Anussati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faredoka (bicara | kontrib)
Faredoka (bicara | kontrib)
Baris 110:
Kitab [[Aṅguttara Nikāya]] menyajikan syair-syair berikut untuk merenungi [[Dewa (Buddhisme)|para dewa]]:
 
{{blockquote|Ada para [[Dewa (Buddhisme)|dewa]] [yang dipimpin oleh] [[Catur Maharaja Kayika|empat raja dewa]], para dewa [[Tāvatiṁsa]], para dewa [[Yāma]], para dewa [[Tusita]], para dewa yang bersenang dalam penciptaan, para dewa yang mengendalikan ciptaan para dewa lain, para dewa kumpulan [[Brahma (Buddhisme)|Brahmā]], dan para deva yang lebih tinggi daripada para deva ini. Dalam diriku juga terdapat keyakinan seperti yang dimiliki oleh para dewata itu yang karenanya, ketika mereka meninggal dunia dari sini, mereka [[Punarbawa|terlahir kembali]] di sana; dalam diriku juga terdapat [[Sila (Buddhisme)|perilaku bermoral]] … pembelajaran … kedermawanan … [[Kebijaksanaan (Buddhisme)|kebijaksanaan]] seperti yang dimiliki oleh para dewata itu yang karenanya, ketika mereka meninggal dunia dari sini, mereka terlahir kembali di sana.|Mahānāma Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.11-12){{sfnp|Thanissaro|1997a}}}}
 
{{blockquote|"Para [[Dewa (Buddhisme)|dewata]] itu yang telah [[Punarbawa|terlahir kembali]] dalam tubuh ciptaan-batin dalam kumpulan para dewa yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan tidak melihat apa pun dalam diri mereka yang masih harus dilakukan atau [apa pun yang perlu] ditingkatkan atas apa yang telah dilakukan, demikianlah para dewata itu yang telah terlahir kembali dalam tubuh ciptaan-batin dalam kumpulan para dewa yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan."|Nandiya Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.13){{sfnp|Sujato|2015}}}}