Pembicaraan:Kerajaan Pagaruyung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) k -{{hp}} |
|||
Baris 128:
==Bendera Pagaruyung==
Mengenai bendera Pagaruyung, saya mau tanya bagaimana urutan warna yang tepat untuk bendera tsb, apakah (merah, kuning, hitam) atau (hitam, merah, emas(kuning)) atau ada rujukan yang lain?, namun kalau melihat bentuk ''marawa'' yg masih digunakan saat ini adalah dengan urutan (hitam, merah, emas(kuning)), mohon kalau ada pendapat dari yang lain, Salam <span style="-moz-border-radius: 5px; border: solid 0px #4B0082;background-color: #7FFF00; color=#ffffff">{{Emoticon|Senyum|2=}} [[Pembicaraan Pengguna:VoteITP|<small>''' VoteITP '''</small><font color="black"><sup>✉</sup></font>]] </span> 20:16, 15 Desember 2010 (UTC)
==Pagaruyung atau Minangkabau ??==
Perhatikan lagi cap tersebut yang menyatakan bahwa Raja di dalam negeri Pagaruyung, itu diartikan bahwa Raja tersebut berkedudukan di Pagaruyung. Seperti juga Negara yang Indonesia yang berkedudukan di Jakarta. Saya agak keberatan dengan
istilah kerajaan Pagaruyung. Ada banyak manuskrip lain yang menyatakan kerajaan itu Minangkabau.
The remaining seals to be described are all found as single impressions on documents.
One seal, only partially decipherable, is found on a document dated 1815/68, at a time when
the Raja Alam can be identified as Raja Muning Syah9:
Sultan Seri Maharaja Diraja ibn Sultan Khalîfat Allah yang mempunyai tahta
kerajaan dalam '''alam Minangakabau''' dari sekalian Pulau Perca ini ...,
‘Sultan Seri Maharaja Diraja, son of Sultan Khalifat Allah, who possesses the throne
of sovereignty in the lands of Minangkabau in the whole of this island of Perca [i.e.
Sumatra] ...’ (#656).
The next three seals are documented from photographs taken by P.Voorhoeve in 1941 of
pusaka documents and artefacts held in Kerinci10:
al-wâthiq bi-‘inâyat Allâh al-‘Azîm Sultan Seri Maharaja Diraja ibn Sultan Abdul
Jalil Marhum Syah
‘He who trusts in the favour of God, the Most Supreme One, Sultan Seri Maharaja
Diraja, son of Sultan Abdul Jalil, the late Syah’ (#1422).
The second seal is impressed on a piagam held in Kerinci, issued by Pangiran Temenggung
Nyata Negaro Kerto Pati to Dipati Kerto Kayum Nyata Negaro11:
Paduka Seri Sultan ... al-din? ... fi al-àlam wa-imam ... mempunyai [tahta?] dalam
alam Minangkabau,
‘Paduka Seri Sultan ... of the world ... possesses the [throne?] in the land of
Minangkabau’ (#1415).
'''Silakan Rujuk''' sumber : Annabel Teh Gallop. MERANTAU: IMAGINING MIGRATION IN THE MALAY WORLD, International Seminar in honour of Prof. E.U. Kratz, University of Frankfurt, 30-31 March 2011
|