Muhammad Nashiruddin Al-Albani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yamjisaka (bicara | kontrib)
Yamjisaka (bicara | kontrib)
Baris 23:
 
Saat mendalami ilmu ini ia tidak sanggup membeli buku-buku yang dibutuhkan, sehingga ia sering mengunjungi perpustakaan Azh-Zhahiriyyah dan disitu ia bisa mendapati dan membaca buku-buku yang tidak mampu ia beli. Ia juga menjalin hubungan dengan pemilik toko buku terbesar di Damaskus sehingga memudahkannya untuk meminjam buku-buku yang diperlukan. Saat ada orang yang mau membelinya baru buku tersebut dikembalikan. Ia sering menghabiskan waktunya menyendiri di perpustakaan [[Azh-Zhahiriyyah]] selama berjam-jam, menelaah, menta’liq (mengomentari), mentahqiq (memeriksa) kecuali saat tiba waktu [[salat]]. Dan ia seringkali hanya menyantap makan ringan selama di perpustakaan. Oleh karena itu, pihak perpustakaan memberinya ruang khusus, dengan referensi induk untuk kepentingan ilmiah yang ia lakukan. Ia datang pagi hari sebelum petugas perpustakaan datang. Dan biasanya para pegawai perpustakaan sudah pulang ke rumah tengah hari dan tidak kembali lagi, namun [[Al-Albani]] tetap berada disana hingga waktu [[Isya’]] tiba. Hal ini ia jalani selama bertahun-tahun.
 
Dalam menegakkan dakwah tauhid diatas landasan manhaj [[''Salafus Shalih'']] (pendahulu orang-orang sholeh (Rasulullah & para Shahabatnya)), [[Al-Albani]] mengalami banyak cobaan. Ia sering menghadapi penentangan yang keras dari orang-orang ekstrimis (khawarij), bahkan juga dari ulama-ulama madzhab yang fanatik, guru-guru sufi, kaum [[khurafat]], dan para liberalis yang menjulukinya sebagai wahabi sesat, bahkan banyak diantaranya yang menebarkan fitnah dan tuduhan-tuduhan tak berhujjah kepada [[Al-Albani]]. Namun banyak juga ulama-ulama dan kaum pelajar yang simpati terhadap dakwahnya sehingga dalam majelisnya selalu dipenuhi oleh para penuntut ilmu yang haus akan kajian ilmu yang sesuai dengan [[Al-Qur’an]] dan [[As-Sunnah]], karena ia termasuk pengibar panji tauhid.
 
Dalam kehidupannya, [[Al-Albani]] muda adalah seorang yang sangat miskin. Salah sumber mata pencahariannya sebelum menjadi guru adalah melalui reparasi jam yang mana kemampuan ini dia dapatkan dari ayahnya. Hal ini dikarenakan sebagian besar perhatiannya tercurah pada ilmu. Ia menceritakan bahwasanya ia sering mengambil sobekan-sobekan kertas dari jalan (biasanya berupa kartu undangan pernikahan) yang kemudian akan digunakannya untuk menulis catatannya, karena kemampuannya dalam harta sangatlah minim. Seringkali, ia membeli potongan-potongan kertas dari tempat pembuangan (dengan cara ini ia bisa membeli kertas dengan harga murah dalam jumlah banyak) dan membawanya ke rumah untuk dipakai.