Bukanlah peniggalan suku-suku terdahulu, tetapi merupakan peniggalan "astronot-astronot dari luar angkasa", hal ini merupakan hasil riset Enrich Von Daniken. Beliau telah mempelajari pulau ini selama bertahun-tahun, dan telah mempelajari berbagai kemungkinan-kemungkinan mengenai peniggalan patung-patung Moai.
Patung-patung besar dari batu, atau ''moai'', yang menjadi simbol Pulau Paskah dipahat pada masa yang lebih dahulu dari yang diperkirakan. Arkeologis kini memperkirakan pemahatan tersebut berlangsung antara 1600 dan 1730, patung yang terakhir dipahat ketika [[Jakob Roggeveen]] menemukan pulau ini. Terdapat lebih dari 600 patung batu monolitis besar (''moai''). Walaupun bagian yang sering terlihat hanyalah "kepala", ''moai'' sebenarnya mempunyai batang tubuh yang lengkap; namun banyak ''moai'' yang telah tertimbun hingga lehernya. Kebanyakan dipahat dari batu di [[Rano Raraku]]. Tambang di sana sepertinya telah ditinggalkan dengan tiba-tiba, dengan patung-patung setengah jadi yang ditinggalkan di batu. Teori populer menyatakan bahwa ''moai'' tersebut dipahat oleh penduduk Polinesia ([[Suku Rapanui|Rapanui]]) pada saat pulau ini kebanyakan berupa pepohonan dan sumber alam masih banyak yang menopang populasi 10.000-15.000 penduduk asli Rapanui. Mayoritas ''moai'' masih berdiri tegak ketika Roggeveen datang pada [[1722]]. Kapten [[James Cook]] juga melihat banyak ''moai'' yang berdiri ketika dia mendarat di pulau pada [[1774]]. Hingga abad ke-19, seluruh patung telah tumbang akibat peperangan ''[[internecine]]''.