Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 3:
Nama lengkapnya adalah Abdul 'Aziz bin Abdullah bin Muhammad bin Abdullah Ali Baz, beliau lahir di [[Riyadh]], [[Arab Saudi]] pada tahun 1909 M / 1330 H. Beliau adalah salah satu dari 3 ulama besar yang dijadikan rujukan ulama-ulama kontemporer dalam masalah [[Aqidah]] dan [[Fiqih]]. Pada awalnya beliau bisa melihat dengan normal, namun pada usia remaja penglihatan beliau perlahan memburuk hingga puncaknya pada usia sekitar 16 tahun beliau pun mengalami kebutaan total. Beliau pernah menjabat sebagai mufti agung kerajaan [[Arab Saudi]] di era 80-an, kepala majelis pendiri Rabithah Alam Islami ([[Liga Muslim Dunia]], rektor [[Universitas Islam Madinah]], anggota dewan tertinggi [[Haiah Kibaril Ulama]] (semacam MUI di Arab Saudi), dan ketua dari [[Al Lajnah Ad-Daimah lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta']] (Badan Riset Ilmu dan Fatwa). Beliau wafat pada tahun 1999 M / 1420 H dan disemayamkan di pekuburan Al-Adl, [[Mekkah]]
== Perjalanan
Syaikh bin Baz telah menghafal Al-Qur'an sejak usia kanak-kanak, beliau lahir dari kalangan keluarga yang haus akan ilmu sehingga beliau pun tumbuh menjadi seorang pemuda yang turut mendedikasikan hidupnya pada ilmu. Sejak kecil hingga remaja, beliau berguru pada ulama-ulama sekitar Riyadh dan belajar ilmu syariah serta bahasa dari mereka. Beliau tumbuh dalam didikan ilmu dari keluarganya, dan menghabiskan masa mudanya dengan berkelana menuntut ilmu pada ulama-ulama yang tersebar dinegaranya.
Beliau adalah salah satu sosok ulama panutan modern yang memiliki ketinggian ilmu dan akhlaq yang lembut dikalangan kaum muslimin diseluruh dunia. Dalam hal fiqih, beliau sangat banyak menukil pendapat Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah, namun beliau menegaskan bahwa hal itu bukan karena taqlid. Dalam menghadapi ikhtilaf fiqih dikalangan para Imam Madzab dan ulama-ulama masa lampau, beliau menggunakan metode tarjih, yaitu manakah diantara pendapat Imam Madzab yang memiliki hujjah paling kuat menurut beliau, maka pendapat itulah yang akan beliau ambil dan ikuti. Beliau sangat mengecam keras perselisihan diantara kaum muslimin yang berasal dari ikhtilaf para Imam Madzab, dan senantiasa menasehati mereka untuk selalu berpegang teguh pada [[Al-Qur'an]] & [[Sunnah]] untuk menghadapi ikhtilaf itu, demi persatuan umat dan menghindari taqlid buta.
Aqidah dan manhaj dakwah beliau bisa dilihat dari tulisan maupun karya-karyanya. Misalnya dalam buku "Aqidah Shahihah" yang menerangkan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, menegakkan Tauhid dan menjauhkan sekaligus memerangi kesyirikan. Beliau benar-benar menyandarkan tafsir Al-Qur'an dan syarah hadits-hadits yang dibawakan dalam kitab-kitabnya pada pemahaman Salafus Shalih (pemahaman para Shahabat) serta ulama-ulama besar ahlussunnah yang mengikuti mereka. Pembelaannya terhadap aqidah tauhid dan sunnah yang murni pun tertuang dalam karya beliau yang ringkas dan padat, berjudul "At Tahdzir 'alal Bida'". Beliau adalah ulama yang memfatwakan bahwa 1 diantara 73 golongan umat Islam yang selamat adalah mereka yang berpegang teguh mengikuti Salafus Shalih (Rasul dan para Shahabatnya).
== Ujian dan Cobaan dalam Berdakwah ==
Dalam perjuangannya menegakkan tauhid dan sunnah pun, tak sedikit menuai kecaman dari beberapa orang yang membenci beliau, mulai dari kalangan khawarij (ekstrimis) hingga kaum sufi. Khawarij memfitnah beliau dengan sebutan ulama zindiq dan menuduh beliau telah membantu pasukan kafir [[Amerika]] dalam usaha invasinya ke [[Iraq]], bahkan ada beberapa diantaranya yang berani terang-terangan mengkafirkan Syaikh bin Baz. Sedangkan kaum sufi menuduh beliau sebagai orang khawarij yang suka mengkafirkan dan memvonis sesat orang lain yang tak sejalan dengan pendapatnya, beberapa sebabnya adalah penolakan Syaikh bin Baz pada tradisi istighootsah pada kuburan/mayat yang sering dilakukan oleh kaum Sufi yang mana mereka menyandarkan dasar tradisi itu pada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam, dan juga penolakan beliau pada tradisi-tradisi sufi lain yang dianggap sebagai ibadah oleh mereka.
Seperti halnya Imam Al-Qurthubi rahimahullah yang berpendapat bahwa bumi itu rata, Syaikh bin Baz pada awalnya adalah salah seorang yang juga mempercayai bahwasanya bumi itu rata. Saat ekspedisi keluar angkasa pertama oleh orang-orang [[Uni Soviet]] & [[Amerika]] digalakkan, membuat sebagian ilmuwan barat menciptakan sebuah statement hujatan bahwasanya [[Al-Qur'an]] itu adalah kitab yang konyol serta tak masuk akal, dan sempat munculah fatwa bagi siapapun kaum muslimin yang ikut menghina [[Al-Qur'an]] maka orang itu telah kufur. Hingga pada akhirnya munculah beberapa ulama sekitar madinah yang memberitahukan kepada beliau perihal pendapat ulama lain dimasa lampau, yaitu Imam Ibnu Hazm rahimahullah yang
Sejak saat itu Syaikh bin Baz menerima pendapat Imam Ibnu Hazm rahimahullah dan munculah fatwa beliau dengan mengambil rujukan syarah pendapat dari Ibnu Hazm yang mana fatwa itu sampai sekarang masih bisa didengar dan dibaca melalui pranala fatwa online:
# Audio: http://www.fatwa-online.com/audio/other/oth002/0040814.htm
# Catatan Fatwa: http://www.fatwa-online.com/fataawa/miscellaneous/miscellaneous/0040819.htm
|