Kabupaten Kebumen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 493:
'''Wisata Air Jembangan'''
: Terletak 10 kilometer utara Kutowinangun, masuk wilayah kecamatan Poncowarno. Terletak di sekitar Bendungan Pejengkolan, yang merupakan bagian dari sistem irigasi waduk wadaslintang. Sudah dilengkapi sarana dermaga dan perahu wisata, warung makan, sepeda air dan segera dilengkapi dengan waterboom.
WISATA RELIGI
Swlain terkenal dengan wisata alamnya kebumen juga terkenal dengan wisata religinya. Hal ini dikarenakan di kebumen terdapat banyak makam para syeikh diantaranya adalah:
1.MAKAM SYEIKH ANOM SIDA KARSA
Makam Syekh Anom Sida Karsa Terletak di desa Grogol beningsari di kecamatan Petanahan, Kebumen, yang berjarak sekitar 15 km dari kota Kebumen atau sekitar 6 km dari Pantai Petanahan, makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah terutama pada malam jumat,bulan saban,dan bulan Muharram.
Syekh Anom Sida Karsa yang diketahui adalah seorang waliyullah. Ditelusuri dari silsilahnya ternyata Beliau masih keturunan ke 5 dari Raden Fatah. DULLAH SIDIQ adalah nama aslinya, beliau hidup pada zaman Hamengku Buono ke- IV. Konon beliau memang keturunan darah biru, namun karena kecintaannya pada Sang Kholiq beliau lebih memilih untuk menyebarkan Agama Islam daripada mementingkan pangkat.
Sebelum singgah di Desa ini, Syekh Anom pernah babad alas di daerah Demak. Selain itu beliau juga pernah singgah di Sumpyuh tepatnya di Desa Ngadiasa, tempat lain yang pernah disinggahinya yaitu Banyumas, Setelah dari Banyumas beliau kembali lagi ke Demak dengan tujuan untuk perang melawan Belanda. Kemudian beliau melanjutkan dakwahnya hingga sampai desa ini dan disinilah beliau tinggal sampai wafat.
Syekh Anom berguru pada Syekh Abdul Awal bersama tiga teman seperjuangannya yaitu Syekh Abdul Fatah yang saat ini Makomnya terdapat di daerah Sentul, Syekh Syahrowardi yang makomnya terdapat di Desa Tanjungsari, dan salah seorang murid dari desa setempat yang bertugas untuk khutbah yang Makomnya terdapat di Kuburan Panggel.
Dari sejarah Syekh Anom yang paling menarik yaitu Pada saat Syekh Abdul Awal akan menunaikan Ibadah Haji ke tanah Suci, dengan sengaja Syekh Abdul Awal tidak mengikutsertakan murid-muridnya karena Beliau hanya berniat mengajak istrinya, oleh karena itu Beliau memberi tugas kepada masing-masing muridnya. Tugas yang diberikan kepada Syekh Anom adalah diperintahkannya Beliau untuk menunggu sepuluh beton (isi nangka) yang sedang dibenem (ditimbun dengan bara api) sampai matang untuk dibagikan kepada teman-temannya. Anehnya setelah betonnya matang hanya terdapat Sembilan buah, Hal ini menjadikan Syekh Anom ragu untuk membagikan kepada ketiga temannya. Untuk menanyakan kebimbangannya Beliau berniat menyusul Sang Guru ke Tanah Suci. Disinilah terdapat karomah yang luar biasa pasalnya Syekh Anom hanya mengendarai bekong (tempat beras) untuk sampai ke Mekah, hal yang sama juga dialami oleh Gurunya yang hanya mengendarai mancung untuk mencapai tempat tujuan.
Sesampainya di Mekah Syekh Anom bertemu dengan Sang Guru dengan membawa Sembilan beton yang masih hangat, lalu Beliau menanyakan mengapa beton yang ada hanya Sembilan buah padahal sebelumnya Syekh Abdul Awal mengatakan bahwa beton yang dibenem ada sepuluh buah. Pertanyaan itu diabaikan begitu saja oleh Syekh Abdul Awal, karena Syekh Anom sudah terlanjur ada di Tanah Suci maka Syekh Abdul Awal mengajaknya untuk menunaikan ibadah Haji bersama.
Cerita itulah yang menjadi dasar terciptanya sebuah nama SYEKH ANOM SIDA KARSA yang mempunyai arti, kata “SIDA” berarti JADI dan “ KARSA” berarti kesampaian.[10]
Dalam sumber di lokasi menyebutkan, nama Syeh Anom Sidakarsa tersebut diketahui dari seorang yang selama dua tahun berturut-turut melakukan riyadloh di makam tersebut pada tahun 1935. Orang itu yakni almarhum Simbah Chamid dari Kajoran Magelang.
Menurut cerita Simbah Chamid kepada murid-muridnya yang kemudian diyakini hingga sekarang, Syeh Sidakarsa adalah cucu dari Sultan Bintoro/Raden Fatah di Demak. Syeh Sidakarsa yang sering juga disebut Syeh Anom datang ke Kebumen untuk berguru atau nyantri kepada Syeh Abdul Awwal.
Keberadaan Syeh Abdul Awwal sendiri bisa dilacak dari makam kiai tersebut yang terletak di Desa Kebonsari Kecamatan Petanahan atau sekitar 1,5 km sebelah utara makam Syeh Anom.
Begitu dekat dan cintanya Syeh Anom dengan gurunya itu, dia merasa susah sepeninggal gurunya itu ke tanah suci. Karena sangat dekatnya, rindu tidak dapat tertahankan. Syeh Anom pun kemudian bermunajah kepada Allah SWT agar dapat menyusul gurunya.
Di tengah munajahnya itu, tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh. Setelah diperiksa ternyata sebuah blongkeng (mancung) pohon kelapa. Bagi Syeh Anom, kondisi itu seperti petunjuk dari Allah, maka dengan izin Allah, Syeh Anom dapat menyusul gurunya dengan naik blongkeng itu.
Syekh Anom Sida Karsa memilih tinggal di daerah ini karena mengetahui banyak orang yang masih membutuhkan pencerahan, diantaranya adalah daerah Ambal yang dihuni banyak berandal. Beliau menetap di tempat ini sampai wafatnya.
Semasa hidupnya, Syekh Anon Sida Karsa terkenal memiliki kelebihan. Kabar itu akhirnya sampai ke telinga para berandal di Ambal. Mereka pun datang menyatroni rumah Syekh Anom, berjumlah 200-an orang. Sampai di lokasi mereka melihat ada keanehan, yaitu meskipun rumah Syekh Anom miring ke Utara namun justru yang di sebelah Selatan yang disangga kayu. Para berandal itu pun menganggap pemilik rumah sudah tak waras lagi.
Ketika Syekh Anom Sida Karsa mempersilahkan para begal masuk ke dalam rumah, lagi-lagi mereka menganggap tuan rumah tak waras. Bagaimana mungkin rumah sekecil itu sanggup menampung gerombolan yang berjumlah demikian banyak. Namun ketika akhirnya masuk, ternyata dalaman rumah itu luas sekali. Seluruh gerombolan hanya memenuhi satu pojok rumah saja. Barulah para berandal itu sadar bahwa Syekh Anom bukan orang sembarangan.
Berandal itu dijamu makan oleh Syekh Anom, satu hal yang selalu dilakukannya pada setiap tamu yang datang ke rumahnya. Makanan selalu ada, berapa pun tamu yang datang setiap harinya. Para berandal dipesan agar tidak membuang tulang ayam ke lantai. Namun seorang berandal sengaja membuang tulang ayam ke lantai, dan tiba-tiba tulang itu berubah menjadi ayam lagi! Akhirnya para berandal itu pun takluk kepada Syekh Anom.
2.MAKAM SYEIKH ABDUL AWAL
Makam syeikh abdul awal terletak di desa kebon sari kecamatan kebumen, tidak terlalu jauh dari makam muridnya syeikh anom sida karsa. Syech dulu bernama Mangkurat Mas, dari Yogyakarta, putra R. Pemanahan dari istri padmi. Anak Ki Ageng Pemanahan ada 2 yaitu Mangkurat Mas dan Mangkurat Kuning. Cerita berawal saat Ki Ageng berpesan kepada anaknya, lewat adiknya Ki Ageng Giring yang bermukim di Cirebon. Ki Ageng Pemanahan memberi wangsit jika suatu saat Ki Ageng mangkat, maka kekuasaan keraton Yogyakarta diserahkan kepada anak sulungnya, Mangkurat Mas. Namun begitu ayahnya meninggal, Ki Ageng Giring malah tidak peduli dengan amanah untuk menyerahkan titipan kekuasaan kepada Mangkurat Mas. Melalui patih Martapala-Martapura, sehingga terjadi geger dan menjadikan Mangkurat Mas pergi dari keraton dengan prinsip bahwa kekuasaan hanya akan akan menjadikan seseorang bertaruh dan mungkin sampai di akhir ajal, hanya akan bertaruh dan memperebutkan kekuasaan saja. Dan akhirnya kekuasaan di Yogyakarta jatuh ke tangan Ki Ageng Giring, sedangkan Mangkurat Mas pergi dari kerajaan, menuju ke arah barat dan sampai di seputar desa yang sekarang ini disebut Kebonsari.
Pada satu saat datanglah Raden Patah putra dari Prabu Brawijaya V-Raja Majapahit terakhir ke tanah jawa. Kedatangan R. Patah menjadikan tanah jawa geger karena dia bermisi menundukkan negara Pandawa tengah. Pada saat itu Mangkurat Mas yang juga dikenal sebagai Syech Abd. Awal sudah bermukim di Kebonsari, meski namanya belum Kebonsari. Lama-kelamaan, Di Kebonsari, Mangkurat Mas membawa ilmu para wali ibarat hanya sebulir padi/semenir, dipecah menjadi empat madzhab. Sembari bermukim disini, Mangkurat Mas memberikan wewarah kepada banyak orang tentang ilmu-ilmu para wali.
Kedatangan R. Patah ke tanah jawa diikuti dengan proses penyerangan perilaku ibadah umat-umat Islam yang merujuk pada ajaran wali, digeser dengan ilmu agama suci dari tanah Saudi-ajaran Rasul Muhammad saw. Awalnya di tanah jawa yang diamalkan ilmu Kuntadewa.
Di Kebumen, Mangkurat Mas alias Syech Abdul Awwal punya banyak murid, diantaranya di Guyangan, Syech Sidakarsa dan Syech Abdul Rosyid. Sebagai seorang pembawa ajaran Islam Jawa/sinkretik/ilmu kebatinan/ilmu ratu tanah jawa, Syech seorang diri mengajarkan ilmunya di daerah ini. Ada tokoh lain yang dikenal yaitu Syech Abdul Muhyi, namun beliau membawa risalah Islam murni dari tanah Arab. Abdul Muhyi anak dari panembahan Sultan Imam Mahdi dari tanah Madinah.
Begitu lama merasa cukup lama bermukim di Kebumen, Syech ingat akan sebuah pesan yang tertulis di kitabnya untuk pergi ke tanah suci-naik haji. Pada saat Syech naik haji, beliau menggunakan “mancung” dari pohon kelapa. Keajaiban itu bisa diwujudkan karena ilmu kebijaksanaan yang dimiliki oleh Sang Syech.
Saat mengembara ke Kebumen, Syech Abdul Awwal sudah menamatkan ilmu dari pesantren dan menikah dengan putri keraton Solo/Surakarta yang bernama Jonggrang, belum sempat bekerja mengamalkan ilmunya namun sudah didahului dengan geger perebutan kekuasaan di Yogyakarta dan pendudukan Belanda di tanah jawa. Seumur hidup, Syech Abdul Awwal hanya mempunyai satu istri yaitu Nyai Jonggrang.
Dalam ceritera, R. Patah yang membawa risalah rasul Muhammad adalah putra dari pernikahan putri Cempa-Cina dengan Raja Brawijaya-raja Majapahit yang terakhir. Versi dongeng, diberi nama Patah dari makna banyu patang wulan bali ngulon meng Cina. Dulu, ratu Sriwijaya alias sang ayah putri Cempa menciptakan Putri Cempa yang berwujud jin raksasa, dicipta menjadi putri cantik seperti putri di daerah tanah Jawa. Saat sudah menjadi cantik, ia berkeliling di seluruh tanah jawa membawakan seni lagu dan tari-tarian untuk dipertunjukkan. Ratu Brawijaya melalui Patih Gajah Mada, jatuh cinta pada putri Cempa dari Palembang dan ingin mempersunting menjadi istri sebagai istri ke-41. Setelah menikah dengan Raja Brawijaya, Putri Cempa hamil dan mengidam. Yang diinginkan Putri Cempa saat mengidam adalah rujak babi. Sebagai suami, Sang Prabu menuruti permintaan istrinya dengan memerintahkan kawulanya berburu babi dan memasaknya. Setelah makan, ternyata Putri Cempa yang cantik tiba-tiba berubah ke wujud semula, seorang raksasa. Dengan perubahan wujud itu, Sang Putri menjadi malu dan segera terbang kembali ke tanah asal, Banyu patang wulan alias R. Patah dibawa serta. Sat kembali ke negerinya, Putri Cempa dipersunting oleh Arya Damar-Raja Palembang. Disana, lahirlah R. Patah. Sebagai ayah, Prabu Brawijaya berpesan agar Arya Damar tidak menghilangkan identitas R.Patah yang merupakan keturunan langsung dari Majapahit. Di kemudian hari R. Patah pergi menuntut ilmu ke Mesir sehingga ia menjadi seorang alim dan kelak menjadi penyebar ajaran Islam-Rasul di tanah jawa, bahkan menyerang ayah kandungnya sendiri yang berkuasa di Majapahit yang nota benenya pemegang tradisi dan kepercayaan Hindu. R. Patah adalah anak kandung dari putri Cempa, hasil dari pernikahan keduanya dengan Prabu Brawijaya. Sedangkan sebelumnya Putri Cempa sudah pernah menikah dan berputrakan Raden Husen.
Awal sebelum R. Patah mengetahui keberadaan ayah kandungnya, ia bertanya kepada ibunya. Setelah ibunya menceritakan sebenarnya darah siapa yang mengalir pada diri R. Patah, maka segera R. Patah ingin menyusul ayah kandungnya di Majapahit. Sebelum ia tiba di Majapahit, ia singgah dulu di Demak Bintoro dan diterima oleh Sunan Ampel. Oleh Sunan Ampel, R. Patah dinikahkan dengan cucunya-putri Mloko, dan dijadikan Bupati Demak Bintoro. Setelah cukup lama menetap di Bintoro, R. Patah ingin melanjutkan ke Majapahit. Di tengah jalan ia bertemu dengan Sunan Giri. Saat R. Patah menyatakan maksudnya, Sunan Giri melarang dia melanjutkan niatnya dengan alasan ilmu para wali yang sudah mengakar di tanah jawa, tidak boleh diganggu gugat, dirubah atau dicampuri oleh ajaran Islam yang berasal dari tanah Arab. Namun dalam kenyataannya, R. Patah yang kemudian bertemu dengan saudara tirinya R. Husen, menegakkan agama rasul di tanah jawa. Pada saat itulah para wali pemegang ajaran sinkretik mundur agar tidak terjadi pertentangan di kalangan umat. Secara garis besarnya, agama Rasul dipandang sebagai ajaran yang mengutamakan syariat sedangkan para wali dianggap sebagai pembawa ajaran tarekat. Sedangkan idealnya seorang umat adalah mengamalkan ilmu Rasul dan meneladani perilaku wali, namun sekarang tidak demikian.
Di Kebumen, tempat mukim Syech Abdul Awwal adalah di pedukuhan Kedungamba, desanya Grogol Beningsari. Namun begitu direbut oleh Belanda daerah ini termasuk desa Kebonsari. Kedungamba diambil dari makna, kedung artine jero lan amba, melambangkan begitu dalam dan luasnya ilmu wali yang dibawa oleh Syech Abdul Awwal. Saat tiba di Kedungamba, Syech Abdul Awwal membawa rasa sedih karena terusir dari istananya. Saat tiba disini sudah ada sekitar 50 orang penduduk yang menghuni Kedungamba, namun hingga kini sulit ditelusuri siapakah mereka dan berasal dari mana.
Satu cerita lagi, pada suatu saat Ratu Yogyakarta yang merupakan permaisuri Ki Ageng Giring gering (sakit), Mangkurat Mas lah yang berhasil menyembuhkannya. Sesuai dengan janji yang diucapkan Ki Ageng Giring bahwa siapapun yang berhasil menyembuhkan istrinya akan dituruti segala permintaannya. Sebagai hadiah atas keberhasilannya, Mangkurat Mas muda meminta tanah seluas serban, yaitu bumi Mataram yang di kemudian hari ditempati, Kedungamba. Sebelumnya Ki Ageng Giring telah menawarkan tanah antara sebelah timur sungai Praga sampai Sitandu, namun Mangkurat Mas menolak. Karena merupakan tanah hadiah dari sultan maka Kedungamba disebut sebagai tanah Keputihan yang tiap tahunnya tidak terkena pajak ke Mataram, namun hanya menyetorkan bulu bekti atau glondhong pengareng-pengareng berupa padi, palawija, dll saja tiap tahun pada musim panen sado ke Mataram berpakaian jarit wiru dan blangkon. Saat menyerahkan bulu bekti, yang ikut sowan 7 orang sebagai perlambang martabat desa yaitu Lurah, Congkog, Carik, Kebayan, Kaum, Polisi dan Kamituwa. Oleh Mataram yang diberi kewenangan menjadi Lurah Kedungamba adalah Mangkurat Mas atau Syech Abdul Awwal. Begitu Belanda menyerang, barulah Kedungamba dikenai pajak. Zaman dulu, orang-orang tidak
Deretan makam yang ada di kanan-kiri Syech Abdul Awwal :
Sebelah barat Syech adalah makam putranya Abdul Rauf yang konon ceritanya ia selalu ingin mengungguli ayahnya, misal jika ia menimba air, bukannya menggunakan wadah yang rapat malah menggunakan keranjang yang berlubang, angina yang berhembus juga berusaha ia kekang dengan diikat memakai selendang, dan berbagai perbuatan Abdul Rauf yang mengesankan ia ingin mengungguli kesaktian ayahnya.
Kakek buat pedukuan buat seperti kali kedung tidak dapat dijajak, kedung apa itu yaitu dahulu namanya suaka tahun 1945 itu dari ilmunya kakek, ada orang cari ilmu seperti kakek,ilmunya kakek itu dipakai buat sholat naiknya itu kuda putih dimana kakek naik kuda putih di baratnya sekarang sudah mati kakek saya sudah 9 turunan atau 900 tahun ya aku tidak tau bukunya ya kira-kira sejarah tidak ditulis, di baca –baca yaitu ilmunya mana bukunya ya janji . Ya sudah disini ada peduduknya tapi masih langka setelah merdeka sudah bubar tiga turunanya ada dua laki-laki semua yaitu ngabdul rakublah paling tua kuburannya sebelah barat dan jaya ahmad yang muda yaitu tenggurun goroanom yaitu jaya ahmad ,jaya mamad jaya ngakiyah putu jayaskiyah nurahim, kasan mustakim itu mertua lurah sekarang mbah buyut darman, saya yang tua dia yang muda dan ini istriku jainal mustafa ngabdul raku yang melakukan rajaiman sebelah timur, saya keturunan nur kholik dan istri saya keturunan jaya mamad ya kita urutkan mbah ngabdul awal bersama yang tua ratu jumlang bojo, putranya dua ngabdul rakub dan jaya mamad dari yang muda nikah sama putri cina dari semarang disini nikahya dengan murid asal cina, jaya mamad putranya jainal ngakiyah itu putranya siapa ? ya pokoknya diambil satu-satu tidak tau pasti terus jayaskiyah , nurahim , kasan mustakim sama turuna n jainal mustafa turunan jainal mutakim lurah sekarang bapak saya bu prapti. Mbah rodikin keturunan rajaiman nanti dulu rajaiman turuan nuryamenadi , nurkholik ,nur kasidi , reja mustafa , tirta mustafa
Sembayange nganggo waktu lima, siki tek pecahna, sembayange mbahe kuwe wektu lima,limang wektu, umpamane subuh, luhur,asar, magrib, isya, lakiye ulie sembayang kuweora kaya wong siki, dongane akeh. Umpamane arep munggah mesjid, kes wulu (wudhu) ulihe wudhu ora kaya wong siki “nawaituwudhu a…” ulihe wudu kayakiye lungguh urip-lungguh urip nyrambahi sesuci sipat khayun ragangan kurungan sukma laailahaillallooh muhammadarrosulullooh, ora kayawong siki, lah aduse niat ingsun adus ing banyu suci sirulloh ngadeg ing bumi suci badan sirno gari rupo-rupo sirno gari sukmo-sukmo sirno gari waluyo sejatine sukmo,laailahaillalloh muhammadurosululloh, aduse mhahe seprene. Mulane wonge merencana (busuk), mulane sampean ndeleng nyong, ya tua tapi sehat. Sembahyang, wudhu, munggah mesjid, munggah ngamben, munggah nang ndi nggon arep sembahyang nawaitu gunek-ginubeng gabah hamid banyu urip tan kena pat eling tan keno lali kulhu sewu rupo muhammad kulhu sewu bahu muhammad abadan niman tauhid ma’rifat islam, munggah mbuh nang mester mbuh nang amben njagong, arep sembahyang kuwe njagong dhisit. Ditanjingaken niat ingsun ngadeging kamarullah rasane dzat manjing sifatullah sirna kang ngawe sampurna kang ginawe iman nyawa namung jasad kabegati masjid pangeran,kiye diarani manembah. Manembah kuwe mangabdi. Nyamping ingdalem batin sabukku nyowo idepku paningal klambiku pamiharso abadan iman tauhid ma’rifat islam shollallohu ‘allaihi wasallam. Wis cukup,naganggo ruku terus menyat. Menyate dianjingaken nawaitu duhuli sholat ingsun anganjingaken ferdu luhur patang rekaat ameku rukun wolulas krono alloh ta’ala, terus nawaitu usholli fardodhuhri arbangu rokngataini mustakbilalkiblati ada imaman au ma’muman ngalaya lillahita’alaa. Sembayange ya donga iftitah (kabiro…) terus sapiturute, fateah. Kuwe jenenge suratan, sareate nabi. Terus tarekate wali njagong mek dengkul ngadeg gari dongane nyowo ati budi jasat gari ngambung klasa, la kiye papat. Dadi sembayang donga kiye rosul tuli, ngabekti maring awake, nyowo ati budi jasad. Njagong wujud rososukmo roso urip. Kuwe dongane wali. Mulane loro, nabi kuwe nyampurna kulit daging,wali kuwe nyampurno sukma. Dadi manembah kuweloro, mulane wong sembayang kuwe loro ajah mung siji. La gari ngadeg patang rekaat wis rampung ya, terus salam madep ngalor ndonga assalamualaikumwarohmatullooh fauza biljannah, kiye tuli lambunge papat brahim, izrail, isrofil, mikail. Kiye papat sing mbayu enyong kiye papat brahim, izrail, isrofil, mikail. Kari mengidul,assalamualaikumwarohmatullooh wanajataminannaar lakiye gari brahim, izrail, isrofil, mikail. Lanek mandeng lambung kiye lambung kiwo dodolawan dikir, kuwe sembayange wali. Siki gari dikir, dikire kuwe ngetung awak kuwe telungpuluh ro, sukma kuwe telung puluh ro, alip, be, te, se, jim, … nek sukma rongpuluh kuwe wujud, kidam, baqo, ….udu nggo tembangan ngawurkuwe awakedhewek. Awake dhewek udu sifate gusti alloh, la kowe diwei awak apa kowedenger, sukmamu kuwe apa wujude. Sembayang kuwe manembah maring singgawe,kowe tuli digawe. Makane kowe kudu nyarutang, nyautange nyicil, makane sedina sewengi patlikur jam dipara lima,kuwe menembahe wong urip kuwe nyarutang dicicil. Makane banjur ngaselna shidiq, amanah, tabligh dikir. Dikire genah huahadiyat roh kudus wahdat rohaniyat ingsun mukmin wahidiyat dudu alloh, sing dikir kan enyong makane dudu alloh, la kiye nyong nyarutang. Bumi api angin banyu,wujud ngelmu nur suhud dzat sifat asma afngal mangani nafsiyah ma’nawiyah. Makane urip kon nyarutang. Kiye kan murah. Sembayang kuwe ngabekti nyarutang dewek wis digawe nang gusti alloh. Waman ngarofa nafsasu wakod ro pa ngaropa, eling nek awake dewek wisdigawe nang gusti alloh makane nyarutang ya kuwe. Maneh dikir laa ilaaha illallooh, kuwe telu jalal, jamal, kamal. Lafal dikir laa ilaaha illallooh kuwe telu,elinge pangucap kuwe nang kono. Dikirpaling kidik kuwe 32 kuwe nyarutang awake, la mengko angger ratipgenepe kuwe seket (50). Menengkene kuwe sampurna, sampurna kuwe bener awakmu, nek dikir siji urung bener wong sifate papat. Makane angadeg aruku asujud alungguh bumi api angin banyu, makane wong sembayang wajibe manembah kiye. Nek wis sembayang wisrampungkuwe dilebokena. Umpamane wektu luhur walhadoro tegese cahyane ijo lungguhe puser bojone likaliku lintange syamsu nabine bahrim malaikate jabarahil sahabate abu bakar aksarane lam mene ana sembayang batal asale wujud ngelmu nur suhud patang rekaat lungguhe netro karo kuping karo unggahe ana ing cankem pujine cangkem moni lan meneng anawektu luhur dadine kulit munelafal muhammad. Awakku, awake njenengan kuwe dadi lafal muhammmad. Kuwe wali. Ana bukune lakiye ora baen-baen. Sembayang sejati sejatineng urip,ora goroh, temen-temen kowe digawe. Nek sembayange rosul puji thok. Umpamane magrib kuwe asale getih, luhur asale kulit, subuh asale sum-sum, isya asale balung dodo lawan kikil. Mangkane kon nyarutang. Banyune ya papat, banyune biyunge loro, banyune ramane loro makane ana manganinafsiya, genah pangeran kuwe wolu dzat, sifat,asma, afngal, wujud, ngelmu, nur, suhud singsememplit nang sirah aksara alip. Disogi rolas papat, dadi sarengate bapak karo ibu, gusti alloh sing ngistreni.
Manganinafsiya, banyune ramane sing ndadekna kowe, ma’nawiyah salbiyahbanyune salbiyah, gustialloh ya nganggo sarengat, makane nandur pari ya berase ditutu. Mene banyune nembelas sebab lafal takbir kuwe nembelas, alohuakbar3xlaailahaillaloohuallohuakbar aloohuakbar walillahilkham, nembelas. wujud ngelmu nur suhud dzat sifat asma afngal bumi api angin banyu mangani nafsiya ma’nawiyah salbiyah. Wujud ngelmu nur suhud tegese wiwitane saka tangayun ahadiyah wahda, garep nganakna jagade menungsa kuwe kan aring nur, kuwe asih tangayun. Makane wong kuwe ana nur-e mbasanu kan ngimpi kuwe tampa nur goib. Makane ngelmu kuwe kon ngapalna, nur-e wis nang sirah,wujud tegese wis dadi. Dzat sifat asma afngal tegese sing ndadekna soko alloh ta’ala. Sawuse kiye dadi digawekna bumi api angin banyu mene lafal muhammad sukmane mlebu maring lafalmuhammad. Lafal muhammad urung urip agi rolas, mene urip disogi mangani nafsiya ma’nawiyah salbiyah. Kudrat irodat manjing wirodat budi. Kudrat urip. Tegese urip kuwe nyong kon ngapa, gelar nang jagad raya, ora ana gusti alloh aweh rejeki tanpa nyambutgawe,kudu nyambut gawe, budi lan ikhtiar, mene nag kono gusti alloh duwe sifat rokhman lan rokhiim, murah asih, nagpa bae ngonoh dadi guru, dadi mantri ngonoh. Dadi kudu budi lan ikhtiar. Sing ngerti taktik wis ora ono, dadi aku nggo tuladan. Taktik kuwe uborampene urip bangsane itungan. Wong puasa ora mung mekem,segala tingkah polah dipuasani, dadi wong sing nrimo. Pendowo tengah kuwe pendowo limo, kuwe tegese tanah jawa, tegese majapahit demak bintoro. Siki ngilmune wali siki ora diwulangaken. Perabot sing njekel ngelmune tanah jawa kuwe lima. Ngelmune yanah jawa kuwe nganggo gending, nek kanjeng nabi nganggo dalil. Gending mengkuwigati, mengkuwigati kuwe lakune wong urip. Puasa kuwe nerima, ora usah nyerang, nyolong. Dadi nag kono mengko uripe bisa nggembol kebecikan. Wiwitan karo wekasan kuwe pada, wiwitane urip wekasane mati mene wongurip nang alam ndunya ora diumbar, nganggo hukum. Wong uripora keno diumbar nganggo hukum jalur urip ngluru sandang pangan sing becik mene ngesuk ora ditagih. Wong nganggo hukum abot ya ora enteng ya ora, sabener-benere kaya kuwe. Nek wong ora nerima ya dadi abot. Sabdo diarani ngelmu kasampurnan kuwe nggo nyaponi badan, lakune sing ati-ati, sembayange sing bener, sukurpisan ya sing bener, nek urung yang sing nerima.
Sing dadi makom ya kuwe sing mbiyen di lenggahi mbahe pas esih urip. La kae sing mendukul kuwe jenenge unur, kuwe ngelmu, udu apa-apa. Kae mertandani ngelmune mbahe dhuwur ora ana sing madani. Unnur (nur) ora keno digabah. Mbahe milih sing sepi mboten onten suara sing ngganggu. Mbahe kuwe wong sing nyelangsa, makane lunga kan aring kraton sing diserang pamane mbiyen tekan kene.
Mbahe kene beda karo arungbinang, lewih disit mbahku. Nek ora njaluk ngelmu ora bakal diwei. Syahadat bae kudu puasa disit. Nganggo kuwe kudu ana tirakate.
Anane kebonsari kuwe jaman belanda. Dadi lurahe kene telu kedungamba, bogor, kebonan, baranglanda nang kene dirikut dadi siji jenenge kebonsari, dadi lurahe kedungamba. Mbiyen urung ana kelurahan anane nang umahe lurahe. Balai desa kuwe anane pas jaman soeharto.
Pas munggah kaji mbiyen nganggo mancung bareng-bareng mbah kakung karo mbah putri. Kasentikan kanuragan kaparwiran kuwe dinyatakna ngelmune, masa iya wong ora bisa mabur, wis dilakoni puasane ya teyeng mabur nunggang mancung mangkat kaji. Mimbar kae nggo ceramah, tapi kiye ya wingi-wingi bae, mbahe ora tau nganggo kaya kuwe,mbiyen nek ngaji ya mung njagong nganggo suara lirih ora kaya siki nganggo corong.
Mbiyen pak abu sufyan pengajian kemis wage nang kene terus ana sing nabok terus seprene ora gelem ngaji ngeneh maning, dangu-dangu mriang terus mati. Nyindir nek mbahe nganggo ilmu abangan. Nyong biasane gelem ngomong nek diundang kaya muyen.
Ceritane syeh sidakarsa sing kepengin munggah kaji mbiyen dikon nggoleti beton isi nangka lagi dibakar mbahemature sanga tapidigoleti nganti genine mati kur wolu la terus tetep kepingin mangkatnyusul mbahe padahal sing wadon lagi meteng, terus anake lahir nang ara-ara mahsar sing ora ana banyu, anane wit krambil siji,wohe ya kur siji. Ahire krambile dipet banyune nggo nyuceni anake, krambile nggo gawe jenang abang, blungkange nggo mendem ari-arine, mancunge disigar nggo mabur nyusul mbahe nang mekah,terus ketemu nang kana, di jenengi sida karsa sebab sida kersa nututi mbahe. Saking temene olehe ngaji karo mbahe. Seelek-eleke wong ya sing nyepelekna gurune.
Pak darman kiye wis apik, dalane di krokos, pelayangane ya apik.
Sebelah niko riin sabin tapi pas kulo ngertose pun dados karangan, kebonsari riin niko bogor, kedungamba, kebonan lurah kiambek. Lurah terakhir mriki (bogor) Kastareja. Sing gabung belanda tahun 1927, pada saat itu belum ada kelurahan, anane pendopo nang umahe. Pas jamane geger ya rame, pas itu terjadi agresi militer. Tahun 1941 jepang datang, 1944 jepang pergi dan belanda datang lagi, nyerang lagi katanya klau nggak “ngereh” ya mau merusak bangunan mereka sendiri seperti sekolahan, pasar, tapi yang ada di kebonsari hanya sekolah. Sekolah itu dulu dibakar oleh NEKA yaitu orang jawa yang ikut belanda. Lurah pertama H.Ahmad. Beberapa organisasi untuk kesatuan untuk melawan belanda. Dulu katanya hari ahad kliwon akan diserang oleh belanda, yang dari puring sudah sampai petanahan yang dari gombong sudah sampai salak tapi katanya belanda tidak melihat desa kebonsari. Rencananya belanda mau menyerang lewat sungai tapi belanda tidak bisa melihat juga baik siang maupun malam. Sebenarnya belanda dan tentara kita sudah hadap-hadapan tapi tidak jadi ada serangan. Di tempat ini juga dibuat dapur umum dan latihan. Dahulu yang mengajari sekolah dan perang adalah jepang sehingga ketika belanda datang lagi kita sudah berani untuk melawan. Yang mengajari adalah orang jawa yang sudah diajari oleh jepang. SR 3 tahun, terus ada sekolah diatas SR di petanahan juga 3 tahun. Yang sekolah disana ada 34 kelas 1 dan 2, kelas 3 hanya tinggal 22. sabtu latihan perang-perangan/olah raga, senin oseh-oseh mados walang, selasa nembang/nyanyi cara jepang, rabu hitung, kamis menulis, jum’at bersih-bersih. Berangkat jam 7-10 (kelas 1) kelas 2 jam 9-12. sing kathah siswane jaler, saking kebonsari pasangkatan kulo 6 anak. Kenapa dulu tidak pada sekolah, karena orang tuanya beranggapan buat apa sekolah mendingan nyambut gawe nggo mangan. Nek seniki la wis pada njaluk sekolah, wong tuane juga wis mendorong.
Jaman riin agustusan rame banget, lare sekolah sami teng kecamatan, orang tua membuat kepungan. Pekerjaannya dari dulu ngelambar,yang punya sawah bertani. Kalau ada orang yang baru pulang dari perantauan yang ditunggu-tunggu adalah pakaian, jas hitam. Program pemerintah pas dulu yang dimajukan adalah pertanian,untuk desa kebonsari adalah pertanian padi. Kalau banjir selama ini saya baru mengalami banjir 1 kali, terus penyebabe biasanya karena hujan lebat yang lama sehingga air luber dari sungai dan sawah. Kalau bencana yang samapai merusak tidak pernah. Dulu pas jaman jepang penyakit yang mewabah adalah oedem/ abuh, gudigen, korengen. Kutu yang besar-besar dulu ada dari jepang.
3. Makam Syekh Abdul Kahfi Lemah Lanang Kebumen
4.Makam R.A. Tan Peng Nio Kalapaking Kebumen
5.Makam Tumenggung Kalapaking Kalijirek Kebumen
== Tokoh terkenal ==
|