Menjadi dan Waktu adalah prestasi yang menjulang tinggi dari awal karir Heidegger, tetapi ada karya-karya penting lainnya dari periode ini, termasuk Die Grundprobleme der Phänomenologie (Masalah Dasar Fenomenologi, 1927), Kant und das Masalah der Metaphysik (Kant dan Masalah Metafisika , 1929), dan "Apakah ist Metaphysik?" ("Apa itu Metafisika?", 1929).
Kemudian bekerja
=== Later works ===
Meskipun Heidegger mengklaim bahwa semua tulisannya bersangkutan satu pertanyaan, pertanyaan menjadi, pada tahun-tahun setelah penerbitan dan Waktu Menjadi fokus karyanya berangsur berubah. Perubahan ini sering disebut sebagai Heidegger Kehre (berbalik). Dalam karya-karyanya berikutnya, Heidegger berubah dari "melakukan" untuk "tinggal." Dia berfokus kurang pada cara di mana struktur yang terungkap dalam perilaku sehari-hari dan dalam pengalaman Angst, dan lebih pada cara di mana perilaku itu sendiri tergantung pada sebelum "keterbukaan menjadi." Esensi manusia adalah pemeliharaan keterbukaan ini. (Perbedaan antara karya Heidegger awal dan akhir lebih merupakan perbedaan penekanan dari istirahat radikal seperti bahwa antara karya-karya awal dan akhir dari Wittgenstein, tetapi cukup penting untuk membenarkan sebuah divisi dari korpus Heidegger menjadi "awal" (kira-kira, pra-1930) dan "terlambat" tulisan.)
Although Heidegger claimed that all of his writings concerned a single question, the question of being, in the years after the publication of ''[[Being and Time]]'' the focus of his work gradually changed. This change is often referred to as Heidegger's ''Kehre'' (turn). In his later works, Heidegger turns from "doing" to "dwelling." He focuses less on the way in which the structures of being are revealed in everyday behavior and in the experience of [[Angst]], and more on the way in which behavior itself depends on a prior "openness to being." The essence of being human is the maintenance of this openness. (The difference between Heidegger's early and late works is more a difference of emphasis than a radical break like that between the early and late works of [[Ludwig Wittgenstein|Wittgenstein]], but it is important enough to justify a division of the Heideggerian corpus into "early" (roughly, pre-1930) and "late" writings.)
Heidegger opposesmenentang thisketerbukaan opennessini to thekepada "willkehendak tountuk powerberkuasa" ofdari thesubjek manusia modern human subject, whoyang subordinatesbawahan beingsmakhluk tountuk histujuannya ownsendiri endsdaripada rathermembiarkan than letting themmereka "bemenjadi whatapa theyyang aremereka." Heidegger interpretsmenafsirkan thesejarah historyfilsafat ofbarat westernsebagai philosophyperiode assingkat aketerbukaan briefotentik perioduntuk ofberada authenticdi opennesssaat-Sokrates to being in the time of the pre-Socraticspra, especiallyterutama [[Parmenides]], [[Heraclitus]], anddan [[Anaximander]], followeddiikuti bydengan aperiode longlama periodsemakin increasinglydidominasi dominatedoleh bysubjektivitas [[nihilism|nihilistic]] subjectivitynihilistik, initiateddiprakarsai byoleh [[Plato]] anddan culminatingmemuncak inpada [[Friedrich Nietzsche|Nietzsche]].
Dalam tulisan-tulisan kemudian, dua tema berulang yang puisi dan teknologi. Heidegger melihat puisi sebagai cara yang unggul di mana makhluk yang terungkap "dalam diri mereka." Para permainan bahasa puisi (yang, untuk Heidegger, esensi dari bahasa itu sendiri) mengungkapkan permainan keberadaan dan ketiadaan yang sedang sendiri. Heidegger berfokus terutama pada puisi Holderlin.
In the later writings, two recurring themes are poetry and technology. Heidegger sees poetry as a preeminent way in which beings are revealed "in their being." The play of poetic language (which is, for Heidegger, the essence of language itself) reveals the play of presence and absence that is being itself. Heidegger focuses especially on the poetry of [[Friedrich Hölderlin|Hölderlin]].
Melawan kekuatan mengungkapkan puisi, Heidegger menetapkan kekuatan teknologi. Inti dari teknologi adalah konversi dari seluruh alam semesta makhluk menjadi dibeda-bedakan "berdiri cadangan" (Bestand) dari energi yang tersedia untuk penggunaan manusia yang memilih untuk meletakkannya. Cadangan berdiri mewakili nihilisme yang paling ekstrim, karena makhluk makhluk benar-benar tunduk pada kehendak subjek manusia. Heidegger tidak tegas mengutuk teknologi; ia percaya bahwa dominasi yang semakin meningkat bisa membuat itu mungkin bagi manusia untuk kembali ke tugas otentik tentang tugas sedang. Namun demikian, banyak karya kemudian Heidegger dicirikan oleh nostalgia agraria jelas.
Against the revealing power of poetry, Heidegger sets the force of technology. The essence of technology is the conversion of the whole universe of beings into an undifferentiated "standing reserve" (''Bestand'') of energy available for any use to which humans choose to put it. The standing reserve represents the most extreme nihilism, since the being of beings is totally subordinated to the will of the human subject. Heidegger does not unequivocally condemn technology; he believes that its increasing dominance might make it possible for humanity to return to its authentic task of the stewardship of being. Nevertheless, many of Heidegger's later works are characterized by an unmistakable agrarian nostalgia.
Heidegger'sKarya-karya importantpenting laterHeidegger workskemudian includetermasuk ''Vom Wesen der Wahrheit'' ("OnDi theEsensi Essence of TruthKebenaran," 1930), ''Der Ursprung des Kunstwerkes'' ("TheAsal OriginKarya of the Work of ArtSeni," 1935), ''Bauen Wohnen Denken'' ("BuildingMembangun DwellingBerpikir ThinkingTempat Tinggal," 1951 ), anddan ''Die Frage nach der Technik'' ("The QuestionPertanyaan ConcerningMengenai TechnologyTeknologi," 1953) anddan ''WasApakah heisst Denken?'' ("WhatApa IsApakah CalledDisebut ThinkingBerpikir?" 1954).
=== Influences and difficulties of French reception ===
|