Kabupaten Sukabumi

kabupaten di Indonesia, di pulau Jawa
Revisi sejak 10 Januari 2017 10.04 oleh 120.188.6.24 (bicara) (Kabupaten Sukabumi Utara: Perbaikan kesalahan pengetikan dan kesalahan informasi)


Kabupaten Sukabumi ([[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda: ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ, Latin: Kab. Sukabumi) adalah sebuah kabupaten di Tatar Pasundan, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Palabuhanratu. Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten terluas kedua di Pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bogor di utara, Kabupaten Cianjur di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Lebak di barat.

Kabupaten Sukabumi
ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ
Daerah tingkat II
Motto: 
Gemah Ripah Loh Jinawi
Peta
Peta
Kabupaten Sukabumi ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ di Jawa
Kabupaten Sukabumi ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ
Kabupaten Sukabumi
ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ
Peta
Kabupaten Sukabumi ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ di Indonesia
Kabupaten Sukabumi ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ
Kabupaten Sukabumi
ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ
Kabupaten Sukabumi
ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ (Indonesia)
Koordinat: 6°59′14″S 106°33′04″E / 6.9872757°S 106.5510934°E / -6.9872757; 106.5510934
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
Tanggal berdiri21 April 1921 (pembentukan)
1 Oktober 1945 (hari jadi)
Dasar hukumBesluit no. 21 Pemerintahan Hindia Belanda
Ibu kotaPelabuhanratu
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 47
  • Kelurahan: 367
Pemerintahan
 • BupatiDrs. H. Marwan Hamami, M.M.
 • Wakil BupatiDrs. H. Adjo Sardjono, M.M.
Luas
 • Total4,128 km² km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi)
Populasi
 ((2010))
 • Total2.339.348
 • Kepadatan566,70/km2 (1,467,7/sq mi)
Demografi
 • BahasaSunda, Indonesia
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3202 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon0266
Kode Kemendagri32.02 Edit nilai pada Wikidata
DAURp. 1.331.012.058.000.-
Situs webhttp://sukabumikab.go.id/

Sejarah

Era Kerajaan Hindu dan Buddha

Ditemukannya Prasasti Sanghyang Tapak di daerah Cibadak menjelaskan bahwa kawasan sekitar Kabupaten Sukabumi saat ini setidaknya sudah dihuni oleh manusia sejak abad ke-9 M, dimana isi prasasti tersebut menyebutkan larangan dari penguasa Kerajaan Sunda kepada penduduk setempat untuk menangkap ikan.[1] Terdapat juga peninggalan sejarah lainnya yaitu Prasasti Pasir Datar yang ditemukan di Cicantayan namun tulisan prasasti tersebut belum diterjemahkan sehingga isinya belum diketahui.

Pembentukan

Pada awalnya daerah Kabupaten Sukabumi saat ini ada dibawah Kabupaten Cianjur pada masa Pemerintahan kolonial Hindia Belanda, yang merupakan bagian dari Karesidenan Priangan (Residentie Preanger Regentschappen). Pada tahun 1776 Bupati Cianjur keenam Raden Noh Wiratanudatar VI membentuk sebuah kepatihan bernama Kepatihan Tjikole yang terdiri dari beberapa distrik yaitu distrik Goenoengparang, distrik Tjimahi, distrik Tjiheoelang, distrik Tjitjoeroeg, distrik Djampangtengah, dan distrik Djampangkoelon dengan pusat pemerintahan di Tjikole (sekarang bagian dari Kota Sukabumi).

Di tanggal 13 Januari 1815, Kepatihan Tjikole berganti nama menjadi Kepatihan Soekaboemi. Nama Soekabumi diusulkan oleh Dr. Andries de Wilde, seorang ahli bedah pemilik perkebunan teh yang mempunyai usaha perkebunan kopi dan teh di daerah Soekaboemi. Asal nama "Sokaboemi" berasal dari Bahasa Sansekerta soeka, "kesenangan, kebahagiaan, kesukaan" dan bhoemi, "bumi, tanah". Jadi "Soekabumi" memiliki arti "tanah yang disukai".

Dari Kepatihan menjadi Kabupaten

Kabupaten Sukabumi sendiri mulai berdiri sejak ditetapkan berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Dirk Fock tertanggal 25 April 1921 no. 71 di mana dijelaskan status Soekaboemi sebagai Kabupaten (Afdeling) tersendiri yang terpisah dari Kabupaten Tjianjoer, mulai berlaku sejak 1 Juni 1921. Bupati pertamanya adalah R. A. A. Soerianatabrata, Patih terakhir dari Kepatihan Soekaboemi. Pada tahun 1923, Karesidenan Priangan dimekarkan menjadi tiga bagian yaitu West Preanger (Priangan barat) berpusat di Soekaboemi, Midden Preanger (Priangan tengah) berpusat di Bandoeng dan Oost Preanger (Priangan timur) berpusat di Tasikmalaya. R. A. A. Soerianatabrata sendiri memerintah sampai tahun 1930.

Bupati kedua Kabupaten Soekabumi adalah R. A. A. Soeriadanoeningrat yang memerintah sampai masa pendudukan Jepang. Terjadi perombakan pembagian administratif di wilayah Jawa Barat pada masa pemerintahannya. Dibentuk 5 Karesidenan baru di Jawa Barat, yaitu Residentie Bantam Regentschappen (Karesidenan Banten), Residentie Batavia Regentschappen (Karesidenan Batavia), Residentie Boeitenzorg Regentschappen (Karesidenan Boeitenzorg/Bogor), Residentie Tjirebon Regentschappen (Karesidenan Tjirebon) dan Residentie Preanger Regentschappen (Karesidenan Priangan). Kabupaten Soekaboemi yang sebelumnya merupakan bagian dari Karesidenan Priangan barat untuk selanjutnya dimasukkan sebagai bagian dari Karesidenan Boeitenzorg, karena itu wilayah Kabupaten dan Kota Sukabumi saat ini memiliki plat nomor kendaraan F.[2]

Masa penjajahan Jepang

Setelah Jepang menaklukkan Hindia Belanda pada 8 Maret 1942, dikeluarkanlah UU no. 27 tahun 1942 tentang perubahan Tata Pemerintahan Daerah pada tanggal 5 Agustus 1942. Karesidenan (Residentie Preanger Regentschappen) berganti nama menjadi Syukocan dan kepala daerahnya disebut Syukocanco. Kabupaten (Afdeling) berganti nama menjadi Ken dan kepala daerahnya disebut Kenco. Kenco pertama Soekaboemi masih R. A. A. Soeriadanoeningrat. R. A. A. Soeriadanoeningrat sendiri wafat pada tahun 1942 dan digantikan oleh R. Tirta Soeyatna sebagai Kenco kedua.

Awal Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dilaksanakan pertemuan Musyawarah oleh tokoh-tokoh seperti Mr. R. Syamsoedin, Mr. Haroen dan Dr. Aboe Hanifah yang menyepakati akan mengirimkan delegasi ke Karesidenan Boeitenzorg untuk mendesak pelaksanaan serah terima kekuasaan dari Jepang ke Indonesia. Apabila gagal, disepakati juga akan diadakannya aksi massa pada tanggal 1 Oktober 1945 yang terdiri dari Badan Keamanan Rakyat, Kepolisian, KNID, Alim Ulama dan Utusan daerah.

Setelah diumumkan pada tanggal 1 Oktober 1945 di mana perundingan di Boeitenzorg mengalami kegagalan, massa pun hari ini juga melakukan aksi mengurung kantor Kempetai untuk membebaskan seluruh tahanan politik dan menyita seluruh persenjataan didalamnya. Di Lapangan Victoria (Sekarang Lapangan Merdeka Kota Sukabumi) bendera Jepang diturunkan dan diganti dengan bendera Merah Putih secara resmi. Kantor-kantor pemerintahan pendudukan Jepang juga direbut pada hari itu juga. Hanya dalam beberapa hari seluruh Kabupaten Sukabumi telah dapat dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia. Terjadi penggantian besar-besaran para pejabat Kewedanaan dan Kecamatan yang tidak pro-kemerdekaan dengan tokoh-tokoh yang pro-kemerdekaan.

Setelah berada dibawah kendali Pemerintahan Republik Indonesia, pada akhir 1945 Mr. Haroen diangkat sebagai Bupati Sukabumi pertama paska-kemerdekaan, sedangkan Mr. R. Syamsoedin diangkat menjadi Wali Kota Kota Sukabumi. Istilah-istilah administratif pemerintahan Jepang sendiri diganti dengan Istilah Indonesia, seperti Ken yang diubah menjadi Kabupaten. Tanggal 1 Oktober pun ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Sukabumi.

Geografi

Berikut merupakan batas wilayah Kabupaten Sukabumi:

Utara Kabupaten Bogor
Timur Kabupaten Cianjur
Selatan Samudera Hindia
Barat Kabupaten Lebak

Dengan luas wilayah 4.128 km², Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas kedua di Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi. Batas wilayah Kabupaten Sukabumi 40 % berbatasan dengan lautan dan 60% merupakan daratan. Wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki areal yang relatif luas yaitu ± 419.970 ha. Pada Tahun 1993 Tata Guna Tanah di wilayah ini, adalah sebagai berikut : Pekarangan/perkampungan 18.814 Ha (4,48 %), sawah 62.083 Ha (14,78 %), Tegalan 103.443 Ha (24,63 %), perkebunan 95.378 Ha (22, 71%) , Danau/Kolam 1. 486 Ha (0, 35 %) , Hutan 135. 004 Ha (32,15 %), dan penggunaan lainnya 3.762 Ha (0,90 %). Beberapa puncak gunung terdapat di bagian utara, diantaranya: Gunung Halimun (1.929 m dpl), Gunung Salak (2.211 m dpl), dan yang tertinggi adalah Gunung Gede (2.958 m dpl) dan [[Gunung Pangrango (3.019 m dpl) yang secara administratif berada di Kecamatan Kadudampit. Di antara sungai yang mengalir adalah Sungai Cimandiri dan Sungai Cikaso, yang bermuara di Samudra Hindia.

Pembagian administratif

Kabupaten Sukabumi terdiri atas 47 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 364 desa dan 4 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kota Palabuhanratu.

Daftar Wilayah

 
Perkebunan Teh di Goalpara, Sukabumi Utara pada masa Hindia Belanda

Adapun Daftar Wilayah dan Kecamatan di Kabupaten Sukabumi adalah:

  1. Wilayah Utara:
    1. Kecamatan Cicurug
    2. Kecamatan Cibadak
    3. Kecamatan Cikidang
    4. Kecamatan Kalapanunggal
    5. Kecamatan Parungkuda
    6. Kecamatan Nagrak
    7. Kecamatan Ciambar
    8. Kecamatan Caringin
    9. Kecamatan Cisaat
    10. Kecamatan [[Cicantayan, Sukabumi|Cicantayan
    11. Kecamatan Cidahu
    12. Kecamatan Kabandungan
    13. Kecamatan Bojong Genteng
  2. Wilayah Tengah:
    1. Kecamatan Jampang Tengah
    2. Kecamatan Surade
    3. Kecamatan Jampang Kulon
    4. Kecamatan Cibitung
    5. Kecamatan Waluran
    6. Dan lain-lain
  3. Wilayah Selatan:
    1. Kecamatan Cisolok
    2. Kecamatan Ciracap
    3. Kota Palabuhanratu
    4. Dan lain-lain

Pariwisata

Berkas:Pantai cinbangban.jpg
Pantai Cibangban, Kota Palabuhanratu salahsatu objek wisata di Kabupaten Sukabumi

- Situs Cungkuk

  • Wisata Alam
Untuk mereka yang menyukai petualangan alam, mendaki Gunung

Gede atau Gunung Pangrango di Taman Nasional Gede-Pangrango di utara Kota Sukabumi merupakan suata pengalaman menarik. Di sini dapat ditemui berbagai jenis ragam tumbuhan serta Bunga Edelweis yang abadi di puncak Petualangan menantang lainnya adalah arung jeram di Sungai Cicatih atau di Sungai Citarik, yang berada 30 km sebelah selatan Kota Sukabumi.

  • AWWI (Agro Widya Wisata Ilmiah)
  • Wisata Situ Batukarut, pasirhalang, sukaraja dan merupakan sumber air PDAM Kab/kota Sukabumi berada 5 km dari Kota Sukabumi
  • Wisata Pantai Ujung Genteng di Kec. Ujung Genteng
 
Penyu Raksasa di Ujung Genteng. Ujunggenteng merupakan salah-satu daerah penyu raksasa berkembang-biak di Indonesia

Arti Lambang Kabupaten Sukabumi

Lambang Perisai :

Menggambarkan perlindungan Pemerintah Daerah terhadap penduduk dan semua kekayaan alam di wilayah Kabupaten Sukabumi.

Warna Hitam :

Berarti kekal dan abadi

Warna kuning :

Berarti keadaan yang gilang gemilang

Gambar Punggung Penyu dan Sayap Walet :

Menggambarkan sumber daya alam yang sangat potensial, dan warna HIJAU pada kotak punggung penyu melambangkan kehidupan yang tentram, subur, dan makmur.

Gambar Kujang melambangkan :

Pusaka Kerajaan Pajajaran yang dahulu kala berkuasa di bumi Jawa Barat, termasuk Kabupaten Sukabumi

Kata "Gemah Ripah Loh Jinawi" :

Adalah MOTTO yang mengandung makna Subur Makmur Wibawa Mukti.

Pusat Perbelanjaan

  • Pasar Kecamatan Cibadak
  • Pasar Kecamatan Cisaat
  • Pasar Kecamatan Cicurug
  • Pasar Kamis Cicurug
  • Pasar Minggu Cicurug
  • Pasar Kambing Cicurug
  • Pasar Baru Semi Modern Kota Palabuhanratu
  • Pasar Ikan Kota Palabuhanratu
  • Pasar Ikan Cibaraja
  • Labora Indah Cibadak
  • Pasar Selasa Gegerbitung
  • Dan Kecamatan Lainnya di Sukabumi
  • Pasar Kemis Kalapanunggal
  • Pasar Gilang center sukaraja
  • Pasar Pangleseran

Pemekaran Daerah

Kabupaten Sukabumi Utara

Rencananya Kabupaten Sukabumi Utara ini akan dimekarkan dari Kabupaten Sukabumi menjadi Kabupaten mandiri. Penduduk Sukabumi Utara menuntut pemekaran karena alasan bahwa Sukabumi Utara merupakan daerah yang maju pesat Perekonomiannya terutama dibidang Industri dan Jasa dibanding wilayah lain di Kabulaten Sukabumi, karena merupakan daerah Perkotaan. Daerah Sukabumi Utara juga merupakan daerah penyumbang PAD yang cukup besar bagi Kabupaten Sukabumi, dan juga merupakan daerah Padat penduduk yang membutuhkan pelayanan yang prima dan mudah dari pemerintah daerah.

Pranala luar

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto (1992). "Kerajaan Sunda". Sejarah nasional Indonesia: Jaman kuna. PT Balai Pustaka. hlm. 376. ISBN 979-407-408-X ISBN 978-979-407-408-4. 
  2. ^ Saptariani, Nani (2008). Menepis kabut halimun: rangkaian bunga rampai pengelolaan sumberdaya alam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 15. ISBN 9789794616628.