Curing
Kars adalah sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping.
Etimologi
Istilah kars (diadaptasi dari bahasa Belanda, karst) yang dikenal di Indonesia diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia, lewat istilah geologi internasional yang dipakai dalam bahasa Belanda. Istilah aslinya adalah krst/krast yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia timur laut, dekat wilayah pariwisata Trieste.
Proses pembentukan
Daerah kars terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan granit di mana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini disebut kars asli.
Daerah kars dapat juga terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidraulik, pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (kars palsu).
Ekosistem
Ekosistem kars memiliki keunikan, baik secara fisik, maupun dalam aspek keanekaragaman hayati.
Karakteristik
Ciri-ciri daerah kars antara lain:
- Daerahnya berupa cekungan-cekungan.
- Terdapat bukit-bukit kecil.
- Sungai-sungai yang tampak dipermukaan hilang dan terputus ke dalam tanah.
- Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
- Adanya endapan sedimen lempung berwama merah hasil dari pelapukan batu gamping.
- Permukaan yang terbuka tampak kasar, berlubang-lubang dan runcing.
Penyedia air
Di kawasan kars banyak dijumpai gua dan sungai bawah tanah yang juga menjadi pemasok ketersediaan air tanah yang sangat dibutuhkan oleh kawasan yang berada di bawahnya. Termasuk di dalamnya ketersediaan air tawar (dan bersih) bagi kehidupan manusia, baik untuk keperluan harian maupun untuk pertanian dan perkebunan.
Daerah kars di Indonesia
Kawasan kars di Indonesia mencakup luas sekitar 15,4 juta hektare dan tersebar hampir di seluruh Indonesia. Perkiraan umur dimulai sejak 470 juta tahun lalu sampai yang terbaru sekitar 700.000 tahun. Keberadaan kawasan ini menunjukkan bahwa pulau-pulau Indonesia banyak yang pernah menjadi dasar laut, namun kemudian terangkat dan mengalami pengerasan. Wilayah kars biasanya berbukit-bukit dengan banyak gua.
Berikut adalah wilayah kars di Indonesia[1]:
- Gunung Leuser (Aceh)
- Perbukitan Bohorok (Sumut)
- Payakumbuh (Sumbar)
- Bukit Barisan, mencakup Baturaja (Kabupaten Ogan Kombering Ulu)
- Sukabumi selatan (Jabar)
- Kawasan Karst Gombong Selatan, Kebumen (Jawa Tengah)
- Pegunungan Kapur Utara, mencakup daerah Kudus, Pati, Grobogan, Blora dan Rembang Jawa Tengah)
- Pegunungan Kendeng, Jawa Timur
- Pegunungan Sewu, yang membentang dari Kabupaten Bantul di barat hingga Kabupaten Tulungagung di timur.
- Sistem perbukitan Blambangan, Jawa Timur
- Perbukitan di bagian barat Pulau Flores, tempat lokasi banyak gua, salah satu di antaranya adalah Liang Bua (Nusa Temggara Timur, NTT)
- Perbukitan karst Sumba (NTT)
- Pegunungan karst Timor Barat (NTT)
- Pegunungan Schwaner (Kalbar)
- Kawasan Pegunungan Sangkulirang - Tanjung Mangkaliat seluas 293.747,84 hektare, memiliki gua-gua dengan lukisan dinding manusia purba (Kalimantan Timur)
- Perbukitan Maros Pangkajene, terletak di Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan, seluas 4.500 hektare dan beberapa di antara gua-gua yang ada memiliki lukisan purba
- Kawasan karst Wowolesea, memiliki sistem air asin hangat (Sulawesi Tenggara)
- Pulau Muna
- Kepulauan Tukangbesi
- Pulau Seram (Maluku)
- Pulau Halmahera (Maluku Utara)
- Kawasan karst Fakfak (Papua Barat)
- Pulau-pulau Biak dan Pegunungan Tengah dan Pegunungan Lorentz (Papua)
- Kawasan Batu Hapu, Tapin, Kalimantan Selatan
Sisa-sisa permukiman manusia purba ditemukan di Leang Cadang, Leang Lea, dan goa-goa lainnya di Maros, Goa Sampung dan Goa Lawa di Ponorogo, Goa Marjan dan Goa Song di Jember, Song Gentong (Tulungagung), Song Brubuh, Song Terus, dan Goa Tabuhan di Pacitan. Lukisan atau cap dinding ditemukan di kawasan Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Kepulauan Kai, Seram, Timor, serta Papua. Ini menunjukkan indikasi migrasi manusia ke arah timur. Selain itu ditemukan pula berbagai sisa berbagai jenis vertebrata berusia 1,7 juta tahun hingga 700.000 tahun.
Karena nilai ekologi, ekonomi, dan kesejarahannya, kawasan Pegunungan Sewu, Pegunungan Maros, dan Pegunungan Lorentz telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi Kawasan Warisan Dunia.
Kerusakan kawasan
- Aktivitas penggalian batu kapur
- Penambangan oleh industri semen
Referensi
- ^ Referensi
Pranala luar
- (Indonesia) Penjelasan beserta animasi tentang karst
- (Indonesia) Membaca Masa Lalu Melalui Geowisata Goa
- (Indonesia) Karst Maros, Terbesar dan Terindah kedua di dunia