Bumiayu, Brebes: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 19:
Pusat dari aktivitas masyarakat yang berada di wilayah kecamatan-kecamatan yaitu [[Tonjong]], [[Bumiayu]], [[Sirampog]], [[Bantarkawung]], [[Salem]], dan [[Paguyangan]].
Bumiayu, waktu zaman revolusi tahun 1950-an, terkenal sebagai pusat/markas TNI-AD untuk menumpas pemberontakan DI/TII yang ada di daerah Kecamatan Salem. Dalam peta keamanan ABRI pada era Orde Baru, Bumiayu termasuk daerah yang diberi warna merah. Meski DI/TII di daerah Bumiayu sudah berhasil ditumpas oleh TNI, daerah ini tetap saja dianggap berbahaya. Masyarakat Bumiayu memang dikenal sebagai masyarakat yang fanatik terhadap agama. Sejarah Islam di tanah ini tergolong telah berumur. Masyarakat Bumiayu telah menggunakan nama-nama Islam yang diambil dari bahasa Arab, seperti nama-nama Nabi dalam Islam dan nama-nama dg akhiran Asmaul Husna, sejak abad 17. Bandingkan dengan daerah Banyumas, yang masyarakatnya banyak menggunakan nama dari bahasa Jawa, seperti Budi, Joko, Slamet, dan Bambang. Bahkan Al-Irsyad, organisasi pergerakan bagi warga Indonesia keturunan Arab, mendirikan cabang yang ke-3 pada tahun 1923 di Bumiayu, setelah Pekalongan (cabang ke-1) dan Tegal (ke-2), sebelum cabang di Cirebon (ke-4) dan Surabaya (ke-5).
Tokoh terkenal dari wilayah ini ialah [[Yahya Ahmad Muhaimin]] (mantan Menteri Pendidikan Nasional dalam Kabinet Presiden Abdurrahman Wahid) dan Lehar yang terkenal karena satenya.
==Pranala luar==
|