Sejarah hadis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Djoko s (bicara | kontrib)
Djoko s (bicara | kontrib)
Baris 22:
 
==Masa Penghimpunan==
Musibah besar menimpa umat Islam pada masa awal Kekhalifahan [[Ali bin Abi Thalib]]. Musibah itu berupa permusuhan diantara sebagian umat Islam yang meminta korban jiwa dan harta yang tidak sedikit. Pihak-pihak yang bermusuhan itu semula hanya '''memperebutkan kedudukan kekhalifahan''' kemudian bergeser kepada '''bidang Syari'at dan Aqidah''' dengan '''membuat Al Hadist Maudlu'''' (palsu) yang jumlah dan macamnya tidak tanggung-tanggung guna mengesahkan atau membenarkan dan menguatkan keinginan / perjuangan mereka yang saling bermusuhan itu. Untungnya mereka tidak mungkin memalsukan Al Quran, karena selain sudah didiwankan (dibukukan) tidak sedikit yang telah hafal. Hanya saja mereka yang bermusuhan itu memberikan tafsir-tafsir Al Quran belaka untuk memenuhi keinginan atau pahamnya.
 
Keadaan menjadi semakin memprihatinkan dengan terbunuhnya Khalifah [[Husain bin Ali bin Abi Thalib]] di [[Karbala]] (tahun 61 H / [[681]] M). Para sahabat kecil yang masih hidup dan terutama para tabi'in mengingat kondisi demikian itu lantas mengambil sikap '''tidak mau lagi menerima Al Hadist baru''', yaitu yang sebelumnya tidak mereka miliki. Kalaupun menerima, para shabat kecil dan tabi'in ini sangat berhat-hati sekali. Diteliti dengan secermat-cermatnya mengenai siapa yang menjadi sumber dan siapa yang membawakannya. Sebab mereka ini tahu benar siapa-siapa yang melibatkan diri atau terlibat dalam persengketaan dan permusuhan masa itu. Mereka tahu benar keadaan pribadi-pribadi sumber / pemberita Al Hadist. Misal apakah seorang yang pelupa atau tidak, masih kanak-kanak atau telah udzur, benar atau tidaknya sumber dan pemberitaan suatu Al Hadist dan sebagainya. Pengetahuan yang demikian itu diwariskan kepada murid-muridnya ialah para tabi'ut tabi'in.
 
'''[[Umar bin Abdul Aziz]]''' seorang khalifah dari Bani Umayah (tahun 99 - 101 H / [[717]] - [[720]] M) termasuk angkatan tabi'in yang memiliki jasa yang besar dalam penghimpunan Al Hadist. Para kepala daerah diperintahkannya untuk menghimpun Al Hadist dari para tabi'in yang terkenal memiliki banyak Al Hadist. Seorang tabi'in yang terkemuka saat itu yakni '''Muhammad bin Muslim bin 'Ubaidillah bin 'Abdullah bin Syihab '''[[Az Zuhri]]''' (tahun 51 - 124 H / [[671]] - [[742]] M)<br> diperintahkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Untuk itu beliau [[Az Zuhri]] menggunakan semboyannya yang terkenal yaitu '''''al isnaadu minad diin, lau lal isnadu la qaala man syaa-a maa syaa-a''''' (artinya : Sanad itu bagian dari agama, sekiranya tidak ada sanad maka berkatalah siapa saja tentang apa saja).
diperintahkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Untuk itu beliau Az Zuhri menggunakan semboyannya yang terkenal yaitu ''al isnaadu minad diin, lau lal isnadu la qaala man syaa-a maa syaa-a''(artinya : )
 
Az Zuhri melaksanakan perintah itu dengan kecermatan yang setinggi-tingginya, ditentukannya mana yang Maqbul dan mana yang Mardud. Para ahli Al Hadits menyatakan bahwa Az Zuhri telah menyelamatkan 90 Al Hadits yang tidak sempat diriwayatkan oleh rawi-rawi yang lain.