Anussati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 111:
{{blockquote|"Para [[Dewa (Buddhisme)|dewata]] itu yang telah [[Punarbawa|terlahir kembali]] dalam tubuh ciptaan-batin dalam kumpulan para dewa yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan tidak melihat apa pun dalam diri mereka yang masih harus dilakukan atau [apa pun yang perlu] ditingkatkan atas apa yang telah dilakukan, demikianlah para dewata itu yang telah terlahir kembali dalam tubuh ciptaan-batin dalam kumpulan para dewa yang melampaui mereka yang bertahan hidup dari makanan yang dapat dimakan."|Nandiya Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 11.13){{sfnp|Sujato|2015}}}}
== Perenungan terhadap kematian ==
{{Utama|Maraṇasati}}
Perenungan terhadap kematian (''{{Lang|pi|maraṇānussati}}'') atau perhatian-penuh terhadap kematian (''{{Lang|pi|maraṇasati}}'') dilakukan dengan merenungi kenyataan bahwa:<ref>{{Cite book|last=Vijjānanda|first=Handaka|date=2023|title=Mā Bhāyi: Jangan Takut|publisher=Ehipassiko Foundation|isbn=978-623-7449-10-2|editor-last=Dīpaloka|editor-first=Andreas|edition=2|pages=39|language=id|url-status=live}}</ref>
* Kematianku pasti terjadi
* Aku bisa mati kapan saja
* Ketika mati, aku harus meninggalkan segalanya
{{blockquote|"“Ada lima hal yang hendaknya sering direnungi:{{br}}1. Aku wajar lapuk, tak mengatasi pelapukan.{{br}}2. Aku wajar sakit, tak mengatasi penyakit.{{br}}3. Aku wajar mati, tak mengatasi kematian.{{br}}4. Semua yang aku sayangi dan senangi akan terpisah dan berpisah{{br}}5. Pemilik perbuatan, waris perbuatan, berasal dari perbuatan, terhubung dengan perbuatan, terlindung oleh perbuatan. Perbuatan yang kulakukan, kebajikan atau kejahatan, aku akan menjadi waris itu.“|Abhiṇhapaccavekkhitabbaṭhāna Sutta ([[Aṅguttaranikāya|AN]] 5.57)}}
== Lihat juga ==
|