Martin Heidegger

filsuf Jerman

Martin Heidegger (26 September 1889 – 26 Mei 1976) adalah seorang filsuf asal Jerman. Ia belajar di Universitas Freiburg di bawah Edmund Husserl, penggagas fenomenologi, dan kemudian menjadi profesor di sana 1928. Ia memengaruhi banyak filsuf lainnya, dan murid-muridnya termasuk Hans-Georg Gadamer, Hans Jonas, Emmanuel Levinas, Hannah Arendt, Leo Strauss, Xavier Zubiri dan Karl Löwith. Maurice Merleau-Ponty, Jean-Paul Sartre, Jacques Derrida, Michel Foucault, Jean-Luc Nancy, dan Philippe Lacoue-Labarthe juga mempelajari tulisan-tulisannya dengan mendalam. Selain hubungannya dengan fenomenologi, Heidegger dianggap mempunyai pengaruh yang besar atau tidak dapat diabaikan terhadap eksistensialisme, dekonstruksi, hermeneutika dan pasca-modernisme. Ia berusaha mengalihkan filsafat Barat dari pertanyaan-pertanyaan metafisis dan epistemologis ke arah pertanyaan-pertanyaan ontologis, artinya, pertanyaan-pertanyaan menyangkut makna keberadaan, atau apa artinya bagi manusia untuk berada. Heidegger juga merupakan anggota akademik yang penting dari Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei.

Martin Heidegger
LahirSeptember 26, 1889
Meßkirch, Germany
Meninggal26 Mei 1976(1976-05-26) (umur 86)
Freiburg im Breisgau, Germany
EraFilsuf abad ke-20
KawasanFilosofi Barat
AliranPhenomenology · Hermeneutics · Existentialism
Minat utama
Ontology · Metaphysics · Art · Greek philosophy · Technology · Language · Poetry  · Thinking
Gagasan penting
Dasein · Gestell · Heideggerian terminology
Dipengaruhi
Memengaruhi
The Mesmerhaus di Meßkirch, tempat Heidegger tumbuh
Makam Heidegger

Masa kecil dan pendidikan

sunting

Heidegger dilahirkan di sebuah keluarga desa di Meßkirch, Jerman, dan diharapkan kelak menjadi seorang pendeta. Pada masa remajanya, ia dipengaruhi oleh Aristoteles yang dikenalnya lewat teologi Kristen. Konsep tentang Ada, dalam pengertian tradisional ini, yang berasal dari Plato, adalah perkenalan pertamanya dengan sebuah gagasan yang kelak ditanamkannya pada pusat karyanya yang paling terkenal, Being and Time (bahasa Jerman: Sein und Zeit) (1927). Keluarganya tidak cukup kaya untuk mengirimnya ke universitas, dan ia membutuhkan beasiswa. Untuk maksud tersebut, ia harus belajar agama. Heidegger juga tertarik akan matematika. Ketika ia belajar sebagai mahasiswa, ia meninggalkan teologi dan beralih kepada filsafat, karena ia menemukan sumber pendanaan lain untuk studinya. Ia menulis disertasi doktoralnya berdasarkan sebuah teks yang saat itu dianggap sebagai karya Duns Scotus, seorang pemikir etika dan keagamaan abad ke-14, namun belakangan orang menduga itu adalah karya Thomas dari Erfurt.

Heidegger mulanya adalah seorang pengikut fenomenologi. Secara sederhana, kaum fenomenolog menghampiri filsafat dengan berusaha memahami pengalaman tanpa diperantarai oleh pengetahuan sebelumnya dan asumsi-asumsi teoretis abstrak. Edmund Husserl adalah pendiri dan tokoh utama aliran ini, sementara Heidegger adalah mahasiswanya dan hal inilah yang meyakinkan Heidegger untuk menjadi seorang fenomenolog. Heidegger menjadi tertarik akan pertanyaan tentang "Ada" (atau apa artinya "berada"). Karyanya yang terkenal Being and Time (Ada dan Waktu) dicirikan sebagai sebuah ontologi fenomenologis. Gagasan tentang Ada berasal dari Parmenides dan secara tradisional merupakan salah satu pemikiran utama dari filsafat Barat. Persoalan tentang keberadaan dihidupkan kembali oleh Heidegger setelah memudar karena pengaruh tradisi metafisika dari Plato hingga Descartes, dan belakangan ini pada Masa Pencerahan. Heidegger berusaha mendasarkan keberadaan di dalam waktu, dan dengan demikian menemukan hakikat atau makna yang sesungguhnya dalam artian kemampuannya untuk kita pahami.

Demikianlah Heidegger memulai di mana Ada itu dimulai, yakni di dalam filsafat Yunani, dengan membangkitkan kembali suatu masalah yang telah lenyap dan yang kurang dihargai dalam filsafat masa kini. Upaya besar Heidegger adalah menangani kembali gagasan Plato dengan serius, dan pada saat yang sama menggoyahkan seluruh dunia Platonis dengan menantang saripati Platonisme - memperlakukan Ada bukan sebagai sesuatu yang nirwaktu dan transenden, melainkan sebagai yang imanen (selalu hadir) dalam waktu dan sejarah. Hal ini yang mengakibatkan kaum Platonis seperti George Grant yang menghargai kecemerlangan Heidegger sebagai seorang pemikir meskipun mereka tidak setuju dengan analisisnya tentang Ada dan konsepsinya tentang gagasan Platoniknya.

Meskipun Heidegger adalah seorang pemikir yang luar biasa kreatif dan asli, dia juga meminjam banyak dari pemikiran Friedrich Nietzsche dan Soren Kierkegaard. Heidegger dapat dibandingkan dengan Aristoteles yang menggunakan dialog Plato dan secara sistematis menghadirkannya sebagai satu bentuk gagasan. Begitu juga Heidegger mengambil intisari pemikiran Nietzsche dari sebuah fragmen yang tak terbit dan menafsirkannya sebagai bentuk puncak metafisika barat. Karya Heidegger berupa transkrip perkuliahan selama 1936 tentang Nietzsche’s Will to Power as Art yang dirasa kurang bernilai akademis dibandingkan karyanya sendiri yang lebih asli. Konsep Heidegger tentang kecemasan angst dan das sein berasal dari konsep Kierkegaard tentang kecemasan, pentingnya relasi subjektivitas dengan kebenaran, eksistensi di hadapan kematian, kesementaraan eksistensi, dan pentingnya afirmasi diri dari Ada seseorang di dalam dunia.

Martin Heidegger dianggap sebagai salah satu filsuf terbesar dari abad 20. Arti pentingnya hanya dapat disaingi oleh Ludwig Wittgenstein. Gagasannya merasuki berbagai bidang penelitian yang luas. Karena diskusi Heidegger tentang ontologi maka dia kerap dianggap salah satu pendiri eksistensialisme dan gagasannya kerap mewarnai banyak karya besar filsafat seperti karya Sartre yang mengadopsinya banyak gagasannya, meskipun Heidegger bersikeras bahwa Sartre salah memahami gagasannya. Gagasannya diterima di seluruh Jerman, Prancis, dan Jepang hingga banyak pengikut di Amerka Utara sejak 1970-an. Meskipun demikian, gagasannya dianggap sebagai tak bernilai oleh beberapa pemikir kontemporer seperti mereka yang di dalam Lingkaran Wina,Theodor Adorno, dan filsuf Inggris Bertrand Russell dan Alfred Ayer.

Penolakan Heidegger akan konsep seperti pembedaan fakta dan nilai, penambahan komponen etis pada filsafatnya, kekritisannya terhadap sains dan teknologi modern, dan klaimnya akan kesalahpahaman akan pikirannya kerap membingungkan para filsuf lain. Serangan terhadap gagasannya tampak menjadi satu-satunya kemungkinan yang dapat dilakukan, terlebih ditambah dengan tingkah laku pribadinya yang tampak secara moral dan politik ambigu.

Filsafat

sunting

Sein und Zeit

sunting

Karya terpenting Heidegger adalah Being and Time (German Sein und Zeit, 1927). Meskipun karya yang terbit hanyalah sepertiga dari total rencana keseluruhan sebagaimana tampak dalam pengantarnya namun karya ini menunjukkan satu titik balik dalam filsafat kontinental. Karya ini berpengaruh besar dan luas serta masih menjadi salah satu karya yang paling banyak dibicarakan pada abad ke-20. Banyak paham filsafat, seperti eksistensialisme dan dekonstruksi, yang berhutang banyak pada Being and Time.

Dalam karya ini, Heidegger memepertanyakan makna dari ada: apa maknanya bila sesuatu entitas dikatakan ada? Pertanyaan ini adalah satu pertanyaan mendasar dalam caakupan wilayah ontologi. Dalam pendekatannya Heidegger terpisah dari tradisi Aristotelian dan Kantian yang mendekati pertanyaan itu dari sudut pandang logika. Secara implisit mereka mengatakan bahwa pengetahuan teoretis mewakili relasi mendasar antara individu dan ada di dunia sekitarnya (mencakup juga dirinya sendiri).

Heidegger menolak tesis ini dengan mengawali pendekatannya dari fenomena keterlibatan yang disebutnya sebagai sorge. Perilaku manusia adalah sebuah keterlibatan secara aktif dengan objek keseharian di sekelilingnya. Dia bukan seorang pengamat pasif yang mengambil jarak dari dunianya. Pendapatnya ini sekaligus sebuah kritik bagi pemikiran Cartesian yang mengagungkan "aku" sebagai objek berpikir murni yang terpisah dari dunianya. Heidegger mengritik pernyataan terkenal Descartes aku berpikir maka aku ada yang terlalu menekankan pada aku berpikir dan lupa bahwa seharusnya aku ada terlebih dahulu barulah kemudian aku bisa berpikir. Fakta mendasar dari eksistensi manusia adalah bahwa kita telah 'ada di dalam dunia'. Dunia adalah karakter dari ada di dalam dunia, yang selanjutnya disebut dengan das sein.

Selanjutnya Heidegger menolak kategori subjek-ojek yang kerap dikenakan oleh filsuf pasca Descartes. Sesuatu bermakna bagi kita hanya dalam penggunaannya pada konteks tertentu yang telah ditetapkan oleh norma sosial.

Namun, semua norma-norma secara radikal kontingen. Kontingensi mereka terungkap dalam fenomena dasar Angst, di mana semua norma murtad dan makhluk muncul sebagai tidak ada yang khusus, dalam kesia penting mereka. (Berlawanan dengan beberapa interpretasi eksistensialis Heidegger, ini tidak berarti bahwa keberadaan semua tidak masuk akal, melainkan berarti keberadaan yang selalu memiliki potensi untuk absurditas.) Pengalaman Angst mengungkapkan keterbatasan penting dari manusia.

Fakta bahwa makhluk dapat muncul, baik sebagai bermakna dalam konteks atau sebagai berarti dalam pengalaman Angst, tergantung pada fenomena sebelumnya: bahwa makhluk dapat muncul sama sekali. Heidegger menyebut muncul makhluk "kebenaran", yang ia definisikan sebagai unconcealment daripada kebenaran. Ini "kebenaran makhluk", diri mereka wahyu, melibatkan jenis yang lebih mendasar kebenaran, "pengungkapan berada di mana makhluk makhluk ini yg tak disembunyikan." Inilah unconcealment menjadi yang mendefinisikan eksistensi manusia untuk Heidegger: manusia adalah menjadi untuk siapa makhluk adalah masalah, yaitu, untuk siapa yang muncul seperti itu (kata Heidegger untuk seperti suatu entitas, yang dibayangkan bisa memiliki non- instantiations manusia, adalah Da-sein). Inilah sebabnya mengapa Heidegger mulai penyelidikan ke dalam makna kebersamaan dengan penyelidikan esensi manusia; ontologi Da sein adalah ontologi fundamental. Para unconcealment pada dasarnya adalah fenomena temporal dan historis (maka "waktu" di Menjadi dan Waktu); apa yang kita sebut masa lalu, sekarang, dan masa depan sesuai originarily untuk aspek unconcealment ini dan tidak untuk tiga wilayah yang saling eksklusif dari waktu homogen yang mengukur jam (meskipun jam-waktu adalah turunan dari waktu originary dari unconcealment, seperti Heidegger mencoba menunjukkan dalam bab-bab sulit buku akhir).

Pemahaman total menjadi hasil dari penjelasan dari pengetahuan implisit menjadi yang melekat pada semua perilaku manusia. Filsafat demikian menjadi suatu bentuk penafsiran, inilah mengapa teknik Heidegger dalam Being and Time sering disebut sebagai fenomenologi hermeneutik. Mengada dan Waktu, yang tidak lengkap, berisi pernyataan Heidegger proyek ini dan penafsirannya tentang keberadaan manusia dan cakrawala temporal, tetapi tidak mengandung bekerja di luar makna menjadi seperti itu atas dasar penafsiran ini. Tugas ambisius diambil dengan cara yang berbeda dalam karya-karyanya berikutnya (lihat di bawah).

Sebagai bagian dari proyek ontologisnya, Heidegger melakukan reinterpretasi filsafat Barat sebelumnya. Dia ingin menjelaskan mengapa dan bagaimana pengetahuan teoretis datang tampak seperti hubungan yang paling mendasar untuk menjadi. Penjelasan ini mengambil bentuk sebuah destructuring (Destruktion) dari tradisi filsafat, strategi interpretif yang mengungkapkan pengalaman mendasar yang pada dasar filsafat sebelumnya. Dalam Mengada dan Waktu ia sempat destructures filsafat Descartes, dalam bekerja kemudian dia menggunakan pendekatan ini untuk menafsirkan filsafat Aristoteles, Kant, Hegel, dan Plato, antara lain. Teknik ini diberikan pengaruh yang besar pada pendekatan dekonstruktif Derrida, meskipun ada perbedaan yang sangat penting antara dua metode.

Mengada dan Waktu adalah prestasi yang menjulang tinggi dari awal karier Heidegger, tetapi ada karya-karya penting lainnya dari periode ini, termasuk Die Grundprobleme der Phänomenologie (Masalah Dasar Fenomenologi, 1927), Kant und das Masalah der Metaphysik (Kant dan Masalah Metafisika, 1929), dan "Apakah ist Metaphysik?" ("Apa itu Metafisika?", 1929).

Meskipun Heidegger mengklaim bahwa semua tulisannya bersangkutan satu pertanyaan, pertanyaan menjadi, pada tahun-tahun setelah penerbitan dan Waktu Menjadi fokus karyanya berangsur berubah. Perubahan ini sering disebut sebagai Heidegger Kehre (berbalik). Dalam karya-karyanya berikutnya, Heidegger berubah dari "melakukan" untuk "tinggal." Dia berfokus kurang pada cara di mana struktur yang terungkap dalam perilaku sehari-hari dan dalam pengalaman Angst, dan lebih pada cara di mana perilaku itu sendiri tergantung pada sebelum "keterbukaan menjadi." Esensi manusia adalah pemeliharaan keterbukaan ini. (Perbedaan antara karya Heidegger awal dan akhir lebih merupakan perbedaan penekanan dari istirahat radikal seperti bahwa antara karya-karya awal dan akhir dari Wittgenstein, tetapi cukup penting untuk membenarkan sebuah divisi dari korpus Heidegger menjadi "awal" (kira-kira, pra-1930) dan "terlambat" tulisan).

Heidegger menentang keterbukaan ini kepada "kehendak untuk berkuasa" dari subjek manusia modern, yang bawahan makhluk untuk tujuannya sendiri daripada membiarkan mereka "menjadi apa yang mereka." Heidegger menafsirkan sejarah filsafat barat sebagai periode singkat keterbukaan otentik untuk berada di saat-Sokrates pra, terutama Parmenides, Heraclitus, dan Anaximander, diikuti dengan periode lama semakin didominasi oleh subjektivitas nihilistik, diprakarsai oleh Plato dan memuncak pada Nietzsche.

Dalam tulisan-tulisan kemudian, dua tema berulang yang puisi dan teknologi. Heidegger melihat puisi sebagai cara yang unggul di mana makhluk yang terungkap "dalam diri mereka." Para pemain bahasa puisi (yang, untuk Heidegger, esensi dari bahasa itu sendiri) mengungkapkan permainan keberadaan dan ketiadaan yang sedang sendiri. Heidegger berfokus terutama pada puisi Holderlin.

Melawan kekuatan mengungkapkan puisi, Heidegger menetapkan kekuatan teknologi. Inti dari teknologi adalah konversi dari seluruh alam semesta makhluk menjadi dibeda-bedakan "berdiri cadangan" (Bestand) dari energi yang tersedia untuk penggunaan manusia yang memilih untuk meletakkannya. Cadangan berdiri mewakili nihilisme yang paling ekstrem, karena makhluk makhluk benar-benar tunduk pada kehendak subjek manusia. Heidegger tidak tegas mengutuk teknologi; ia percaya bahwa dominasi yang semakin meningkat bisa membuat itu mungkin bagi manusia untuk kembali ke tugas otentik tentang tugas sedang. Namun, banyak karya kemudian Heidegger dicirikan oleh nostalgia agraria jelas.

Karya-karya penting Heidegger kemudian termasuk Vom Wesen der Wahrheit ("Di Esensi Kebenaran," 1930), Der Ursprung des Kunstwerkes ("Asal Karya Seni," 1935), Bauen Wohnen Denken ("Membangun Berpikir Tempat Tinggal," 1951), dan Die Frage nach der Technik ("Pertanyaan Mengenai Teknologi," 1953) dan Apakah heisst Denken? ("Apa Apakah Disebut Berpikir?" 1954).

Pengaruh dan tanggapan Prancis yang sulit

sunting

Heidegger, seperti Husserl, adalah pengaruh secara eksplisit mengakui pada eksistensialisme, meskipun pengingkaran eksplisit dan keberatan, dalam teks-teks seperti "Surat tentang Humanisme," dari impor elemen kunci dari karyanya ke dalam konteks eksistensialis. Sementara Heidegger dilarang mengajar universitas untuk jangka waktu lama setelah perang karena aktivitasnya sebagai Rektor Freiburg, ia mengembangkan sejumlah kontak di Prancis yang terus mengajar karyanya dan membawa siswa mereka untuk mengunjunginya di Todtnauberg (lihat, misalnya, Jean-François Lyotard singkat rekening di "Heidegger dan 'Yahudi': Konferensi di Wina dan Freiburg," yang membahas konferensi Franco-Jerman yang diadakan di Freiburg pada tahun 1947, langkah pertama dalam menyatukan siswa Prancis dan Jerman setelah Perang). Heidegger kemudian melakukan upaya untuk terus mengikuti perkembangan dalam filsafat Prancis dengan cara rekomendasi dari Jean Beaufret, seorang penerjemah Prancis awal, dan Lucien Braun.

Dekonstruksi seperti yang umum dipahami (yaitu, sebagai fenomena Prancis dan Anglo-Amerika sangat berakar dalam karya Heidegger, dengan eksposur umum terbatas dalam konteks Jerman sampai tahun 1980) menjadi perhatian Heidegger pada tahun 1967 dengan cara rekomendasi Lucien Braun kerja Jacques Derrida (Hans-Georg Gadamer hadir pada diskusi awal dan menunjukkan kepada Heidegger bahwa karya Derrida datang untuk perhatiannya dengan cara asisten). Heidegger menyatakan minatnya dalam memenuhi Derrida pribadi setelah yang terakhir mengirimnya beberapa karyanya. (Ada diskusi dari pertemuan pada tahun 1972, tetapi ini tidak terjadi.) Bunga Heidegger dalam Derrida dikatakan oleh Braun telah cukup besar (seperti yang dibuktikan dalam dua surat, tanggal 29 September 1967 dan 16 Mei 1972, dari Heidegger untuk Braun ). Braun juga dibawa ke perhatian Heidegger karya Michel Foucault. Hubungan Foucault untuk Heidegger adalah masalah kesulitan yang cukup; Foucault mengakui Heidegger sebagai filsuf yang ia membaca tetapi tidak pernah menulis tentang. (Untuk selengkapnya, baca Penser à Strasbourg, Jacques Derrida, dkk, yang meliputi reproduksi huruf dan account dengan Braun, "À mil-chemin entre Heidegger et Derrida").

Salah satu fitur yang mengumpulkan bunga awal dalam konteks Prancis (yang disebarkan agak cepat untuk sarjana sastra Prancis dan filsafat bekerja di universitas di Amerika) adalah upaya Derrida untuk menggantikan pemahaman karya Heidegger lazim di Prancis dari periode larangan terhadap ajaran Heidegger di Jerman universitas, yang berjumlah sebagian untuk menolak hampir grosir pengaruh Jean-Paul Sartre dan istilah eksistensialis. Dalam pandangan Derrida, dekonstruksi adalah tradisi yang diwariskan melalui Heidegger (istilah "dekonstruksi" Prancis adalah terjemahan dari "Destruktion" Heidegger - secara harfiah "kehancuran"), sedangkan interpretasi Sartre dari Dasein dan istilah Heidegger kunci adalah terlalu psychologistic dan (ironisnya) antroposentris, yang terdiri dari kesalahpahaman radikal terbatasnya jumlah teks Heidegger umumnya belajar di Prancis sampai saat itu (yaitu Menjadi dan Waktu, Apa Metafisika?, dan Kant dan Masalah Metafisika). Derrida, di sisi lain, adalah pada waktu disajikan sebagai ultra-ortodoks "Prancis Heidegger," sedemikian rupa bahwa ia, rekan-rekannya, dan mantan siswa yang dibuat untuk pergi proxy untuk terburuk Heidegger (politik) kesalahan, meskipun cukup bukti bahwa penerimaan karya Heidegger oleh praktisi kemudian dekonstruksi sama sekali tidak doktriner "Heideggerianism". Karya Philippe Lacoue-Labarthe dapat diambil sebagai teladan dalam hal ini dan sering dipuji seperti itu oleh Derrida, yang lebih kontras kerja diperpanjang Lacoue-Labarthe pada Heidegger dengan diam Foucault.

Setelah sebelumnya menyebutkan kontribusi dari Derrida, Lacoue-Labarthe, dan Lyotard untuk beasiswa pada Heidegger dan Sosialisme Nasional, perlu dicatat bahwa hubungan Heidegger untuk Holocaust dan Nazisme adalah subyek perdebatan besar dan kadang-kadang tersinggung di berbagai "dekonstruksi". Ini termasuk sejauh mana praktisi tertentu dari dekonstruksi yang sama sekali bisa melakukannya tanpa dekonstruksi Heidegger (seperti Lyotard khususnya mungkin berharap) atau yang - bukan - wajib untuk lebih lanjut (dan dalam kasus salah dan banyak kritik kurang informasi, ingat) sudah luas kritik Heidegger yang jauh mendahului (dalam kasus Derrida, dengan puluhan tahun) pengakuan luas dari kegiatan Heidegger sebagai Sosialis Nasional. Yang terakhir ini yang dipicu oleh perhatian pers ke buku Farias Victor "Heidegger et le nazisme" (Farias adalah mantan mahasiswa Heidegger) dan perawatan yang luas dari Holocaust dan implikasinya. Ini termasuk misalnya, prosiding konferensi pertama yang didedikasikan untuk karya Derrida, diterbitkan sebagai "Les Sirip de l'Homme" (esai dari mana judul yang diambil), Derrida "Feu la Kader / cio 'che Resta del Fuoco", atau studi tentang Celan oleh Lacoue-Labarthe dan Derrida yang segera mendahului studi terperinci politik Heidegger diterbitkan pada dan setelah 1987.

Kritik

sunting

Pentingnya Heidegger ke dunia filsafat kontinental (yang sebagian besar diciptakan, karena tidak ada perbedaan antara analitik dan filsafat kontinental sebelum dia) mungkin tak tertandingi. Penerimaan-Nya di antara filsuf dari sekolah analitik, bagaimanapun, ini lain cerita. Menyimpan review agak menguntungkan oleh Gilbert Ryle dalam Pikiran jurnal Mengada dan Waktu pada saat publikasi, sezaman Heidegger dari tradisi analitik (yang masih muda, tetapi sudah cukup tajam digambarkan dari cabang lain dari filsafat) umumnya dianggap baik konten, sejauh mereka percaya ada akan ada sama sekali, dan gaya dengan mana ia menyampaikan itu, sebagai bukti dari cara terburuk mungkin berfilsafat.

Tradisi kejelasan nilai-nilai ekspresi analitik, sedangkan Heidegger berpikir bahwa "membuat dirinya dimengerti adalah bunuh diri bagi filsafat." Terlepas dari tuduhan obskurantisme, filsuf analitik umumnya dianggap sebagai konten yang sebenarnya yang dapat dipetik dari kerja Heidegger untuk menjadi baik trivial palsu, tidak dapat diverifikasi atau tidak menarik. Pandangan ini sebagian besar telah selamat, dan Heidegger masih dibicarakan dengan cemoohan di tempat yang paling filsafat analitis, dan pengaruhnya dianggap telah bencana bagi filsafat, dalam garis yang jelas dapat ditelusuri dari itu untuk varietas yang paling pemikiran filsafat postmodern .

Heidegger dan Jerman Nazi

sunting

Heidegger bergabung dengan Partai Nazi pada tanggal 1 Mei 1933, sebelum diangkat rektor universitas di Freiburg. Dia mengundurkan diri dari rectorship pada bulan April 1934. Selama ini mantan guru Heidegger, Husserl, yang Yahudi, ditolak penggunaan perpustakaan universitas di Freiburg karena hukum pembersihan rasial yang dikeluarkan oleh Partai Nazi. Heidegger juga dihapus dedikasi untuk Husserl dari Menjadi dan Waktu ketika diterbitkan kembali pada tahun 1941. Heidegger kemudian mengklaim bahwa ini adalah akibat tekanan dari penerbit, Max Niemeyer. Selain itu, ketika Pendahuluan Heidegger untuk Metafisika (kuliah awalnya diberikan pada tahun 1935) diterbitkan pada 1953, ia menolak untuk menghapus referensi ke "kebenaran batin dan kebesaran dari gerakan [mati Innere Wahrheit und Große dieser Bewegnung]," yaitu Nasional Sosialisme. Alih-alih menghapus atau mengubah teks, ia hanya menambahkan gloss kurung, "(yaitu, konfrontasi teknologi planet dan manusia modern) (nämlich [mati] Begegnung der planetarisch bestimmten Technik und des neuzeitlichen Menschen)." Banyak pembaca, khususnya Jürgen Habermas, datang untuk menafsirkan pernyataan ambigu sebagai bukti dari komitmen untuk Sosialisme Nasional.

  • Sein und Zeit (1927)

<! - Bacaan lebih lanjut == ==

Ada banyak literatur sekunder besar pada filsafat Heidegger. Komentar diakses di dan Waktu Menjadi termasuk

  • Menjadi-in-the-Dunia oleh Hubert Dreyfus,
  • Kejadian Makhluk Heidegger dan Waktu oleh Theodore Kisiel, dan
  • Heidegger dan Menjadi dan Waktu oleh Stephen Mulhall.
  • Heidegger pada Menjadi dan Bertindak: Dari Prinsip ke Anarki oleh Reiner Schürmann.

Sejauh ini biografi terbaik dan paling bahkan tangan dari Heidegger, yang juga mungkin adalah pengantar terbaik untuk pemikirannya, adalah

yang merupakan terjemahan bahasa Inggris dari Meister nya Ein aus Deutschland (judul adalah sebuah referensi terhadap Paul Celan 's "Todesfugue").

Informasi lebih lanjut tentang masalah sejarah politik Heidegger dapat ditemukan dalam

Perlu dicatat bahwa dalam banyak lingkungan filosofis, argumen Farias 'yang kontroversial, dan banyak dari kesimpulan dilombakan.

memberikan pemeriksaan wajar hubungan antara filsafat dan politik. Pertanyaan serupa telah diambil dari perspektif filosofis oleh (antara lain)

  • Derrida di' Tentu Roh,
  • Philippe Lacoue-Labarthe di tipografi'
  • Heidegger, Seni, dan Politik: The Fiksi dari Politik trans. Chris Turner (Oxford: Basil Blackwell, 1990) dan
  • Puisi sebagai Pengalaman,
  • Bourdieu di The Ontologi Politik Martin Heidegger, dan
  • Lyotard di Heidegger dan "orang Yahudi".

Juga dikutip di atas:

  • Derrida, dkk di Penser à Strasbourg
  • Lyotard dalam Tulisan-tulisan Politik

Terpilih == Bibliografi == (Karya utama dalam huruf tebal)

  • 'Pertanyaan Mengenai Teknologi'
  • Gelassenheit (1959). Diterjemahkan sebagai Wacana Di Berpikir.
  • Identität und Differenz (1955-57). Diterjemahkan sebagai Identitas dan Perbedaan.
  • Kant und das Masalah der Metaphysik (1929). Diterjemahkan sebagai Kant dan Masalah Metafisika.
  • Der Satz vom Grund (1955-1956). Diterjemahkan sebagai Prinsip Alasan.
  • Sein und Zeit (1927). Diterjemahkan sebagai 'Being and Time'.
  • Unterwegs zur Sprache (1959). Diterjemahkan sebagai Di Way Untuk Bahasa dengan penghilangan esai Die Sprache (' Bahasa) dengan pengaturan dengan Herr Heidegger.

Cinema == ==

Harga == == <- Data ini telah dipindahkan dari template Filsuf Infobox tua pada 9 September!. Silakan memindahkan ini ke Wikiquote -> "Yang paling pemikiran hal dalam pemikiran masa kita adalah bahwa kita masih tidak berpikir."
-Apa yang Disebut Berpikir?

Pranala luar

sunting

Menjadi: Марцін Хайдэгер Adalah: Martin Heidegger Sederhana: Martin Heidegger