Silat Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Limpato (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: merobah → mengubah using AWB
Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Schermdansers in Fort de Kock aan de Sumatraanse westkust TMnr 10004584.jpg|350px|jmpl|Silat Minangkabau. Pesilat di sebelah kiri memegang senjata tradisional [[kerambit]] (foto koleksi Tropenmuseum, tanpa tahun).]]
'''Silek Minangkabau''' atau ([[bahasa Indonesia]]: silat Minangkabau) adalah seni beladiri yang dimiliki oleh masyarakat [[Minangkabau]], [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]] yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja mereka harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang. Di samping sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan [[nagari]] terhadap ancaman dari luar.
 
== Filosofi dan tujuan ==
Baris 9:
* ''parik paga dalam nagari'' (sistem pertahanan negeri).
 
Untuk dua alasan ini, maka masyarakat Minangkabau pada tempo dahulunya perlu memiliki sistem pertahanan yang baik untuk mempertahankan diri dan negerinya dari ancaman musuh kapan saja. Silek tidak saja sebagai alat untuk beladiri, tapi juga mengilhami atau menjadi dasar gerakan berbagai tarian dan [[randai]] (drama Minangkabau) <ref>Kirstin Pauka. A Flower of Martial Arts: The Randai Folk Theatre of the Minangkabau in West Sumatra. Asian Theatre Journal, Vol. 13, No. 2 (Autumn, 1996), pp. 167-191</ref>. [[Emral Djamal Dt Rajo Mudo]] (2007) pernah menjelaskan bahwa pengembangan gerakan silat menjadi seni adalah strategi dari nenek moyang Minangkabau agar silat selalu diulang-ulang di dalam masa damai dan sekaligus untuk penyaluran "energi" silat yang cenderung panas dan keras agar menjadi lembut dan tenang. Sementara itu, jika dipandang dari sisi istilah, kata pencak silat di dalam pengertian para '''''tuo silek''''' (guru besar silat) adalah ''mancak'' dan ''silek''. Perbedaan dari kata itu adalah: <ref name=uwan/>
* Kata '''''mancak''''' atau dikatakan juga sebagai ''bungo silek'' (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-gerakan untuk mancak diupayakan '''seindah dan sebagus mungkin''' karena untuk pertunjukan.<ref>[http://www.youtube.com/watch?v=a_rS_qPvJfo video yang memperlihatkan gerakan mencak.]</ref>
 
* Kata '''''silek''''' itu sendiri bukanlah untuk tari-tarian itu lagi, melainkan suatu seni pertempuran yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakan diupayakan '''sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan'''.<ref>[http://www.youtube.com/watch?v=4e45RhGgRgo&feature=fvw Contoh aplikasi gerakan silek]</ref>
Baris 18:
Ada pendapat yang mengatakan bahwa '''silat''' itu berasal dari kata '''silek'''. Kata silek pun ada yang menganggap berasal dari siliek, atau si liat, karena demikian hebatnya berkelit dan licin seperti belut. Di tiap Nagari memiliki tempat belajar silat atau dinamakan juga '''sasaran silek''', dipimpin oleh guru yang dinamakan Tuo Silek. Tuo silek ini memiliki tangan kanan yang bertugas membantu beliau mengajari para pemula.
 
Orang yang mahir bermain silat dinamakan '''''pandeka''''' (pendekar). Gelar Pandeka ini pada zaman dahulunya ''dilewakan'' (dikukuhkan) secara adat oleh ninik mamak dari [[nagari]] yang bersangkutan. Namun pada zaman penjajahan gelar dibekukan oleh pemerintah Belanda. Setelah lebih dari seratus tahun dibekukan, masyarakat adat Koto Tangah, Kota Padang akhirnya mengukuhkan kembali gelar Pandeka pada tahun 2000-an. Pandeka ini memiliki peranan sebagai ''parik paga dalam nagari'' (penjaga keamanan negeri), sehingga mereka dibutuhkan dalam menciptakan negeri yang aman dan tentram. Pada awal tahun ini (7 Januari 2009), Walikota Padang, H. Fauzi Bahar digelari Pandeka Rajo Nan Sati oleh ''Niniak Mamak'' (Pemuka Adat) Koto Tangah, Kota Padang<ref>http://www.padang.go.id/v2/content/view/1630/78/</ref>. Gelar ini diberikan sebagai penghormatan atas upaya beliau menggiatkan kembali aktivitas silek tradisional di kawasan Kota Padang dan memang beliau adalah pesilat juga pada masa mudanya, sehingga gelar itu layak diberikan<ref>http://mediacenter.fauzibahar-mahyeldi.com/print.php?type=N&item_id=75 (situsnya sudah kadaluarsa) </ref>.
 
== Sejarah ==
Baris 28:
* Harimau Campo (diperkirakan berasal dari daerah [[Champa]]),
* Kuciang Siam (diperkirakan datang dari [[Siam]] atau [[Thailand]]) dan
* Anjiang Mualim (diperkirakan datang dari [[Persia]][?]).
 
Di masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri<ref>Djamal, Mid. Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau. Penerbit CV. Tropic - Bukittinggi.1986</ref>. Nama-nama mereka memang seperti nama hewan (Kambing, Harimau, Kucing dan Anjing), namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan hewan menurut persangkaan beberapa orang. Asal muasal Kambiang Hutan dan Anjiang Mualim memang sampai sekarang membutuhkan kajian lebih dalam dari mana sebenarnya mereka berasal karena nama mereka tidak menunjukkan tempat secara khas. Mengingat hubungan perdagangan yang berumur ratusan sampai ribuan tahun antara pesisir pantai barat kawasan Minangkabau (Tiku, Pariaman, Air Bangis, Bandar Sepuluh dan Kerajaan Indrapura) dengan [[Gujarat]] (India), [[Persia]] (Iran dan sekitarnya), [[Hadhramaut]] (Yaman), [[Mesir]], [[Campa]] ([[Vietnam]] sekarang) dan bahkan sampai ke [[Madagaskar]] di masa lalu, bukan tidak mungkin silat Minangkabau memiliki pengaruh dari beladiri yang mereka miliki. Sementara itu, dari pantai timur Sumatera melalui sungai dari Provinsi Riau yang memiliki hulu ke wilayah Sumatera Barat (Minangkabau) sekarang, maka hubungan beladiri Minangkabau dengan beladiri dari Cina, Siam dan Champa bisa terjadi karena jalur perdagangan, agama, ekonomi, dan politik. Beladiri adalah produk budaya yang terus berkembang berdasarkan kebutuhan di masa itu. Perpaduan dan pembauran antar beladiri sangat mungkin terjadi. Bagaimana perpaduan ini terjadi membutuhkan kajian lebih jauh. Awal dari penelitian itu bisa saja diawali dari hubungan genetik antara masyarakat di Minangkabau dengan bangsa-bangsa yang disebutkan di atas.
 
Jadi boleh dikatakan bahwa silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu beladiri lokal, ditambah dengan beladiri yang datang dari luar kawasan Nusantara. Jika ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa '''langkah silat''' di Minangkabau yang khas itu adalah buah karya mereka. Langkah silat Minangkabau sederhana saja, namun di balik langkah sederhana itu, terkandung kecerdasan yang tinggi dari para penggagas ratusan tahun yang lampau. Mereka telah membuat langkah itu sedemikian rupa sehingga silek menjadi plastis untuk dikembangkan menjadi lebih rumit. Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah orang yang benar-benar paham rahasia dari langkah silat yang sederhana itu, sehingga mereka bisa mengolahnya menjadi bentuk-bentuk gerakan silat sampai tidak hingga jumlahnya. Kiat yang demikian tergambar di dalam pepatah ''jiko dibalun sagadang bijo labu, jiko dikambang saleba alam'' (jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika diuraikan akan menjadi selebar alam)
Baris 36:
== Penyebaran ==
Sifat perantau dari masyarakat Minangkabau telah membuat silek Minangkabau sekarang tersebar ke mana-mana di seluruh dunia. Pada masa dahulunya, para perantau ini memiliki bekal beladiri yang cukup dan ke mana pun mereka pergi mereka juga sering membuka sasaran silat (perguruan silat) di daerah rantau dan mengajarkan penduduk setempat beladiri milik mereka. Mereka biasanya lebur dengan penduduk sekitar karena ada semacam pepatah di Minangkabau yang mengharuskan mereka berbaur dengan masyarakat di mana mereka tinggal. Bunyi pepatah itu adalah ''dima bumi dipijak di situ langik dijunjuang, dima rantiang dipatah di situ aia disauak'' (Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung, di mana rantiang dipatah di situ air disauk). Pepatah ini mengharuskan perantau Minang untuk menghargai budaya lokal dan membuka peluang silat Minangkabau di perantauan mengalami modifikasi akibat pengaruh dari beladiri masyarakat setempat dan terbentuklah genre atau aliran baru yang bisa dikatakan khas untuk daerah tersebut.
Silek Minangkabau juga menyebar karena diajarkan kepada pendatang yang dahulunya berdiam di Ranah Minang. Jadi dapat dikatakan bahwa silek itu menyebar ke luar wilayah Minangkabau karena sifat perantau dari masyarakat Minangkabau itu sendiri dan karena diajarkan kepada pendatang.
 
=== Penyebaran dan pengaruh silek di dalam negeri ===
Baris 51:
=== Penyebaran silek di luar negeri ===
* Singapura : Posisi Singapura atau dahulu disebut Tumasik yang strategis membuat wilayah ini dikunjungi oleh berbagai bangsa semenjak dahulu kala. Silek Minangkabau telah menyebar ke sana pada tahun 1160 dengan ditandainya gelombang migrasi bangsa Melayu dari Minangkabau <ref>Ferrer DS. Shadow of the Prophet : Martial Arts and Sufi Musticism. Springer . 2009 ISBN 978-1-4020-9355-5</ref>
* Malaysia: Penyebaran Silek Minangkabau di Negeri Malaysia terjadi terutama akibat migrasi penduduk Minangkabau ke Malaka pada abad ke 16 dan juga karena adanya koloni Minangkabau di Negeri Sembilan. Silek Pangian, Sitaralak, Silek Luncur juga berkembang di negeri jiran ini. Silat Cekak, salah satu perguruan silat terbesar di Malaysia juga memiliki unsur-unsur aliran silek Minangkabau, seperti silek Luncua, Sitaralak, kuncian Kumango dan Lintau di dalam materi pelajarannya.<ref>[http://www.silatcekak.org.my/index.php/persilatan/matapelajaran.html]</ref> Posisi Malaysia yang rawan dari serangan berbagai bangsa terutama bangsa Thai membuat mereka perlu merancang sistem beladiri efektif yang merupakan gabungan antara beladiri Aceh dan Minangkabau.<ref>Shadows of the prophet: Martial arts and sufi mysticism. Ed.9. Springer. 2009</ref> Beberapa perguruan silat menggunakan nama Minang atau Minangkabau di dalam nama perguruannya
* Filipina: Penyebaran Islam ke Mindanao, yang dilakukan oleh Raja Baginda, keturunan Minangkabau dari Kepulauan Sulu pada tahun 1390.<ref>http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1990/06/23/SEL/mbm.19900623.SEL18854.id.html</ref> Penyebaran ini mungkin akan mengakibatkan penyebaran budaya Minangkabau, termasuk silat ke wilayah Mindanao. Bukti-buktinya masih perlu dikaji lebih dalam
* Brunei Darussalam: Penyebaran Silek ke Brunei seiring dengan perjalanan bangsawan dan penduduk Minangkabau ke Negeri Brunei. Seperti yang sudah dijelaskan pada awal tulisan ini, bahwa silek adalah bagian dari budaya Minangkabau, oleh sebab itu mereka yang pergi merantau akan membawa ilmu beladiri ini ke mana pun, termasuk ke Brunei Darussalam. Kajian hubungan silek Minangkabau dan Brunei masih dibutuhkan, namun yang pasti, para pemuka kerajaan Brunei memiliki pertalian ranji dengan raja-raja di Minangkabau.<ref>http://www.pelitabrunei.gov.bn/news/pelita/27ogos09/berita17.htm</ref> Ada dugaan bahwa [[Awang Alak Betatar]], pendiri kerajaan Brunei (1363-1402) yang gagah berani berasal dari Minangkabau karena gelar-gelar dari saudara-saudara beliau mirip dengan gelar-gelar dari Minangkabau, namun catatan tertulis diketahui bahwa migrasi masyarakat Minangkabau berawal dari pemerintahan Sultan Nasruddin Sultan Brunei ke-15) tahun 1690-1710 yang ditandai dengan tokoh yang bernama Dato Godam (Datuk Godam) atau Raja Umar dari keturunan Bandaro Tanjung Sungayang, Pagaruyung <ref>http://baikoeni.multiply.com/journal/item/6/6</ref>
Baris 64:
** Bapak Waleed adalah salah satu tokoh yang mengembangkan silek Minangkabau di USA,<ref>http://silekusa.com/</ref>
** Baringin Sakti yang dikembangkan oleh Guru Eric Kruk,<ref>http://www.baringinsakti-silat.com</ref>
* Perancis: Perguruannya bernama Saudara Kaum dikembangkan oleh Haji Syofyan Nadar.<Refref>http://www.saudara-kaum.fr/index.php?language=en&osCsid=4a3cd96777a78e9ea161ee9c5d041012</ref> Perguruan ini juga memiliki guru mengajarkan silat dari Tanah Sunda seperti Maenpo Cianjur (Sabandar, Cikalong dan Cikaret)<ref>http://www.youtube.com/watch?v=cLgzv1fRmtE</ref> dan Silat Garis Paksi.<ref>http://www.youtube.com/watch?v=eiIM5CVfIk8&feature=related</ref>
* Ghana, Afrika: Perguruannya bernama Harimau Minangkabau dikembangkan oleh Guru de-Bordes yang belajar ke Guru Hanafi<ref>http://www.de-bordesfoundationworld.com/harimau_page.html</ref> dengan permainan silat harimau.<ref>http://www.youtube.com/watch?v=ocaBelLtGUM&feature=related</ref>
 
== Proses Berguru ==
Jika seseorang ingin belajar silek, maka ia bisa datang sendiri atau biasanya diantar oleh teman, bapak atau ''mamak'' (saudara laki-laki dari ibu) kepada seorang guru, jika di kalangan keluarga mereka tidak ada yang bisa bermain silat dengan baik. Setelah berbasa basi, maka nanti si calon murid datang pada waktu yang ditentukan dengan membawa benda-benda tertentu.
 
==== Syarat-syarat berguru ====
Syarat-syarat berguru ini bervariasi pula, namun biasanya terdiri dari pisau, kain putih, ''lado kutu'' (cabe rawit), garam, gula, jarum jahit, cermin, rokok, beras, uang, dan baju silat satu stel (Endong sapatagak). Jumlah uang biasanya tidak ditentukan. Apa yang dibawa mempunyai arti tersendiri bagi calon murid. Biasanya diterangkan pada saat prosesi penerimaan murid.
 
Beberapa contoh dari arti syarat-syarat yang dibawa itu adalah
Baris 81:
 
==== Proses Penerimaan Murid ====
Ada bermacam cara dalam menerima ''anak sasian'' (murid), seperti yang sudah disebutkan di atas, si murid diminta untuk membawa bahan-bahan tertentu pada hari yang dijanjikan dan juga diminta membawa seekor ayam jantan untuk satu orang murid. Ayam ini nanti disembelih oleh guru dan kemudian darahnya dicecerkan mengelilingi sasaran, dalam prosesi pemotongan ayam ini seorang guru sudah bisa melihat dan membaca maksud dari seorang murid dalam belajar silat baik dari segi niatnya, karakternya, minat, bakat, dan kemauan dari seorang calon murid ini.
 
Ada beberapa pertanda yang dilihat guru pada saat prosesi pemotongan ayam ini di antaranya:
* Setelah di sembelih ayam tersebut akan di lemparkan ke dalam sasaran,lama atau sebentarnya ayam tersebut meregang nyawa sampai mati, itu memperlihatkan sebuah pertanda minat,bakat dan kemauan dari sang calon murid untuk belajar silat.
* Dari posisi matinya ayam, seorang guru bisa membaca pertanda dari niat dan karakter seorang murid, posisi matinya ayam menghadap ke mana dan apakah posisi matinya di luar lingkaran atau di dalam lingkaran itu adalah sebuah pertanda yang bisa dibaca oleh seorang guru, dan juga apabila pada saat meregang nyawa ayam tersebut menerjang kearah sang guru, maka itu juga sebuah pertanda bagi sang guru tentang niat dan karakter calon murid tersebut, sehingga seorang guru silat sudah bisa memperkirakan apa yang akan terjadi nanti dan seperti apa dan sampai sejauh mana pelajaran silat yang bisa diberikan sang guru kepada murid tersebut nantinya.
* Ayam tersebut kemudian dimasak, biasanya digulai dan dihidangkan dalam acara ''mandoa'' (doa) yang dihadiri oleh guru dan para saudara seperguruan. Untuk acara ini dipanggil pula ''Urang Siak'' (sebutan untuk orang ahli agama) untuk mendoakan si murid agar mendapatkan kebaikan selama mengikuti latihan. Kemudian, pada saat makan bersama, sang guru akan mengupas kepala ayam tersebut untuk mengambil tulang rawan yang berada di bawah lidah atau rahang ayam tersebut, dari tulang rawan tersebut seorang guru juga bisa membaca sebuah pertanda tentang niat dan kemauan sang murid untuk belajar silat tersebut.
 
Biasanya di dalam ritual penerimaan seorang murid, si murid ini diambil sumpahnya untuk patuh kepada guru dan tidak menggunakan ilmu yang mereka dapatkan ini untuk berbuat keonaran. Bahkan bunyi sumpah itu keras sekali. Inilah potongan bunyi sumpah itu : ''kaateh indak bapucuak, kabawah indak baurek, ditangah-tangah digiriak kumbang'' (ke atas tidak berpucuk, ke bawah tidak berurat dan di tengah-tengah dimakan kumbang), artinya pelanggar sumpah tidak akan pernah mendapatkan hidup yang baik selama hidupnya di dunia seperti yang diibaratkan nasib suatu pohon yang merana. Ada juga prosesi dari perguruan silat tradisi waktu baru masuk perguruan tersebut dianjurkan mandi dengan tujuh macam limau/jeruk bahkan ada juga dengan 7 macam bunga. waktu mandinya ada yang sore hari dan ada juga setelah jam 12.00 malam.
 
Seperti yang berlaku pada perguruan beladiri manapun bahwa semenjak saat itu saudara seperguruan adalah seperti saudara sendiri. Di dalam istilah Minangkabau dikatakan bahwa saudara seperguruan itu ''saasok sakumayan'' (satu asap satu kemenyan) atau sabatin artinya dia adalah bagian dari diri kita dan berlaku hukum saling melindungi.
 
Prosesi ini '''tidak sama''' tiap sasaran silek, ada pula guru yang tidak meminta membawa apa-apa, sehingga tidak ada prosesi penerimaan murid seperti yang diuraikan di atas, tapi kasus ini jarang terjadi, umumnya selalu ada prosesi penerimaan murid apakah dalam bentuk sederhana bahkan sampai ada yang berbentuk upacara adat.
 
==== Jadwal Latihan ====
Guru menetapkan jadwal latihan silat dan biasanya malam hari. Murid boleh mengajukan waktu sepanjang guru tidak keberatan. Biasanya jadwal latihan malam hari setelah salat isya. Ada sasaran silek yang membolehkan latihan sebelum jam 12 malam. Lebih dari itu dilarang oleh gurunya karena sang guru meyakini lebih dari jam 12 malam adalah waktunya inyiak balang (harimau), sehingga tidak boleh untuk bersilat lagi. Tapi ada pula yang malah sebaliknya, bersilat itu dimulai dari lewat jam 12 malam sampai jam 4 pagi. Biasanya dilakukan dua atau tiga kali seminggu.
 
Pada tingkat lanjutan untuk mengambil gerakan ''silek harimau'' (silat harimau), malah sang guru yang biasanya suka latihan lewat jam 12 malam ini meminta muridnya untuk belajar siang hari. Gerakan dari silat harimau ini tidak sebanyak gerakan silat yang biasa guru ajarkan.
Baris 105:
== Aliran ==
 
{{br}} Ada banyak aliran yang berkembang di Ranah Minangkabau. Peneliti Silat, Hiltrud Cordes pernah melakukan penelitian, mengatakan ada sepuluh aliran utama Silek Minangkabau, yakni:<ref>Hiltrud Theresia Cordes. Pencak Silat, die Kampfkunst der Minangkabau und ihr kulturelles Umfeld. Ed 2. Afra Verlag. 2000 </ref>
 
{|style="width:85%; height:100px"
Baris 132:
 
== Konsep ==
''Alam takambang jadi guru'' adalah konsep universal dari budaya alam Minangkabau. Kata "alam",<ref>Dobbie A. India - Elephant's blessing. 1st edition. Melrose Books. 2006:Cambridgeshire, UK. pada situs http://books.google.com/books?id=ckpEd4emnCkC&printsec=frontcover&source=gbs_v2_summary_r&cad=0#v=onepage&q=alam&f=false</ref> berasal dari bahasa [[Sanskerta]] artinya sama dengan lingkungan kehidupan atau daerah.<ref>[http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php]</ref> Konsep ini juga diterjemahkan oleh para pendiri silat pada masa dahulunya menjadi gerakan-gerakan silat. Antara silat dan produk budaya lain di Minangkabau adalah '''satu kesatuan filosofis''', jadi untuk menerangkan silat, pepatah-pepatah yang biasa diucapkan dalam upacara adat bisa digunakan.
 
Setiap nagari memiliki sasaran silek, ini adalah suatu keharusan, ibarat sebuah negara yang tidak mungkin tidak memiliki angkatan perang. Konsep nagari itu sama dengan konsep sebuah negara. Hubungan antara nagari dengan nagari sama halnya dengan hubungan antar negara. Alam Minangkabau adalah kesatuan pengikat antar nagari-nagari bahwa mereka merupakan satu konsep budaya. Secara budaya, yang dinamakan masyarakat Minangkabau mengaku berasal dari Gunung Marapi, tepatnya dari Nagari Pariangan, Sumatera Barat yakni suatu tempat yang disebut sebagai ''sawah gadang satampang baniah'' (sawah luas, setampang benih). Dari nagari itulah ''benih kebudayaan yang setampang'' digagas, disusun dan kemudian dikembangkan ke wilayah sekitarnya ([[luhak]] nan tiga). Oleh karena nagari di Minangkabau tidak obahnya seperti sebuah republik mini, semuanya lengkap dari wilayah, aparat pemerintah, pertahanan sampai penduduknya, maka hampir semua nagari memiliki sasaran silek, sehingga variasi dari gerakan-gerakan silat tidak dapat dihindari sama sekali.
 
Variasi dari gerakan silek terjadi karena:
Baris 141:
* Perbedaan minat
* Hasil ''adu pandapek'' (hasil diskusi sesama pendekar)
* Pengaruh dari beladiri lain
 
Meskipun demikian ada kesamaan konsep dari gerakan silat di Minangkabau. Oleh sebab itu kita dapat membedakan antara silat dari Minangkabau dan silat dari daerah lain di kawasan Nusantara. Beberapa konsep dari silek Minangkabau itu adalah
Baris 148:
Ciri khas dari permainan silek adalah pola berdiri dan langkah. '''Tagak''' artinya tegak atau berdiri, di mana pesilat berdiri? Dia berdiri di jalan yang benar (''tagak di nan bana''), dia bukanlah seorang yang suka cari rusuh dan merusak tatanan alam dan kehidupan bermasyarakat. Di dalam mantera sering juga diungkapkan sebagai ''tegak alif, pitunggua adam, langkah muhammad''<ref>http://www.cimbuak.net/content/view/1620/5/</ref>. Di dalam permainan silat, posisi berdiri adalah pelajaran pertama diberikan, yang dinamakan sebagai ''bukak langkah'' (sikap pasang) seorang pemain silat Minangkabau adalah '''''tagak runciang''''' (berdiri runcing atau berdiri serong) dengan posisinya selalu melindungi alat vital. Kuda-kuda pemain silat harus kokoh, untuk latihan ini dahulunya mereka berjalan menentang arus sungai.
{{br}} '''Langkah''' dalam permainan silek Minangkabau mirip dengan langkah berjalan, namun posisinya pada umumnya merendah. Posisi melangkah melingkar yang terdiri dari ''gelek'', ''balabek'', ''simpia'' dan ''baliak'' (Lihat penjelasan istilah ini pada Kurikulum.
{{br}} Adapun pola langkah yang dipergunakan ada yang dinamakan<ref>Soetan Zainoel Abidin gelar Datoek Pamoentjak Alam. Boekoe Silat-Pentjak-Tari. Lintau Tanah Datar (Minangkabau). Tijp Drukk Tschwan Fort De Kock. Tahun cetakan diperkirakan 1944 atau sebelumnya. Diambil dari situs http://www.scribd.com/doc/19632789/Silat-Melayu-Ezine-4 halaman 7/15 </ref>
* ''langkah tigo'' (langkah tiga, pola langkah yang membentuk segitiga). Silek yang dimainkan oleh Mak Danin Capek di Cupak Solok, Sumatera Barat, misalnya lebih menekankan penggunaan langkah tiga, sehingga beliau menyebutnya sebagai ''Silek Langkah Tigo'' (silat langkah tiga).<ref>http://sahabatsilat.com/forum/aliran-pencak-silat/silek-cupak-mak-danin-capek/</ref>
* ''langkah ampek'' (langkah empat, pola langkah yang membentuk segiempat)
Baris 161:
* '''Pareso''' (Periksa)
Pareso adalah kemampuan analisis dalam waktu yang singkat atau nalar.
Di dalam pertempuran ungkapan pareso ini adalah kemampuan memanfaatkan sesuatu di dalam berbagai situasi pertempuran dalam upaya untuk memperoleh kemenangan. Misalkan, jika kita bertempur waktu sore, upayakan posisi jangan menghadap ke barat, karena akan silau oleh cahaya matahari.
 
Jadi antara raso dan pareso itu jalannya berpasangan, tidak boleh jalan sendiri-sendiri. Kita tidak boleh terlalu mengandalkan perasaan tanpa menggunakan pikiran, namun tidak boleh pula berpikir tanpa menggunakan perasaan. Ada pepatah yang mengatakan ''raso dibao naiak, pareso dibao turun'' (Rasa di baik naik ke alam pikiran, periksa dibawa turun ke alam rasa). Demikianlah kira-kira maksud dari raso jo pareso yang diungkapkan oleh para guru silek.
Baris 172:
 
==== 6. ''Adaik manuruik alua, alua manuruik patuik jo mungkin'' (Alami, logis dan efektif) ====
Tubuh manusia memiliki alur dan pola, gerakan silek harus mengikuti alur tubuh manusia, jangan menentangnya. Konsep ini adalah konsep flow (mengalir) di dalam permainan silat. Jika konsep ini dipakai, maka permainan silek akan terlihat indah dan mengalir, serta aman. Sekali alur itu dilanggar, maka akan terjadi apa yang disebut sungsang (terbalik arah) yang dapat berakibat cedera mulai dari ringan sampai patah. Silek disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangan kaedah hukum alam sehingga menghasilkan gerakan yang LOGIS dan EFEKTIF untuk beladiri. Bagaimana mengikuti alur tubuh yang baik dapat dilihat pada gerakan silat yang dimainkan dan dijelaskan oleh David Benitez.<Refref>http://www.youtube.com/watch?v=F9Up-Ey8LWY</ref>.
Prinsip umum silat juga dijelaskan oleh Luke Holloway yang menyatakan bahwa gerakan memukul yang diawali dengan '''ancang-ancang rileks''', santai atau tanpa tegangan akan menghasilkan efek pukulan '''lebih keras''' daripada pukulan yang diawali dengan ancang-ancang yang kaku <ref>http://www.youtube.com/watch?feature=endscreen&NR=1&v=u0e3atmlteA</ref>. Efek ini terjadi karena alur dari gerakan alamiah tubuh sendiri.
 
Baris 189:
 
==== 4. Senjata dan Pusaka Sasaran ====
Sasaran silek yang baik dan bagus biasanya memiliki senjata yang lengkap serta memiliki benda-benda pusaka yang diwariskan secara turun-temurun. Senjata-senjata yang biasanya ada adalah Karih (Keris), tumbak lado (tombak cabe), kurambik ([[kerambit]]), tumbak (tombak), ladiang (lading, golok), sabik (sabit), tungkek (tongkat), dan pisau. Tumbak lado (tombak lada) merupakan senjata asli Minangkabau menurut Draeger<ref>http://books.google.co.jp/books?id=g3FLFtThkU0C&pg=PA126&lpg=PA126&dq=tombak+lada&source=bl&ots=Nov0acLR9N&sig=GQcZrfvo7BcUsQXCF8XzNzNUor8&hl=ja&ei=8Tc5TN7hKY2gkQX51syvAw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CBgQ6AEwAA#v=onepage&q=tombak%20lada&f=false</ref>. Wilayah Minangkabau pada kurun waktu 1600-an sangat terkenal dengan pembuatan keris serta perlengkapan perang yang berkualitas bagus<ref>Donn F. Draeger.1992. Weapons and fighting arts of Indonesia. Rutland, Vt. : Charles E. Tuttle Co. ISBN 978-0-8048-1716-5. Halaman 112</ref>. Keris misalnya yang umumnya kita tahu berasal dari Jawa, ternyata juga di produksi di Minangkabau, yang dikatakan sebagai '''crizes''' atau keris yang berasal dari ''Menancabo'' (Minangkabau) <ref> Bartholomew Leonardo de Argenfola. The Discovery and conquest of the Molucco and Philippine Islands. Translated to English from Spanish. London 1708 . hal 96. diakses dari http://books.google.com/books?id=rEkxAAAAMAAJ&pg=PA96&lpg=PA96&dq=menancabo+filipina&source=bl&ots=zXjhwJiPSL&sig=XmVT3_ynRV4LMB56x-j6jpOGc94&hl=en&ei=pTUQTaq9C4r5cZqgjeIK&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CBIQ6AEwAA#v=onepage&q=menan&f=false </ref>.
 
==== 5. Alat Musik serta Perlengkapan Adat ====
Baris 201:
* Buah : Teknik praktis dalam silek yang merupakan pengembangan dari langkah.
* Isi : Aspek spiritual, penggunaan tenaga dalam, pemahaman hakikat silat atau olah rasa
* Bungo, Pancak atau Mancak (Kembangan): Aspek seni dalam silat untuk hiburan atau pertunjukan. Bungo silek ini sering dijumpai pada acara-acara resmi. Bungo silek adalah kombinasi antara langkah dan buah. Gerakan silek yang ditampilkan seindah dan sebagus mungkin dan kedua pesilat berusaha untuk tidak saling menyakiti dan biasanya diiringi dengan musik tradisional. Tuo-tuo silek sering tampil dalam acara ini sebagai penghormatan terhadap beliau.
 
=== {{br}}''1. Langkah (Teknik Melangkah)'' ===
Baris 207:
* '''gelek''' (gelek, dalam bahasa Inggris, ''twist''): mengubah posisi tubuh menghadap kanan dan atau menghadap kiri tanpa mengubah posisi kaki atau tanpa melangkah). Dalam main berpasangan, kaki kiri di depan akan menghasilkan ''gelek dalam'', sedangkan jika kaki kanan di depan akan menghasilkan ''gelek lua'' (luar).<ref>[http://www.youtube.com/watch?v=tDiI-i8qJTI&feature=related video yang memperlihatkan gerakan gelek]</ref>
 
* '''balabek''' (belebat?): merobahmengubah gerakan tangan sesuai langkah kaki.<ref>[http://videosilat.com/video/5822de5f281e6f6/Silat-Sitaralak-Pasambahan Video yang memperlihatkan gerakan tangan atau Balabek]</ref> Balabek berfungsi sebagai pertahanan untuk tubuh bagian atas jika diserang. Biasanya tangan kanan dan tangan kiri bersilangan jika dihimpitkan. Cara memainkan balabek ini bervariasi tergantung aliran silatnya, salah satu silat di Koto Anau, Kabupaten Solok, memainkan balabek dengan cara mengepalkan tangan seperti petinju. Ada lagi balabek dengan kombinasi kepal di satu tangan dan ''sudu'' di tangan lain (lihat: sudu)
* '''langkah ka muko jo langkah suruik''' (langkah maju dan langkah mundur): langkah, mengubah posisi tubuh dengan memindahkan kaki
* '''langkah insuik''' (langkah ingsut) : melangkah dengan mengeser kaki ke depan atau ke belakang. Misalkan, kaki kanan digeser sedikit ke depan, kemudian diikuti dengan menggeser kaki kiri sedikit ke depan. Langkah insuik tidak perlu mengangkat kaki untuk berpindah, cukup digeser saja. Pola langkah ini berguna untuk memperbaiki posisi untuk bertahan ataupun menyerang. Biasanya teknik ini didapat begitu saja tanpa disadari oleh pesilat.
Baris 214:
* '''simpia''' (simpir, sapuan), serangan sapuan pada kaki.
* '''guntiang''' (Gunting), serangan guntingan pada kaki.
* '''tikam jajak''' (tikam jejak), langkah kaki yang menggantikan posisi langkah sebelumnya. Misalkan, ketika kaki kanan dilangkahkan ke depan, kaki kiri menempati posisi jejak kaki kanan tersebut. Prinsip yang sama berlalu sebaliknya.
 
Salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang pernah ditemui suatu langkah yang agak berbeda dengan langkah dari pemain silek lain, yaitu, Tuo Silek ini mengajarkan bermain dengan ''langkah bajinjek'' (agak berjinjit) seperti kucing mengincar mangsanya dan memiliki ''langkah anak'' (langkah anak). Langkah anak ini adalah langkah kecil yang dilakukan sebelum melangkah seperti langkah silat biasa. Langkah anak ini dibuat dengan tujuan untuk mengokohkan posisi baik dalam menyerang ataupun menyambut atau bertahan dari serangan lawan. Mungkin guru silek lain menggunakan dua cara melangkah ini, tapi mereka tidak menekankan teknik dua cara melangkah ini kepada muridnya.
Baris 221:
* '''melingkar''', biasanya berpasangan, biasanya sepasang dan membentuk lingkaran, lawan main diibaratkan bayangan cermin, mereka akan melangkah dan bergerak seperti kita namun dalam posisi berlawanan. Formasi lingkaran sering ditemui pada sasaran silek. Jika murid sasaran itu banyak, maka posisi melingkar ini akan membentuk lingkaran besar, jadi hampir semua murid baru bisa melakukannya dalam satu waktu.
* '''berdampingan''', Salah seorang Tuo Silek dari Pauah, Padang menyebut gerakan ini sebagai ''arak kabau gadang'', boleh jadi sasaran silek lain memiliki nama lain untuk formasi ini. Dua orang melangkah berdampingan kiri dan kanan sambil bersilat. Posisi ini tidak sering dimainkan. Guna posisi ini adalah untuk belajar menghadapi serangan dari samping kiri atau kanan. Biasanya gerakan ini diajarkan pada murid yang sudah mahir dalam melangkah dan dikombinasikan dengan tahap dua, ''maambiak buah'' (mengambil buah)
* '''lurus''' , dengan maksud mempelajari cara menghadapi serangan lawan dari depan dan atau belakang. Latihan untuk formasi lurus bisa dengan menggunakan sebilah papan disebut sebagai ''silek sabilah papan''. Silek Biruang Agam sebagai contoh, menunjukkan pola permainan lurus dengan kombinasi lingkaran.<ref>http://www.youtube.com/watch?v=BQxlkSiIKrw&feature=PlayList&p=7C998B74870104CB&playnext_from=PL&index=0</ref>
 
Kebanyakan murid tidak memahami arti pelajaran ini, sehingga mereka bosan, karena sudah berbulan belajar mereka merasa kok pelajarannya dari itu ke itu juga. Teknik melangkah yang baik dan benar ini benar-benar penting bagi pemula. Jika melangkah ini sudah mahir, maka akan mudah ''maambiak buah'' (mengambil buah) atau mempelajari gerakan-gerakan praktis dalam bersilat, karena buah itu baru bagus digunakan jika langkah sudah pas dan benar.
 
{{br}} Ada bermacam cara berdiri di dalam silat, ada yang tinggi seperti berdiri, rendah seperti orang membungkuk dan ada sangat rendah. Posisi sangat rendah ini biasanya dipakai pada silat Harimau.
Baris 234:
 
=== ''2. Buah (Teknik Praktis)'' ===
Maambiak buah ini berkaitan dengan pelajaran tentang '''teknik-teknik praktis''' di dalam bersilat atau buah silat, seperti ''tangkok'' (menangkap), ''ilak'' (mengelak), ''mangguntiang'' (gerakan menggunting) ''piuah'' (piuh atau pilin), ''mamatah'' (mematahkan peresendian), ''manyapu'' (sapuan), ''doroang'' (dorongan), ''enjo/egang/jujuik'' (tarik, menarik lawan dengan tangan), ''mangabek/mengunci'' (teknik kuncian), ''sudu'' (tusukan), ''daga'' (pukulan dengan bantalan telapak tangan biasanya untuk menyerang daerah rahang), dan bahkan memakai goyangan pinggul untuk melemahkan posisi tubuh lawan. ''Sadonyo anggoto tubuah iduik'' (semua anggota tubuh harus hidup dan bisa dimanfaatkan) dan juga ''dima tumbuh disitu disiang'' (posisi bagaimanapun harus bisa digunakan semaksimal mungkin untuk bertahan dan menyerang) begitu kata guru. Pada pelajaran maambiak buah, murid dituntun menggunakan nalar dan logikanya sembari mempelajari sifat-sifat fisik dari tubuh manusia dan di mana titik lemah dari tubuh itu sendiri, misalnya kalau didorong ke depan, maka lawan tidak jatuh, tapi kalau didorong ke belakang, lawan jatuh. Biasanya sasaran serangan silek itu adalah alat vital atau kelamin, rahang, mata, leher, tulang gagak, dan ulu hati. Untuk patah mematah, targetnya adalah siku-siku tangan, jari, siku-siku kaki. Untuk piuh (pilin) targetnya adalah pergelangan tangan dan kaki. Dalam gerakan biasanya dilakukan kombinasi seperti dipiuh (pilin) dahulu baru kemudian dipatahkan. Alat vital memang sering menjadi sasaran empuk silek, oleh sebab itu pada awal belajar si murid diingatkan untuk menjaga posisi sedemikian rupa agar alat vitalnya terlindungi dengan baik. Tidak ada satu metodapun sampai saat ini yang membuat alat vital tahan dari pukulan kecuali yang diyakini belajar ilmu magis, sedangkan untuk hulu hati, orang yang sering latihan kebugaran dan otot perut biasanya ulu hati mereka lebih tahan terhadap pukulan.
 
Secara ringkas pelajaran yang bakal diperoleh oleh murid pada tahap ini adalah teknik mempergunakan kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya, seperti yang diuraikan di bawah ini
Baris 272:
** ''mambantiang'' (membanting) : membanting lawan dengan mempergunakan tangan dan kaki
** ''mangabek atau mangunci'' (kuncian) : Istilah lain yang biasa digunakan oleh praktisi silek adalah ''santuang'' atau ''kungkuang'' (kungkung) untuk teknik mengunci lawan dengan mempergunakan tangan dan atau kaki.
** ''mambukak kabek dan mailak dari bantiangan'' (membuka kuncian dan mengelak dari bantingan) : memlepaskan diri dari kuncian biasanya mempergunakan langkah dan gerakan tangan. Tanpa menggunakan gerakan langkah yang baik, seseorang akan susah melepaskan diri dari kuncian. Di sinilah letak pentingnya kemahiran melangkah dalam pelajaran pertama yakni teknik ''malangkah''.
 
Tujuan dari silek adalah mempertahankan diri dari serangan musuh seperti yang dikatakan oleh tuo silek, jadi sebagian teknik-teknik yang dipelajari tidak boleh digunakan di dalam pertandingan silat, karena berbahaya dan mencelakakan lawan tanding.
Baris 283:
Istilah ''biliak dalam'' digunakan untuk menyatakan tempat belajar khusus tentang materi ''maambiak isi''. Kata bilik dalam mengandung pengertian bahwa antara guru dan murid ada tempat dan atau saat khusus, meskipun tidak selalu di dalam bilik atau kamar atau ruangan khusus, malahan pada zaman dahulunya guru mengundang murid datang ke dangaunya di ladang atau di sawah pada saat-saat tertentu, bisa juga siang atau malam hari. Biliak dalam bisa juga diartikan sebagai tempat biasa latihan silat atau sasaran silek, namun hanya mereka yang akan diberi pelajaran ini yang diminta datang.
* '''Kaji''' (Materi Pelajaran di Biliak Dalam)
Materi atau ''kaji'' yang diajarkan oleh tuo silek antara satu sasaran silek dengan sasaran silek lain boleh jadi ada kesamaan materinya, namun juga terdapat perbedaan pendapat yang malahan tajam. Oleh karena itu, dalam tahap tertentu, membahas materi yang diberikan guru dengan murid dari sasaran silek lain sangatlah tabu untuk dibicarakan. Jadi jika tidak paham akan sesuatu, sebaiknya dipecahkan dulu sendiri, kemudian ditanyakan langsung ke guru atau ke orang yang telah dipercayakan oleh guru untuk memberikan penjelasan.
 
Salah satu dari materi pengajian ini adalah '''mangaji asa''' (mempelajari asal usul). Kita harus mengetahui asal usul diri. Dalam salah satu sasaran mengatakan bahwa manusia berasal dari Nur yang dipancarkan dari cahaya ilahiyah, oleh sebab itu posisi manusia sangat tinggi dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia yang diisi dengan Nur ini akan menjadi khalifah (berkuasa, pemimpin) di muka bumi dan dapat menundukkan sekalian isi alam. Semua unsur-unsur lain takluk di bawah Nur tadi. Orang yang berbuat keonaran dan kejahatan menandakan unsur di dalam dirinya dipengaruhi kekuatan dari syaitan yang berasal dari api. Api bersifat negatif atau takluk di bawah kekuatan cahaya ilahiyah (nur). Para pesilat meyakini berbuat kebenaran akan mendapat kekuatan dari sang Pencipta. Benda tajam dari logam disebut sebagai sesuatu yang berasal dari air. Sekali lagi, air tidak akan memberikan pengaruh buruk terhadap manusia, jadi benda tajam itu tidak akan memberikan pengaruh buruk kepada diri pesilat. Di dalam pengajian ini, segala sesuatu yang datang kepada pesilat, maka dia berupaya ''mangumbalikan ka asa'' (mengembalikan sesuatu ke asal kejadiannya) semua serangan yang datang kepada dirinya. Beginilah bunyi salah satu mantera agar tidak celaka jika terkena senjata tajam.. ''Hai sakalian basi, aku tahu asa engkau jadi, aia putiah rabbul alamin asa engkau jadi, kembalilah engkau ke asa engkau, aku kembali ke asa aku, Nur Allah asa aku jadi'' (Hai sekalian besi, aku tahu asal engkau jadi, air putih rabbul `alamin asal engkau jadi, kembalilah engkau ke asal engkau, aku kembali ke asal aku, dari Nur Allah asal aku jadi).
 
Istilah '''basi karasani''' ([[Besi Kersani]]) sering muncul di dalam materi kajian bilik dalam. Basi karasani di dalam kaji isi dianggap sebagai unsur inti besi pada manusia yang memiliki kekuatan yang luar biasa. Di dalam manto (mantera) diucapkan begini "....'' mandanciang basi karasani di dalam batang tubuah aku dek aku mangatahui''.." (berdenging besi kersani di dalam batang tubuh aku karena aku mengetahui). Membangkit basi karasani ini juga termasuk materi yang diberikan buat pesilat yang berminat. Efek dari bangkitnya basi karasani ini adalah tubuh menjadi kuat dan tahan dari berbagai serangan lawan.
 
Ada banyak lagi aspek-aspek dari sesi ini yang sampai saat sekarang di Minangkabau masuk ke dalam wilayah '''sangat sensitif''' untuk dibuka untuk publik. Di dalam pandangan beberapa guru silat, bahwa mereka yang membicarakan kajian ini di depan publik hampir sama dengan perbuatan membuka aurat kepada yang bukan muhrim.
Baris 294:
 
=== ''4. Ujian'' ===
Secara tradisional guru melihat tingkatan murid dari kemampuan mereka mempergunakan gerakan-gerakan dasar silat seperti pada point 2. Guru akan melihat bagaimana keahlian murid mempergunakan keahlian itu untuk ''manyambuik'' (menyambut) serangan, ''mambaleh'' (menyerang), ''mangunci'' (mengunci) atau ''malapehkan kuncian/kabek'' (melepaskan kuncian) lawan tandingnya. Gerakan dasar akan diterima oleh setiap murid, namun pada tingkat lanjutan, siapa yang pintar mempergunakan nalarnya dalam bersilat maka dia akan bisa menggunakan gerakan-gerakan dasar silat dengan tepat dan benar.
 
Kemahiran bersilat bisa diukur dengan kemampuan murid di tempat-tempat sebagai berikut:
Baris 303:
* Bersilat di tempat yang licin (di atas tanah liat yang disiram air atau di atas batu licin di sungai)
* Bersilat di tempat yang kurang cahaya atau gelap sama sekali
* Bersilat dengan harimau (ujian terakhir pada beberapa ''sasaran silek'')
 
Sebagian para Tuo Silek mempercayai bahwa silek ini dahulunya milik ''inyiak balang'' (harimau), setiap kali silek ini diadakan jika memakai gerakan harimau, konon harimau itu akan datang menyaksikan sendiri silat itu, dan bahkan harimau itu bisa bergabung dengan pemain silat. Untuk menghindari itu, silek dilakukan di tempat yang tertutup jika dilakukan di malam hari. Ujian terakhir dilakukan dengan bermain silat langsung dengan inyiak balang (harimau). Tapi keyakinan ini tidak dianut oleh semua guru. Ada juga sasaran yang mengajarkan silek biasa dan silek harimau untuk tingkat lanjutan, setelah selesai dengan silek biasa yang dilakukan pada malam hari, mereka akan mengambil langkah silek harimau pada siang hari, bukan malam hari <ref name=uwan/>
Baris 310:
 
=== ''5. Kaputusan Silek'' (Keputusan Silat) ===
Umumnya sasaran silek itu memiliki istilah tamat belajar, kecuali seperti yang dikatakan oleh salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang. Pada masa tamat belajar biasanya guru memberikan sesuatu kepada muridnya tergantung kepada sasaran itu sendiri, ada yang memberikan semacam mantera penutup, ada pula keputusan kaji silek itu hanya berupa beberapa kata kunci atau bahkan cuma nasihat saja dari guru.
 
Ada sasaran silek yang melakukan '''badah ayam''' (bedah ayam). Ayam dipotong seperti biasa, kemudian ayam tersebut diperiksa jantungnya dan ditunjuk satu titik tertentu di ujung jantung, kalau mau melepaskan ''gayuang'' kata sang guru, tembaklah ujung jantung ini pada lawan. Dan untuk melepaskan gayuang itu, si murid diberi ''kato'' atau ''manto'' (mantera). '''Gayuang''' (gayung) adalah kemampuan untuk merusak jantung atau bagian dalam tubuh orang lain dengan menggunakan kekuatan batin. Gayuang ini hanya boleh dipakai ketika sudah tidak ada pilihan lagi dalam upaya mempertahankan hidup. Gayuang ini bisa berakibat fatal bagi lawan jika tidak segera diobati. Biasanya ''pamunah gayuang'' (pemusnah gayung) diberikan kepada murid yang berguna untuk menghilangkan efek dari ''gayuang'' tersebut jika lawan sudah minta ampun dan menyerah.
 
Namun hal yang pasti dari seseorang mendapatkan ''kato kaputusan'' (kata putus atau tamat) ini adalah '''dia bisa mengajar orang lain dan membuka sasaran silek lain di bawah restu guru''', artinya dia dianggap resmi sebagai guru baru dan memiliki wewenang mengajarkan ilmu yang sama dalam jalur waris yang sah.