Tuhan telah mati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Pernyataan ini diungkapkan oleh "seseorang yang gila" dalam karya Nietzsche sebagai berikut:
 
{{cquote|Tuhan telah mati. Tuhan tetap mati. Dan kitalah yang telah membunuhnya. Bagaimanakah kita, pembunuh dari semua pembunuh, menghibur diri kita sendiri? Yang paling suci dan paling perkasa dari semua yang pernah dimilikiada di dunia telah berdarah hingga mati di ujung pisau kita sendiri. Siapakah yang akan membersihkan darahnya dari kita? Dengan air apakah kita dapat menyucikan diri kita? Pesta-pesta penebusan apakah, permainan-permainan suci apakah yang perlu kita ciptakan? Bukankah kebesaran dari perbuatan ini terlalu besar bagi kita? Tidakkah seharusnya kita sendiri menjadi tuhan-tuhan semata-mata supaya layak akan hal itu [pembunuhan terhadap Tuhan]?
:::Nietzsche, ''Sains yang Mengasyikkan'', bagian 125|}}
Ungkapan ini pertama kali muncul dalam karya Nietzsche tahun 1882, ''[[Sains yang Mengasyikkan]]'' ({{Lang|''de''|''Die fröhliche Wissenschaft''}}, juga diterjemahkan sebagai "Pengejaran Akan Pengetahuan yang Menyenangkan").<ref>{{cite book|last=Nietzsche|first=Friedrich Wilhelm|date=2001|url=https://www.worldcat.org/oclc/46364754|title=The gay science: with a prelude in German rhymes and an appendix of songs|location=Cambridge, Britania Raya|publisher=Cambridge University Press|isbn=0-521-63159-9|pages=109; 119-120; 199|others=Bernard Williams, Josefine Nauckhoff, Adrian Del Caro|oclc=46364754|url-status=live}}</ref> Namun, ungkapan ini paling terkenal dikaitkan dengan ''[[Maka Berbicaralah Zarathustra]]'' ({{lang|de|''Also sprach Zarathustra''}}), karya Nietzsche yang membuat frasa ini menjadi populer. Filsuf terdahulu juga telah membahas konsep yang kurang lebih sama, seperti [[Philipp Mainländer]] dan [[Georg Wilhelm Friedrich Hegel]].