Ardyan Dt Saidi
Bergabung 26 Maret 2013
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
Ardyan , dilahirkan di diklinik Bidan Restu Ibu Tarandam , Padang pada hari Kamis pukul 20.00 malam Tanggal 8 Agustus 1974 dari Pasangan Kapt. Inf (Purn)H. Yunizar Muchtar
▲======= Masa Pembangunan Karakter =======
Sebagai anak Tentara ia dididik dengan pola kedisiplinan, mulai dari bangun dipagi hingga tidur dimalam harinya. Banyak manfaat yang kemudian kami rasakan, terutama hal-hal berkenaan dengan keteraturan/disiplin, mental (survival), kepemimpinan (leadership), motivasi, kejujuran dan integritas. Hidup berpindah-pindah dari satu daerah kedaerah lain mengikuti penugasan Orang tua sudah merupakan hal yang biasa baginya yang sering juga disebut “anak kolong”. Setelah dari Padang, kemudian ia pindah ke Kota Pariaman kemudian sempat juga tinggal dirumah neneknya di Bukittinggi karena Orang tuanya sekolah perwira di Bogor. Tahun 1979 pasca sekolah Orang tuanya dipindahkan ke Yonif 132/Bima Sakti di Salo, Bangkinang Kabupaten Kampar. Disinilah saya kemudian ia memulai merasakan pendidikan disiplin dan pembangunan karakter. Bangun pagi kalau tidak mau kena kopel (sebutan untuk ikat pinggang tentara yang besar dan berbesi) maka harus bangun sebelum dibangunkan. Begitu pula dengan pendidikan formil mulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri 19 Salo tahun 1980 dan tamat tahun 1986. Di Sekolah Dasar mulai dari kelas 3 ia sudah aktif dalam kegiatan Pramuka. Pada tahun 1986 kemudian ia melanjutkan sekolah di SMP Negeri Salo . Kegiatan Kepramukaan yang sudah dimulai dari Sekolah Dasar kemudian ia lanjutkan di SMP ini, hingga akhirnya ia beserta teman-teman di Gudep SMP Salo bisa mengikuti Lomba Tingkat (LT) 2 ditingkat Kabupaten dan mendapat juara III selain di Pramuka, saya juga mulai aktif di Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri ABRI (FKPPI) PC 0313 Kodim Bangkinang. ia menamatkan sekolah SMP tahun 1989, bersamaan dengan keluarnya surat penugasan baru pada Orang tuanya yang diangkat sebagai Danramil di Kecamatan Ranai Kepulauan Natuna Kabupaten Kepulauan Riau Provinsi Riau . Selanjutnya Orang tuanya memutuskan bahwa ardyan sebaiknya bersekolah di Bukittinggi agar mendapatkan pendidikan yang bagus sembari melatih hidup mandiri, ardyan diterima sekolah di SMA Negeri 3 Bukittinggi. Hidup jauh dari Orang tua menempa dirinya untuk berbuat yang terbaik agar dapat membahagiakan Orang tua, sembari membuktikan bahwa ia mampu menjaga kedisiplinan walau tidak ada yang mengawasinya setiap hari. ia tinggal dirumah kost walaupun saudara Orang tuanya bahkan Neneknya di Bukittinggi, tujuannya agar ia bisa mandiri. Ardyan mulai sekolah di SMA 3 Bukittinggi pada bulan Juli Tahun 1989. Di SMA ia kembali aktif di Pramuka hingga tingkatan tertinggi ditingkat SMA yakni Pandega. Untuk memperoleh tingkatan Pandega ini ia beserta 4 orang teman berjalan kaki 2 hari dari Kota Bukittinggi ke Kota Solok melewati Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok yang jaraknya ± 71 Km. Ketika di Bukitinggi ia juga aktif di FKPPI PC Kodim 0304 Agam. Tahun 1992 ia menamatkan sekolah di SMA 3 Bukittinggi.
Ketika kelas III SMA saya dibelikan kendaraan sepeda motor secondhand oleh Orang tuanya seharga 1 juta rupiah. Ketika tamat SMA, ia berjanji dengan Orang tuanya kalau ia lulus di Universitas Negeri maka sepeda motornya akan diganti dengan yang baru tapi kalau tidak lulus di Universitas Negeri, maka sepeda motornya dijual dan uangnya dibayarkan untuk uang masuk perguruan tinggi swasta. Pada akhirnya ardyan harus merelakan berjalan kaki pergi dan pulang kuliah karena sepeda motor tersebut dijual dan uangnya dibayarkan sebagai uang masuk perguruan tinggi swasta karena ia tidak lulus Sipenmaru (kini UMPTN).
Baris 9 ⟶ 10:
Pasca pensiun dari Tentara, Orang Tuanya pulang ke Bukittinggi Tahun 1995 dan mengambil gadai tanah untuk ditanami padi dan tanaman palawija lainnya. Maksud Orang tuanya agar keringatnya bisa selalu keluar setiap hari dengan menyibukkan diri menjadi petani. Setiap Jum’at sore Ardyan selalu pulang kampung ke Bukittinggi untuk membantu Orang tuanya bertani. Sunguh nikmat menjadi petani karena selalu merasakan panasnya matahari pagi, menghirup udara yang bersih serta keringat selalu keluar apalagi ketika makan siang dipematang sawah, sebuah pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan, walau kulit sudah berubah menjadi hitam namun pada akhirnya biaya kuliahnya dan adik-adik dibayar dari panen cabe, tomat, jagung, buncis, bayam, kacang tanah dan padi. Uang tabungannya dari menjual hasil panen, kemudian saya bayarkan untuk biaya wisuda.
Pasca tamat kuliah, tahun 1997 kemudian ia berusaha mencari pekerjaan, tanpa pandang apapun pekerjannya yang penting halal, sampai kemudian ada saudara yang membawanya bekerja di toko kaca. Sembari bekerja disana, ia kemudian mencoba mencari kakak kelas yang dulu aktif di senat mahasiswa yang sudah bekerja, akhirnya ia bertemu dengan Miko Kamal, SH mantan ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum yang ketika itu menjabat Direktur LBH Padang dan akhirnya diterima sebagai tenaga magang di LBH Padang pada tahun 1998.
Baris 21 ⟶ 22:
Diluar waktu-waktu sibuk, pasca penyelenggaraan Pemilu luar pekerjaan resmi sehari-hari ia membagi waktu untuk kegiatan berorganisasi dan kegiatan keluarga adapun kegitan di Organisasi-organisasi yang ia ikuti.
|