Daftar Sultan Banten
Sultan Banten adalah penguasa Kesultanan Banten di provinsi Banten, Indonesia, yang pernah berjaya di ujung barat Pulau Jawa.
Sultan Banten | |
---|---|
Bekas Kerajaan | |
Lambang Kerajaan Banten | |
Syarif Muhammad ash-Shafiuddin, sultan Banten sekarang (sejak 11 Desember 2016) | |
Penguasa pertama | Sultan Maulana Hasanuddin |
Penguasa terakhir | Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin |
Gelar | Sultan |
Kediaman resmi | Keraton Surasowan (dulu) |
Penunjuk | Turun-temurun (dari Keluarga Kesultanan Banten) |
Pendirian | 1552 |
Pembubaran | 1813 |
Penuntut takhta | Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin |
Kesultanan Banten Kini
Setelah Kesultanan Banten dianeksasi dan dihapuskan status kesultanannya oleh Hindia Belanda pada tahun 1813, pada tahun 2016 Kesultanan Banten kembali dihidupkan dengan diangkatnya Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin sebagai Sultan Banten ke-18[1] dengan dasar Ketetapan Pengadilan Agama Serang nomor 0316/PDT.P/2016/PA.SRG tanggal 22 September 2016 tentang Penetapan Ahli Waris.[2]
Sultan Banten Terakhir
Pada saat terjadi peralihan kekuasaan di Nusantara dari Belanda kepada Inggris, Thomas Stamford Raffles dari pemerintahan Inggris membagi wilayah Banten menjadi 4 Kabupaten, yakni Banten Lor (Banten Utara, yang kelak menjadi Kabupaten Serang), Banten Kidul (Banten Selatan, kelak menjadi Kabupaten Caringin yang pada tahun 1907 masuk kedalam Kabupaten Pandeglang), Banten Tengah (Kelak menjadi Kabupaten Pandeglang) dan Banten Kulon (Banten Barat, yang kelak menjadi Kabupaten Lebak). Pada tahun yang sama pula yakni 1813, Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles yang kemudian berakhir dengan dihapuskannya status kesultanan pada Banten oleh pemerintah kolonial Inggris[3]. Setelah status kesultanan dihapuskan, kemudian diangkatlah Maulana Rafiuddin sebagai Sultan Bupati atau Sultan Tituler di wilayah Banten[4], atau di sebagian penulisan sejarah, Rafiuddin diangkat menjadi Bupati di wilayah Banten Hilir (Wilayah Kabupaten Pandeglang), sedangkan Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin kemudian diangkat menjadi Bupati Banten Hulu (wilayah Kabupaten Serang)[5]. Maulana Rafiuddin (yang bernama asli Joyo Miharjo) bukan merupakan warga Banten, ia adalah seorang dari Rembang yang kemudian diberi kedudukan di wilayah Banten. Hubungan darah antara keduanya terbentuk karena Rafiuddin menikah dengan adik Ratu Asyiah (Ibunda Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin). Sehingga gelar Sultan terakhir Banten yang resmi dari trah Kesultanan Banten yang semestinya adalah pada Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin (yang berkuasa dari tahun 1809 - 1813), bukan pada nama Rafiuddin dari Rembang (1813 - 1820) yang sekadar sebagai Sultan Bupati atau Sultan Tituler dan bukan dari keturunan para Sultan Banten, karena setelah dinobatkannya Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin sebagai Sultan Banten pada tahun 1809, tidak ada lagi penobatan gelar Sultan di wilayah Banten kecuali dinobatkannya Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja sebagai Sultan Banten ke-18 pata tahun 2016.
Daftar Sultan-sultan Banten
Berikut adalah daftar sultan Banten[6][7]:
Kesultanan Banten sebagai Negara Berdaulat
No. | Masa/Tahun | Nama Sultan | Nama Lain | Keterangan |
---|---|---|---|---|
Sultan Syarif Hidayatullah | Sunan Gunung Jati | Sultan ke-2 Kesultanan Cirebon | ||
1 | 1552 - 1570 | Sultan Maulana Hasanuddin | Pangeran Sabakinking | 8 Oktober 1526 M (1 Muharam 933 H) - 1552 M, sebagai kadipaten di bawah Kesultanan Cirebon |
2 | 1570 - 1585 | Sultan Maulana Yusuf | Pangeran Pasareyan | |
3 | 1585 - 1596 | Sultan Maulana Muhammad |
|
|
4 | 1596 - 1647 | Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir |
|
|
5 | 1647 - 1651 | Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad |
|
|
6 | 1651 - 1683 | Sultan Ageng Tirtayasa[8][8][8][9] |
|
|
7 | 1683 - 1687 | Sultan Abu Nashar Abdul Qahar |
|
(Catatan) 1 |
8 | 1687 - 1690 | Sultan Abu al-Fadhl Muhammad Yahya | ||
9 | 1690 - 1733 | Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainulabidin |
|
|
10 | 1733 - 1750 | Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin | ||
1750 - 1752 | Sultan Syarifuddin Ratu Wakil2 | Pangeran Syarifuddin | dalam pengaruh Ratu Syarifah Fatima[5][9][10] | |
11 | 1752 - 1753 | Sultan Abu al-Ma'ali Muhammad Wasi | Pangeran Arya Adisantika | |
12 | 1753 - 1773 | Sultan Abu al-Nasr Muhammad Arif Zainulasyiqin | ||
13 | 1773 - 1799 | Sultan Aliyuddin I | Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin | |
14 | 1799 - 1801 | Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin | ||
15 | 1801 - 1802 | Sultan Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin | ||
1802 - 1803 | Caretaker Sultan Wakil Pangeran Natawijaya | Untuk sementara administrasi Kesultanan Banten dipegang oleh seorang Caretaker Sultan Wakil Pangeran Natawijaya | ||
16 | 1803 - 1808 | Sultan Aliyuddin II | Abu al-Mafakhir Muhammad Aqiluddin | |
1808 - 1809 | Caretaker Sultan Wakil Pangeran Suramenggala | Untuk sementara administrasi Kesultanan Banten dipegang oleh seorang Caretaker Sultan Wakil Pangeran Suramenggala | ||
17 | 1809 - 1813 | Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin | Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin | |
Catatan:
1. Penobatan ini disertai beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut kemudian dituangkan dalam sebuah perjanjian yang ditandatangani pada 17 April 1684 yang meminimalkan kedaulatan Banten karena dengan perjanjian itu segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan dalam dan luar negeri harus atas persetujuan VOC. 2. Ketika Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin dibuang ke Ambon, istrinya Ratu Syarifah Fatima berhasil membujuk Belanda (Baron van Inhoff) untuk menobatkan putranya dari suami terdahulu sebagai Sultan Banten. Pangeran Syarifuddin naik takhta dengan gelar Sultan Syarifuddin Ratu Wakil, tetapi pada kenyataannya yang berkuasa adalah Ratu Syarifah Fatima[11]. Hal tersebut yang menyebabkan tidak diakuinya Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin maupun Ratu Syarifah Fatima sebagai Sultan Banten ke-11. |
Pewaris Kesultanan setelah dihapuskan Belanda
No. | Masa | Nama Lain | Keterangan |
---|---|---|---|
1 | 1832 - 1888 | Pangeran Surya Kumala (Pangeran Suryo Kumolo) | (Catatan) 1 |
2 | 1888 - 1946 | Pangeran Timoer Soerjaatmadja | (Catatan) 1 & 2 |
3 | 1946 | Ratu Bagus Aryo Marjono Soerjaatmadja | (Catatan) 3 |
4 | Ratu Bagus Abdul Mugni Soerjaatmadja | ||
Catatan:
1. Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin yang dibuang ke Surabaya merasa kecewa terhadap perlakuan pihak penjajah sehingga melarang keturunannya untuk menikah dengan kalangan Eropa, hal ini dilanggar oleh Pangeran Surya Kumala, sehingga hak pewarisan tahta Kesultanan Banten dialihkan kepada Pangeran Timur Soerjaatmadja. 2. Pada masa Kevakuman Kesultanan Banten, rakyat Banten di bawah pimpinan para Ulama secara seporadis kerap melakukan perlawanan kepada pemerintah Hindia Belanda. Banyak perjuangan yang menyuarakan spirit kesultanan Banten dan keislaman, yang paling menonjol adalah peristiwa Geger Cilegon tahun 1888. 3. Pada masa awal kemerdekaan RI sekitar tahun 1946 - 1948, di Yogyakarta terjadi pertemuan antara pewaris takhta Kesultanan Banten: Ratu Bagus Aryo Marjojo Soerjaatmadja, Soekarno, Sultan Hamengkubuwono IV, dan K.H. Tubagus Achmad Chotib al-Bantani (Residen Banten). Pada pertemuan Soekarno mempersilakan pewaris takhta Kesultanan Banten untuk memimpin wilayah Banten kembali, namun pewaris takhta dikarenakan tanggung jawabnya sebagi Direktur BRI (kini setingkat Gubernur Bank Indonesia) menitipkan kepemimpinan Banten termasuk penjagaan dan pengurusan aset keluarga besar Kesultanan Banten kepada K.H. Tubagus Achmad Chotib al-Bantani selaku Residen Banten sampai saat bilamana anak atau cucu Marjono kembali ke Banten. |
Sultan Banten di Bawah Provinsi Banten
No. | Masa/Tahun | Nama Sultan | Nama Lain | Keterangan |
---|---|---|---|---|
18 | 2016 - Sekarang | Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin | Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja[13] | Di bawah pemerintah Provinsi Banten, Indonesia |
Referensi
- ^ Kabar5 Com (2016-12-14), Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja Dinobatkan Menjadi Sultan Banten ke-18, diakses tanggal 2017-04-14
- ^ ""Saya Sultan Banten ke-18 Yang Sah", Kata Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja". Banten Headline. 2017-01-11. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ R. B. Cribb, A. Kahin, (2004), Historical dictionary of Indonesia, Scarecrow Press, ISBN 0-8108-4935-6.
- ^ "Sultan Banten Terakhir, Shafiuddin atau Rafiuddin". www.kompasiana.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ a b "SEJARAH KESULTANAN BANTEN DARI MASA KE MASA". Website Resmi Kesultanan Banten (dalam bahasa Inggris). 2016-12-06. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ "Silsilah Sultan Sultan Banten dan Keturunannya | Ranji Sarkub". Ranji Sarkub. 2015-06-18. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ Drs. H. Tri Hatmadji, (2005), Ragam Pusaka Budaya Banten, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang, ISBN 979-99324-0-8.
- ^ Sejak masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, gelar-gelar kebangsawanan Banten ditertibkan: Sultan untuk raja, Pangeran Ratu untuk putra mahkota atau pewaris takhta pertama, Pangeran Adipati untuk pewaris takhta kedua atau adik Pangeeran Ratu (Djajadiningrat, 1983: 209-10)
- ^ redaksi. "Ingin Kuasai Banten, Ratu Syarifah Fatimah Malah Dibuang ke Pulau Edam". Timika Satu. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ "Jejak Kyai Tapa: Awal Konflik Internal Banten: Penyusupan Agen Wanita VOC ke Jantung Keraton". Sportourism.id. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ "Ratu yang Dibenci Rakyat Banten | Republika Online". Republika Online. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ "1. Sultan Muhammad 'arif Zainul Asyikin (1753-1773) - Keturunan (Inventaris) - Rodovid ID". id.rodovid.org. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ "Pewaris Kesultanan Banten Terima Mandat". bantenraya.com.