Mahang damar

pohon pionir di hutan sekunder
Revisi sejak 7 November 2016 06.53 oleh Wie146 (bicara | kontrib) (Wie146 memindahkan halaman Macaranga triloba ke Mahang damar: Nama BI)
Mahang Damar
Mahang damar, Macaranga triloba
tumbuh liar di Kampus IPB Darmaga, Bogor
Tidak dievaluasi (IUCN 3.1)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Macaranga triloba
Nama binomial
Macaranga triloba
Sinonim
  • Ricinus trilobus Thunb.[2] (basionym)
  • Pachystemon trilobus (Thunb.) Reinw. ex Blume
  • Macaranga quadricornis Ridl.
  • Macaranga cornuta Müll.Arg.
  • Tanarius trilobus (Thunb.) Kuntze

Sinonim selengkapnya: The Plant List[3]

Mahang damar, mahang kukur, atau kayu sepat (Macaranga triloba) adalah sejenis pohon kecil atau perdu penyusun hutan sekunder, anggota suku Euphorbiaceae. Kayunya lunak, berwarna putih dan berkualitas rendah; tidak banyak digunakan. Daun dan buahnya mengandung tanin, pada masa lalu digunakan sebagai bahan obat tradisional. Nama-nama lokalnya, di antaranya, sapè (Mink.); mara, mara beureum, mara bodas, mara leutik (Sd.); tutup ancur, tutup ijo, tutup sruwa (Jw.).[4]

Pengenalan

 
Kuncup dan daun penumpu
 
Close up daun muda; tepinya penuh kelenjar
 
Daun muda dengan kelenjar di ujung tulang daun

Pohon kecil, mencapai tinggi 20 m; akan tetapi sering telah berbuah pada tinggi 3-4 m. Ranting-ranting garis tengahnya 6–12 mm; kebanyakan gundul atau kadang-kadang tertutupi oleh rambut-rambut yang halus-pendek yang tegak, namun lekas rontok dan menjadi hampir gundul; tengahnya padat tak berongga, dan tidak dihuni semut. Pepagannya halus, abu-abu kecokelatan terang, dengan lampang bekas daun penumpu.[5]

Daun penumpu bundar telur hingga bundar telur jorong, 7–15 × 5–14 mm, hijau terang, membentang atau melengkung terbalik namun ujungnya tidak menempel erat pada ranting, tebal seperti jangat, umumnya gundul atau dengan rambut-rambut halus kemerahan yang tersebar dan rambut keperakan dekat pangkalnya; pasangan daun penumpu ini melingkari ranting dengan sempurna; di ujung ranting biasanya masih terlihat 4-10 pasang daun penumpu yang belum rontok.[5]

Daun-daun bertangkai panjang silindris, (8–)10–25 cm, gundul atau hampir gundul tertutupi oleh rambut-rambut pendek keperakan, menancap sejauh 1,5–6,5 cm dari tepi helaian. Helaian daun bundar telur atau bundar telur lebar dengan tiga ujung menjari, (12–)15–35 × (8–)12–24(–30) cm, bertoreh hingga sedalam 1/3–2/3 panjang daun, lebar lobus (bagian) yang tengah antara 6–12(–14) cm, sedangkan lobus yang samping 3–6(–8) cm pada pangkalnya; tulang daun utama menjari (7–)8–9(–10), tulang daun sekunder tersusun serupa tangga (scalariform) yang melengkung di dekat tepi dan berakhir di tepi daun pada suatu kelenjar nektar; semua sisi hijau atau adakalanya dengan sisi bawah merah keunguan yang menetap pada daun tua, daun muda berwarna merah ungu kecokelatan dengan bintik-bintik kelenjar yang menonjol di tepinya.[5]

 
Malai bunga jantan
 
Malai bunga betina
 
Malai buah

Perbungaan terletak di ketiak, berkelamin tunggal. Karangan bunga jantan serupa malai, tegak, (8–)10–22 × 8–16 cm, hijau terang; percabangan panjang dan lurus, hingga derajat ke-3 atau 4; daun pelindung bundar telur jorong, 5–8 × 3–6 mm, bertepi rata atau dengan gerigi samping yang pendek sempit, berujung lancip atau meluncip; bunga jantan setinggi 0,7–1,0 mm, duduk. Karangan bunga betina serupa malai, tegak, 4–15 × 2–10 cm, porosnya kokoh kekar tak bercabang atau paling-paling dengan sepasang cabang samping yang pendek berhadapan, bunga-bunganya berkumpul di ujung poros; daun pelindung bundar telur lebar, 3–5 × 3–5 mm, ujungnya lancip atau membundar dengan beberapa gigi pendek dan sempit, lekas rontok.[5]

Buah hampir bulat menggepeng, 6–8 × 10–13 mm, duduk, ujungnya memiliki tonjolan-tonjolan serupa tanduk sepanjang 3–6 mm, kekuningan. Biji bulat telur menyegitiga, bergaris tengah 4–4,5 mm, hitam, terlindung dalam arilus merah terang berdaging.[5]

Agihan dan ekologi

Macaranga triloba tersebar luas mulai dari Semenanjung Malaya (termasuk pula wilayah Thailand), Sumatera (termasuk Bangka), Jawa, hingga ke Filipina (Palawan, Sulu); akan tetapi tidak didapati di P. Kalimantan. Dilaporkan pula dari Indocina, namun belum dikonfirmasi.[5]

Kayu sepat ini tergolong tumbuhan pionir yang menyusun hutan sekunder; dan ia didapati mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1.400 m dpl. Mahang damar tumbuh pada beragam kondisi habitat, termasuk pada hutan-hutan dipterokarpa tanah kering, tepi-tepi hutan rawa, dan juga merupakan salah satu dari sedikit jenis mahang yang mampu hidup pada hutan-hutan yang mengalami kemarau secara berkala.[5]

M. triloba tergolong salah satu jenis mahang yang bersimbiosis (mutualisme) dengan semut; dalam hal ini semut-semut dari marga Crematogaster subg. Decacrema.[6] Tumbuhan ini menyediakan ruang atau rongga di dalam ruas ranting-rantingnya, disebut domatia, yang bisa dihuni semut.[6] Di samping itu, M. triloba juga menghasilkan semacam substansi bernutrisi (dikenal sebagai food body) untuk makanan semut; biasanya diproduksi di sisi bawah daun penumpu yang melengkung.[6] Semua upaya ini dapat dimaknai sebagai suatu strategi pertahanan-diri terhadap hama dan herbivor secara tidak langsung, yakni dengan memanfaatkan kehadiran semut-semut itu, yang pada saatnya akan bertindak menyerang atau mengusir organisme yang mengancam kehidupan tumbuhan inang.[6][7]

Manfaat

Mahang damar menghasilkan kayu yang ringan dengan BJ 0,45; kayu ini termasuk ke dalam kelas kuat III dan kelas awet V.[8] Kayu mahang damar tidak banyak dimanfaatkan; paling-paling sebagai sarung alat-alat pemotong,[4] atau kayu bakar.[8]

Mahang damar menghasilkan gom (sejenis resin) yang lekat dan baik digunakan sebagai bahan lem, serta tanin.[4][8] Heyne mencatat bahwa di masa lalu di Bogor, air rebusan daun dan buah mara beureum ini dipakai untuk mengobati murus; kemungkinan karena tingginya kandungan zat penyamak tersebut.[4] Penelitian beberapa tahun yang silam mendapatkan bahwa daun mahang damar mengandung senyawa kimia yang berpotensi mencegah kanker.[9]

Catatan kaki

  1. ^ Candolle, A. de. 1866. Prodromus Systematis Naturalis Regni Vegetabilis ... pars 15(2): 989. Parisii :Victoris Masson &f.
  2. ^ Thunberg, CP. 1815. Dissertatio de Ricino: 6. Upsaliae :Excudebant Zeipel et Palmblad.
  3. ^ The Plant List: Macaranga triloba (Thunb.) Müll.Arg.
  4. ^ a b c d Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia 2: 1166. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan.
  5. ^ a b c d e f g Whitmore, T.C. et al. (nd). "67. Macaranga". in: Malesian Euphorbiaceae Descriptions of Flora Malesiana (Prodromus).
  6. ^ a b c d Heil, M., B. Fiala, KE. Linsenmair, G. Zotz, P. Menke, & U. Maschwitz. 1997. "Food body production in Macaranga triloba (Euphorbiaceae): a plant investment in anti-herbivore defence via symbiotic ant partners". Journal of Ecology 85: 847-61. (abstrak)
  7. ^ Heil, M., A. Hilpert, B. Fiala, R. bin Hashim, E. Strohm, G. Zotz, & KE. Linsenmair. 2002. "Nutrient allocation of Macaranga triloba ant plants to growth, photosynthesis and indirect defence". Functional Ecology 16: 475-83. (abstrak)
  8. ^ a b c Sastrapradja, S., K. Kartawinata, U. Soetisna, Roemantyo, H. Wiriadinata, & S. Soekardjo. 1979. Kayu Indonesia. Seri LBN 14: 74-5. Bogor :Lembaga Biologi Nasional, LIPI.
  9. ^ Jang, DS., M. Cuendet, AD. Pawlus, LB. Kardono, K. Kawanishi, NR. Farnsworth, HH. Fong, JM. Pezzuto, & AD. Kinghorn. 2004. "Potential cancer chemopreventive constituents of the leaves of Macaranga triloba". Phytochemistry, 65(3): 345-50 (Feb 2004). (abstrak)

Referensi lanjutan

  • Smith, W. 1903. "Macaranga triloba: a new myrmecophilous plant". New Phytologist 2(4-5): 79-82, fig. 1-13.
  • Baker, J.A. 1934. "Notes on the biology of Macaranga spp." Garden's Bulletin, Straits Settlement vol. VIII(1): 63-8, pl. XI-XV.
  • Fiala, B., U. Maschwitz, & Y-P. Tha. 1991. "The association between Macaranga trees and ants in southeast Asia". in E.R. Huxley & D.F. Cutler (Eds.) Ant-Plant Interactions: 263–70. Oxford :Oxford University Press.
  • Fiala, B., & U. Maschwitz. 1991. "Extrafloral nectaries in the genus Macaranga (Euphorbiaceae) in Malaysia: comparative studies of their possible significance as predispositions for myrmecophytism". Botanical Journal of The Linnean Society, vol. 44(4): 287-305. (DOI: 10.1111/j.1095-8312.1991.tb00621.x) (abstrak)
  • Fiala, B., & U. Maschwitz. 1992. "Food bodies and their significance for obligate ant-association in the tree genus Macaranga (Euphorbiaceae)". Botanical Journal of The Linnean Society, vol. 110(1): 61-75. (DOI. 10.1111/j.1095-8339.1992.tb00416.x) (abstrak)
  • Davies, SJ., SKY. Lum, R. Chan, & LK. Wang. 2001. "Evolution of myrmecophytism in Western Malesian Macaranga (Euphorbiaceae)". Evolution, 55(8): 1542-59. (DOI: 10.1111/j.0014-3820.2001.tb00674.x). (abstrak)
  • Prabawa, SB. 2002. "Some physical and mechanical properties of glue laminated mahang wood (Macaranga triloba)". (abstrak pada AGRIS, FAO)

Pranala luar