembahasan Masjid Jami’ Sungai Jingah Banjarmasin|url=https://idr.uin-antasari.ac.id/13291/7/BAB%20IV.pdf|website=idr.uin-antasari.ac.id}}</ref>
 
Diantaranya ada yang menyumbang perhiasan [[emas]], hasil [[pertanian]] bahkan sampai tanah. Sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk mengumpulkan dana tersebut. Setelah itu berdirilah masjid ini dengan [[arsitektur]] yang unik serta megah di atas tanah seluas dua hektar. Dari dahulu hingga sekarang masjid ini selalu dijadikan [[tempat ibadah]] serta melakukan kegiatan sosial.<ref>{{Cite web|title=Hasil dan Pembahasan Masjid Jami’ Sungai Jingah Banjarmasin|url=https://idr.uin-antasari.ac.id/13291/7/BAB%20IV.pdf|website=idr.uin-antasari.ac.id}}</ref>
 
Pada tahun 2009, masjid ini direnovasi oleh Pemerintah Provinsi [[Kalimantan Selatan]] dengan menelan dana sekitar 9,5 miliar Rupiah. Renovasi ini dilakukan dengan tidak mengubah bentuk dasar dan arsitektur aslinya, sehingga nilai-nilai historisnya masih tetap terjaga.