Rajegwesi, Pagerbarang, Tegal: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kang Waryo (bicara | kontrib)
Kang Waryo (bicara | kontrib)
Baris 87:
 
# Potensi yang sangat mungkin dikembangkan, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, menurut salah satu pengurus LMDH (Bapak H. Kholidin), adalah wilayah hutan milik perhutani yang masuk dalam kewilayahan Desa Rajegwesi untuk obyek wisata semacam bumi perkemahan, flying fox, kolam pemancingan, dan lainnya. Namun demikian butuh dukungan besar dari masyarakat desa untuk tidak membuang limbah rumah tangga (air cucian) ke sungai, karena aliran sungai tersebut mengalir ke wilayah hutan yang memliki potensi obyek wisata tersebut.
# Budidaya Maggot (Larva Lalat BSF). Kesan kotor dan jorok yang ada pada budidaya maggot sudah saatnya dihilangkan dari pikiran kita. Sebab lalat BSF bukanlah lalat pembawa penyakit, karena ia hidup hanya untuk kawin/bertelur, dan sesudahnya mati. Lalat BSF bukan pula hama bagi tanaman buah sebagaimana disangkakan oleh para petani. Lalat BSF bukanlah klanceng, ia tdak punya mulut. Sekali lagi, lalat BSF hidup hanya sebentar untuk kawin dan bertelur, sesudah itu mati. Budidaya maggot dengan memanfaatkan sampah-sampah organik hanyalah salah satu solusi penanganan sampah yang efektif, sementara jika budidaya maggot dalam skala besar masih mengandalkan ketersediaan sampah organik rumah tangga, maka sangat mungkin akan terkendala ketersediaan bahan baku pakan maggot, karena sifat rakus maggot. Untuk pakan maggot, bisa memanfaatkan tanaman gulma ataupun limbah-limbah dari pertanian buah dan sayuran seperti tanaman krokot, daun ubi jalar, daun ketela/singkong, sisa-sisa/limbah panen tomat, semangka, melon, kacang tanah, kubis, bayam, kangkung. Syaratnya bahan-bahan pakan tersebut harus disterilkan dulu dari pestisida dengan cara dicuci menggunakan air yang mengalir. Maggot ini, baik yang masih hidup ataupun kering, dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak ikan maupun unggas.
# Kebun dan Ternak Mini di setiap pekarangan / halaman rumah warga. Perlunya kesadaran warga untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi bagi keluarganya. Salah satu langkah yang mungkin mudah dan murah adalah dengan berkebun dan beternak di pekarangan/halaman rumah dalam skala kecil.