Pembicaraan:Petahana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 202.70.63.219 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Aris riyanto
←Membatalkan revisi 6047244 oleh Aris riyanto (Bicara)
Baris 12:
 
 
* Coba saya tengahi saja ya dispute ini dgn jelas, kalau saya amati jika dibaca artinya dgn baik 'tahana' = kedudukan (posisi/position) atau martabat (harga diri/honor). kedudukan bukan berarti menunjukkan seseorang (dgn 'pe-') adalah yg sedang berkuasa, mari kita lihat contoh ini: "tahana/kedudukan dia masih rendah, masih belum bisa kasih ijin masuk barang." (kedudukan disini artinya posisi jabatan seseorang dan tidak menunjukkan dgn jelas seberapa besar kekuasaan dia shg pantas disebut 'penguasa' alias 'yg sedang berkuasa' dan bukan sekedar 'pejabat' ('penguasa' sering digambarkan lebih powerful daripada 'pejabat'), pertanyaan saya adl kenapa bukan 'penguasa/pejabat' yg dipakai sbg padanan 'incumbent'? toh artinya sama = 'yg sedang berkuasa/menjabat' suatu jabatan politik/pemerintahan. ini malah cari kata baru ditambah prefix 'pe-' lalu dijadikan padanan incumbent, koq repot-2 begitu padahal kata yg pas sudah ada dalam B.Indonesia sejak lama). Sedangkan utk arti 'martabat/harga-diri' malah lebih tidak berhub. dgn arti incumbent itu sendiri, apa hubungannya harga-diri sesorang dgh pihak yg sedang berkuasa? Mari kita lihat contoh ini "SBY adalah incumbent (fonetik: inkamben) saat ini", apakah kita akan mengartikan sbg "SBY adalah (pemilik) harga-diri/martabat saat ini"? Aneh bukan? atau lebih lucu lagi, mari kita ganti dgn 'kedudukan' (posisi jabatan) menjadi "SBY adalah (pemilik) kedudukan saat ini" - Well? Kedudukan/posisi jabatan yg mana? setinggi/sebesar apa? OK, mari kita ganti dgn 'penguasa' menjadi "SBY adalah penguasa saat ini" - Silakan anda cerna sendiri mana yg lebih pas dgn arti incumbent sebenarnya. Tidak perlu gelar professor utk melihat mana yg lebih cocok/pas. Jadi saya tidak heran kalau nanti ada orang yg spt saudara Salomo ikut mengusulkan kata versi dia sendiri sbg 'tandingan', toh semua punya hak sama di negara ini. Kalau usul tsb memang terjadi setelah tahun 2000 (atau 2009? sesuai tanggal artikel refensi anda), tidak heran banyak yg tidak berkecimpung dlm politik baik sbg hobi atau cari nafkah, yg belum tahu kata petahana, kecuali kalau anda sebut 'penguasa'/'pejabat' itu sudah pada tahu semua karena sejak SD juga sudah diajarkan sejak EYD diperkenalkan, bahkan jauh sebelumnya. Simple aja koq, semua problem/dispute ini tidak akan terjadi kalau kata petahana yg BARU DIBUAT tidak muncul tiba-2 menggantikan kata 'pejabat' atau 'penguasa' yg sudah lama ada, mana artinya pas banget lagi dgn 'incumbent'. Bagi saya, maaf saja, sdr Salomo terkesan kurang kerjaan saja pake usul kata baru seolah-2 kita belum punya padanannya yg pas. Atau jangan-2, dia memang anti dgn kata 'penguasa'/'pejabat'? Hmmm... menarik... ehm... sekarang malah melebar jadi soal kejiwaan... :)
FYI, saya melihat ada kejadian seru antar admin di en.wiktionary bagian 'incumbent', mereka saling bertempur merevisi link versi Indonesian ke petahana dan inkamben, yg satu pro petahana (-sche), yg satu lagi netral (Chuck apalah..), pro keduanya, karena ternyata dia seorang ahli linguistik (kata berbasis fonetik biasa bagi dia krn intuitif sekali meniru yg disuarakan, bahasa Malay contohnya yg paling mudah - soal ini sudah ada yg ngomong juga diatas tuh). memang cuma ahli linguistik yg bisa mengerti masalah linguistik juga, bukan mandor/satpam pabrik, tau apa dia :)
Jadi saya tidak heran kalau nanti ada orang yg spt saudara Salomo ikut mengusulkan kata versi dia sendiri sbg 'tandingan', toh semua punya hak sama di negara ini. Kalau usul tsb memang terjadi setelah tahun 2000 (atau 2009? sesuai tanggal artikel refensi anda), tidak heran banyak yg tidak berkecimpung dlm politik baik sbg hobi atau cari nafkah, yg belum tahu kata petahana, kecuali kalau anda sebut 'penguasa'/'pejabat' itu sudah pada tahu semua karena sejak SD juga sudah diajarkan sejak EYD diperkenalkan, bahkan jauh sebelumnya. Simple aja koq, semua problem/dispute ini tidak akan terjadi kalau kata petahana yg BARU DIBUAT tidak muncul tiba-2 menggantikan kata 'pejabat' atau 'penguasa' yg sudah lama ada, mana artinya pas banget lagi dgn 'incumbent'. Bagi saya, maaf saja, sdr Salomo terkesan kurang kerjaan saja pake usul kata baru seolah-2 kita belum punya padanannya yg pas. Atau jangan-2, dia memang anti dgn kata 'penguasa'/'pejabat'? Hmmm... menarik... ehm... sekarang malah melebar jadi soal kejiwaan... :)
Semoga membantu penjelasan ini bagi semua.
:Aneh, kenapa dihapus bagian ini, padahal nyatanya memang dipertentangkan dan memang itu yg terjadi sedang ada masalah diantara admin yg senang asal delete user/artikel sptnya tanpa mencari tahu dulu ada apa sebenarnya (-sche, the trigger-happy admin/editor) dgn yg lebih toleran/mindful (Chuck Entz, linguist/editor), apalagi menyangkut artikel yg disputable spt ini. Memang benar itu, dan sekarangpun akhirnya cuma merujuk ke inkamben yg sudah di-delete itu. Sesuai tulisan/komen diatas, kata 'penguasa' sudah ada, tidak perlu lagi ada kata baru 'petahana' yg disputable ini. Ini halaman pembicaraan, bukan artikel utama, harap jangan sembarangan menghapus komen orang apalagi menyangkut fakta. Trims.
<strike>[[someone-do-care]] 1 Oktober 2012 03.30 (UTC)</strike>{{tanpattd|114.79.2.71}}
 
::Maaf mas, saya pikir unek-unek anda lebih cocok ditujukan pada Pusat Bahasa Diknas, kami di sini hanya mencoba mengikuti aturan yang ada. Simpel kan?<small>– komentar [[Wikipedia:Tanda tangani pembicaraan Anda pada halaman diskusi|tanpa tanda tangan]] <span class=plainlinks>[http://wiki-indonesia.club/w/index.php?title={{FULLPAGENAMEE}}&action=history oleh]</span> [[Pengguna:Aris riyanto|Aris riyanto]] ([[Pembicaraan pengguna:Aris riyanto|b]] • [[Istimewa:Kontribusi/Aris riyanto|k]]) {{#if: |pada {{{2}}}}}.</small> 1 Oktober 2012 01.59 (UTC)
Kembali ke halaman "Petahana".