Dahulu kala, ada sebuah [[desa]] di tanah [[Karo]] yang bernama desa Kawar.<ref name="Reza"/> Desa ini sangat subur dan dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah.<ref name="Reza"/> SuatuDi hari,desa tersebut terdapat sebuah mata air yang dimanfaatkan oleh penduduk desasebagai itusumber mengadakanair suatauminum. Penduduk setempat bermata pencaharian sebagai petani. Setelah musim panen usai, biasanya mereka mengadakan acara [[adatGendang guro-guro aron|Gendang Guro-Guro Aron]], sebagaiyaitu bentukmusik rasatradisional syukurkhas karenamasyarakat Karo. Dalam acara tersebut, penduduk akan bersuka cita, berdendang, dan menari. Para remaja laki-laki dan perempuan akan menari secara berpasangan. Begitulah cara penduduk Desa Kawar mengadakan syukuran untuk hasil panen yang mereka peroleh.
Pada suatu ketika, Desa Kawar mengalami panen raya, suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hasil panen meningkat dua kali lipat. Lumbung-lumbung penduduk penuh dengan padi, bahkan banyak warga harus membuat lumbung baru untuk menampung hasil panen yang melimpah ruah.<refname="Reza"/>Sebagai ungkapan syukur atas panen raya ini, warga Desa Kawar sepakat untuk mengadakan pesta “[[Mejuah-juah]]” selama satu hari penuh, diisi dengan upacara adat dan makan besar bersama. Semua penduduk desa menghadiri acara itu, tetapi ada seorang nenek yang tidak ikut datang ke acara tersebut.<ref name="Reza" /> Nenek ini tidak sanggup untuk menghadiri acara karena kondisi tubuhnya yang sakit dan melemah.<ref name="Reza" /> Si nenek rupanya belum makan seharian sehingga ia tidak memiliki tenaga bahkan untuk berjalan.<ref name="Reza" /> Nenek melihat ke arah jendelanya dan ia terkejut ketika melihat anak lelakinya beserta keluarganya berjalan ke acara adat itu.<ref name="Reza" /> Si nenek berharap bahwa anaknya akan mampir ke rumahnya dan mengajaknya ke acara itu.<ref name="Reza" /> Namun, anak lelaki beserta keluarganya tidak mampir; mereka terus berjalan menuju ke acara adat itu.<ref name="Reza" /> Nenek merasa sedih dan ia pun berbaring sambil menangis karena tidak ada yang memerhatikan dirinya.<ref name="Reza" /> Ketika acara adat itu selesai, si anak baru ingat kepada ibunya.<ref name="Reza" /> Ia pun meminta istrinya untuk membungkus makanan agar diberikan kepada ibunya. Istrinya membungkus makanan lalu menyuruh anaknya mengantar makanan itu.<ref name="Reza" /> Sang nenek pun terkejut sekaligus senang ketika cucunya datang membawakan makanan.<ref name="Reza" /> Namun, rasa senang itu tidak bertahan lama ketika sang nenek mengetahui bahwa isi bungkusan itu hanyalah sisa-sisa makanan dari acara adat.<ref name="Reza" /> Nenek tersebut tidak tahu bahwa yang memakan makanan itu adalah cucu dari nenek tersebut. Nenek itu pun memanjatkan [[doa]] kepada [[Tuhan]].<ref name="Reza" /> Ia berharap bahwa Tuhan memberikan pelajaran setimpal atas kedurhakaaan anaknya.<ref name="Reza" /> Beberapa saat kemudian terjadilah [[gempa bumi]], [[petir]] menyambar ke [[tanah]], dan hujan turun tak henti-henti.<ref name="Reza" /> [[Hujan]] turun begitu deras sehingga dalam waktu sekejap desa Kawar sudah terendam dan menjadi sebuah kawah.<ref name="Reza" /> Kawah itu yang kemudian dinamakan sebagai [[Danau Lau Kawar]].<ref name="Reza" />