Kota Pariaman

kota di Provinsi Sumatra Barat, Indonesia
Revisi sejak 3 Januari 2016 09.24 oleh Rachmat-bot (bicara | kontrib) (clean up, replaced: diantara → di antara (4), dimana → di mana (4), diatas → di atas)

Kota Pariaman adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini berjarak sekitar 56 km dari kota Padang atau 25 km dari Bandara Internasional Minangkabau.

Kota Pariaman
Logo resmi Kota Pariaman
Motto: 
Sabiduak Sadayuang
Letak Pariaman di Sumatera Barat
Letak Pariaman di Sumatera Barat
NegaraIndonesia
ProvinsiSumatera Barat
Pemerintahan
 • Wali kotaMukhlis Rahman
Luas
 • Total73,36 km2 (28,32 sq mi)
Ketinggian
514 m (1,686 ft)
Populasi
 (2010[1])
 • Total97.901
 • Kepadatan1,300/km2 (3,500/sq mi)
Zona waktuUTC+7 (WIB)
Kode area telepon+62 751
Situs webwww.pariamankota.go.id

Sejarah

Menurut laporan Tomé Pires dalam Suma Oriental yang ditulis antara tahun 1513 and 1515[3], kota Pariaman ini merupakan bagian dari kawasan rantau Minangkabau. Dan kawasan ini telah menjadi salah satu kota pelabuhan penting di pantai barat Sumatera. Pedagang-pedagang India dan Eropa datang dan berdagang emas, lada dan berbagai hasil perkebunan dari pedalaman Minangkabau lainnya. Namun pada awal abad ke-17, kawasan ini telah berada dalam kedaulatan kesultanan Aceh[4].

Seiring dengan kedatangan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pada tahun 1663 yang kemudian mendirikan kantor dagang di kota Padang[5] yang kemudian pada tahun 1668 berhasil mengusir pengaruh kesultanan Aceh di sepanjang pesisir pantai barat Sumatera, mulai dari Barus sampai ke Kotawan(?)[6]. Dan kemudian pemerintah Hindia-Belanda memusatkan aktivitasnya di kota Padang, dan membangun jalur rel kereta api antara kota Padang dengan kota Pariaman, sehingga lambat laun pelabuhan Pariaman pun mulai kehilangan pamornya.

Geografi

Kota Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang landai terletak di pantai barat Sumatera dengan ketinggian antara 2 sampai dengan 35 meter di atas permukaan laut dengan luas daratan 73,36 km² dengan panjang pantai ± 12,7 km serta luas perairan laut 282,69 km² dengan 6 buah pulau-pulau kecil di antaranya Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak.

Kota Pariaman merupakan daerah yang beriklim tropis basah yang sangat dipengaruhi oleh angin barat dan memiliki bulan kering yang sangat pendek. Curah hujan pertahun mencapai angka sekitar 4.055 mm (2006) dengan lama hari hujan 198 hari. Suhu rata-rata 25,34 °C dengan kelembaban udara rata-rata 85,25 dan kecepatan angin rata-rata 1,80 km/jam[7].

Utara kecamatan V Koto Kampung Dalam, kabupaten Padang Pariaman
Timur kecamatan VII Koto Sungai Sarik, kabupaten Padang Pariaman
Selatan kecamatan Nan Sabaris, kabupaten Padang Pariaman
Barat Samudera Hindia

Pemerintahan

Kota Pariaman resmi berdiri sebagai kota otonom pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang pembentukan kota Pariaman di provinsi Sumatera Barat[8]. Sebelumnya kota ini berstatus kota administratif dan menjadi bagian dari kabupaten Padang Pariaman berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 1986 yang diresmikan tanggal 29 Oktober 1987 oleh Mendagri Soepardjo Rustam dengan Walikota pertamanya Drs. Adlis Legan (1987-1993).

Kota Pariaman terdiri atas empat kecamatan:

Kota Pariaman memiliki 71 (tujuh puluh satu) Kelurahan/Desa yang tergabung dalam 12 (dua belas) Kenagarian.

Sampai tahun 2008 tercatat 2.952 orang pegawai negeri sipil (PNS) yang bekerja di lingkungan pemerintah kota Pariaman, dengan rincian 54 orang berpendidikan Pasca Sarjana, 1.049 orang Sarjana, 761 orang dengan pendidikan Diploma III, 319 orang D II, 510 orang dengan pendidikan SLTA, 24 orang lulusan SLTP dan 16 orang lulusan SD[9].

Kependudukan

Kota Pariaman jumlah penduduknya hampir secara keseluruhan didominasi oleh etnis Minangkabau, dengan rasio jenis kelamin 93.26, sedangkan jumlah angkatan kerja 27.605 orang dengan jumlah pengangguran 2.970 orang[1]. Dan pada kecamatan Pariaman Tengah menjadi kawasan yang paling padat jumlah penduduknya

Tahun 2008 2010
Jumlah penduduk 70.625   97.901
Sejarah kependudukan kota Padang
Sumber:[1][10]

Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan daerah dan menjadi salah satu prioritas pemerintah kota ini, karena dengan ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas tentu akan mendorong perkembangan pembangunan kota Pariaman. Beberapa program pemerintah kota diarahkan pada peningkatan sarana prasarana penunjang pendidikan, baik pengadaan alat laboratorium, alat peraga sekolah, maupun buku-buku sekolah. Selain itu peningkatan kemampuan dan pemerataan tenaga pendidik juga dilakukan secara kontinu termasuk dukungan pendanaan, pelatihan maupun studi lanjut[11].

Pendidikan formal SD atau MI negeri dan swasta SMP atau MTs negeri dan swasta SMA negeri dan swasta MA negeri dan swasta SMK negeri dan swasta Perguruan tinggi
Jumlah satuan 81 20 7 3 10 7
Data sekolah di kota Pariaman
Sumber:[12]

Kesehatan

Di Kota Pariaman terdapat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) milik Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang terletak di Jalan M. Yamin, Kampung Baru, Kecamatan Pariaman Tengah dengan type C. Kota ini juga memiliki 7 puskesmas, 13 puskesmas pembantu, 51 pos kesehatan desa/kelurahan (Poskesdes/Poskeslur).

Perhubungan

 
Jembatan Kurai Taji (tahun 1920-an)

Sebelumnya pelabuhan di kota Pariaman pernah menjadi pusat perdagangan di pantai barat pulau Sumatera, namun seiring dengan menguatnya kekuasaan pemerintahan kolonialis Hindia-Belanda, lambat laun peranan pelabuhan kota ini menurun digantikan oleh pelabuhan Muara dan pelabuhan Teluk Bayur yang terletak di kota Padang[13]. Sampai saat ini pelabuhan laut di kota ini masih belum berfungsi sebagai sarana angkutan penumpang dan barang, dan hanya digunakan untuk tempat berlabuh kapal-kapal nelayan setempat.

 
Terminal bus lama Pariaman

Pembangunan jalan merupakan aspek penting dalam menunjang sektor ekonomi dan sosial sehingga dapat mengakomodasi keterhubungan lokasi atau ruang fisik di mana kegiatan penduduk berada. Sampai tahun 2007 pemerintah kota Pariaman telah melakukan peningkatan jalan sepanjang 78.30 km.

Selanjutnya sebagai sarana transportasi untuk angkutan dalam kota dan sekitarnya, terdapat mikrolet dan bendi (kereta kuda). Sedangkan untuk antar daerah dalam provinsi digunakan bis. Dan sebagai pusat dari sarana angkutan darat di kota ini adalah pada Terminal Jati[14].

Selain itu kota ini juga memiliki sarana transportasi kereta api yang menghubungkan kota ini dengan kota Padang.

Perekonomian

Sektor perdagangan merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling banyak di kota Pariaman, yang kemudian disusul oleh sektor jasa, di mana pada kota ini terdapat 3 buah pasar tradisional. Sektor industri cukup berkembang di kota ini terutama industri kimia dan logam. Sedangkan sektor pertanian masih menjanjikan bagi masyarakat setempat di mana sampai tahun 2007 luas areal persawahan yang masih dimiliki kota ini adalah 36.81 % dari total luas wilayahnya, dan sektor pertanian ini juga memberikan konstribusi paling besar yaitu sebesar 27.06 % dari total PDRB kota Pariaman.

Perkembangan PDRB kota Pariaman
Tahun PDRB atas dasar harga berlaku
(milyar rupiah)
PDRB atas dasar harga konstan 2000
(milyar rupiah)
Pertumbuhan
(%)
Inflasi
(%)
2003 641.91 509.11 5.05 6.01
2004 715.22 535.81 5.24 5.87
2005 865.65 561.91 4.87 15.41
2006 1.019.92 589.88 4.98 12.24
2007 1.126.04 621.50 5.36 4.79
Sumber:[1][7]

Pariwisata

Kota Pariaman memiliki pantai landai dengan pesona yang indah, saat ini resort wisata telah dibenahi oleh pemerintah kota setempat dalam usaha pengembangan sektor pariwisatanya. Objek wisata pantai Pariaman di antaranya adalah pantai Gandoriah yang berlokasi di depan stasiun kereta api Pariaman, Pantai Kata di Taluk-Karan Aur, Pantai Cermin di Karan Aur, Pantai Belibis di Naras dan memiliki Pusat Penangkaran Penyu pertama dan satu-satunya di Sumatera Barat di Pantai Penyu, Apar, Kec. Pariaman Utara. Selain itu Kota yang bermotto Sabiduak Sadayuang ini juga memiliki 5 (lima) pulau kecil yang tak berpenghuni yang tengah dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai destinasi wisata oleh Pemkot Pariaman di antaranya Pulau Angso Duo, Pulau Kasiak, Pulau Tangah, Pulau Ujung dan Pulau Gosong.

Kota ini juga dikenal dengan pesta budaya tahunan tabuik[15][16][17] yang prosesi acaranya diselenggarakan mulai dari tanggal 1 Muharram sampai pada puncaknya tanggal 10 Muharram setiap tahunnya. Saat ini terdapat 2 museum rumah Tabuik yakni Rumah Tabuik Subarang di Jl. Imam Bonjol Samping Balaikota dan Rumah Tabuik Pasa di Jl. Syekh Burhanuddin Karan Aur yang memuat informasi sejarah perkembangan dan pembuatan tabuik beserta replikanya.

 
Pesta budaya Tabuik telah diselenggarakan sejak zaman kolonial Belanda

Setiap Minggu pagi, Jalan Imam Bonjol salah satu jalan protokol di Kota Pariaman mulai dari Simpang Lapai Cimparuh sampai ke Simpang LLAJ Lama disterilkan dari arus kendaraan untuk kegiatan car free day.[18]

Budaya

Masyarakat di kota Pariaman ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan etnis Minangkabau umumnya. Sebagai kawasan yang berada dalam struktur rantau, beberapa pengaruh terutama dari Aceh masih dapat ditelusuri sampai sekarang, di antaranya penamaan atau panggilan untuk seseorang di kawasan ini, misalnya ajo (lelaki dewasa, dengan maksud sama dengan kakak) atau cik uniang (perempuan dewasa, dengan maksud sama dengan kakak) sedangkan panggilan yang biasa digunakan di kawasan darek adalah uda (lelaki) dan uni (perempuan). Selain itu masih terdapat lagi beberapa panggilan yang hanya dikenal di kota ini seperti bagindo, sutan atau sidi (sebuah panggilan kehormatan buat orang tertentu).

Kemudian dalam tradisi perkawinan, masyarakat pada kota ini masih mengenal apa yang dinamakan Ba japuik atau Ba bali yaitu semacam tradisi di mana pihak mempelai wanita mesti menyediakan uang dengan jumlah tertentu yang digunakan untuk meminang mempelai prianya.

Referensi

  1. ^ a b c d sumbar.bps.go.id Jumlah penduduk Kota Pariaman
  2. ^ "Perpres No. 10 Tahun 2013". 2013-02-04. Diakses tanggal 2013-02-15. 
  3. ^ Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols.
  4. ^ Kathirithamby-Wells, J., (1969), Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663, JSEAH 10, 3:453-479.
  5. ^ Colombijn, Freek, (1996), Padang, Cities (Elsevier), Vol. 13, Issue 4, August 1996, pp. 281-288, doi:10.1016/0264-2751(96)00010-8. (Jurnal berbayar)
  6. ^ NA, VOC 1277, Mission to Pagaruyung, fols. 1027r-v
  7. ^ a b http://www.kotapariaman.go.id Profil Kota Pariaman (diakses pada 4 Juli 2010)
  8. ^ http://www.setneg.go.id Undang-undang Nomor 12 Tahun 2002
  9. ^ http://www.kotapariaman.go.id Jumlah Aparatur (diakses pada 4 Juli 2010)
  10. ^ http://www.kotapariaman.go.id Penduduk (diakses pada 4 Juli 2010)
  11. ^ http://www.kotapariaman.go.id Pendidikan (diakses pada 4 Juli 2010)
  12. ^ nisn.jardiknas.org Rekap data
  13. ^ Dobbin, Christine E., (1992), Kebangkitan Islam dalam ekonomi petani yang sedang berubah: Sumatera Tengah, 1784-1847, INIS, ISBN 978-979-8116-12-4.
  14. ^ http://www.kotapariaman.go.id Pemko Pariaman Akan Terus Optimalkan Terminal Jati (diakses pada 9 Juli 2010)
  15. ^ Berkmoes, Ryan Ver, (2010), Lonely Planet Indonesia, Lonely Planet, ISBN 978-1-74104-830-8.
  16. ^ Indonesia magazine, (1994), Yayasan Harapan Kita.
  17. ^ Abidin, Mas'oed, (2005), Ensiklopedi Minangkabau, Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 978-979-3797-23-6.
  18. ^ "Wah… Ada Car Free Day di Pariaman Tiap Minggu Pagi". Infosumbar.net. Diakses pada 21 Februari 2014.

Lihat pula

Pranala luar