Gunung Putri, Gunung Putri, Bogor

desa di Kabupaten Bogor, Jawa Barat


Gunung Putri adalah desa sekaligus ibukota kecamatan Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, Indonesia. Desa ini memiliki kode pos 16961. Desa ini menjadi desa yang paling padat penduduk di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Gunung Putri
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenBogor
KecamatanGunung Putri
Kode pos
16961
Kode Kemendagri32.01.02.2004 Edit nilai pada Wikidata
Luas12 km²
Jumlah penduduk43.567 jiwa
Kepadatan3.631 jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 6°27′45.18″S 106°53′39.98″E / 6.4625500°S 106.8944389°E / -6.4625500; 106.8944389

Yang ada di desa ini

Di desa ini terdapat kantor kecamatan, kantor Koramil, Puskesmas, kantor Polsek dan dilewati oleh Jalur kereta api Citayam-Nambo serta memiliki 1 buah stasiun kereta api yakni Stasiun Gunung Putri.

Pemerintahan

Pembagian wilayah

Desa Gunung Putri membawahu 5 dusun, 10 RW dan 71 RT.

Pemerintahan

Kepala desa Gunung Putri saat ini sejak tahun 2012 adalah Miming Saimin menggantikan Darmono (2007-2012), setelah dilantik pada tanggal 15 Mei 2012 serta terjadi pemilihan kepala desa.

Geografis

Letak

Secara geografis, desa Gunung Putri terletak pada ketinggian rata-rata wilayah desa ini adalah 250 meter dari permukaan laut, dengan kemiringan rata-rata wilayah desa ini 35-50 %.

Suhu udara dan kelembaban

Secara geografis, suhu udara rata-rata wilayah desa ini adalah 15o - 21o C (288 - 294 K), dengan kelembaban rata-rata wilayah desa ini adalah 93 %.

Secara geografis, kecepatan angin rata-rata pada wilayah desa Gunung Putri adalah 9 km/jam.

Iklim

Luas dan batas wilayah

Luas wilayah Desa Gunung Putri adalah 14,2 km2 atau 1.420 ha pada tahun 2014, yang terdiri dari:

Dari total luas wilayah desa ini pada tahun 2014, yang paling besar luas wilayahnya adalah dusun Babakan Jati dengan luas 860 ha dan paling kecil luas wilayahnya adalah dusun Pangarengan dengan luas 220 ha.

Secara geografis, Batas-batas wilayah desa Gunung Putri adalah sebagai berikut:

Utara Desa Tlajung Udik dan Desa Bojong Nangka dengan garis batas terpanjangnya yakni Jalan Narogong.
Timur Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal dengan garis terpanjangnya yakni sungai Kali Cileungsi. Sebenarnya sungai Kali Cileungsi menjadi batas alam antara Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Klapanunggal
Selatan Desa Puspanegara dan Desa Puspasari Kecamatan Citeureup, Desa Bantarjati Kecamatan Klapanunggal dengan garis batas terpanjangnya yakni sungai Kali Cileungsi. Sebenarnya sungai Kali Cileungsi ini berbatasan serta berpisahkan dengan 3 desa (Puspanegara, Puspasari dan Bantarjati) dan 2 kecamatan (Citeureup dan Klapanunggal).
Barat Desa Karanggan dengan garis batas terpanjangnya yakni Jalan Tol Jagorawi.

Demografi

Jumlah penduduk 50.000 jiwa (38 % dari jumlah penduduk Kecamatan Gunung Putri atau 125.000 jiwa) pada tahun 2014 dengan kepadatan penduduk 3.522 jiwa/km2.

Masalah utama

Kemacetan

Desa Gunung Putri terkenal sebagai kawasan industri dan sering macet dikarenakan banyak truk truk dan kontainer terlebih lagi jalan raya yang sempit membuat kemacetan tak terelakkan.

Selain itu, macet ini juga disebabkan oleh bus, mobil angkutan umum dan sepeda motor berhenti di perlintasan sebidang di desa ini untuk menunggu kereta api yang lewat dan hendak masuk Stasiun Gunung Putri.

Polusi

Di desa ini terdapat kawasan industri.

Transportasi

Desa ini dilalui oleh Jalur kereta api Citayam-Nambo, yang kemudian bercabang ke Jabung dan Jonggol, serta memiliki 1 stasiun kereta api yakni Stasiun Gunung Putri, yang dahulu memiliki 6 jalur kereta api, kemudian berkurang menjadi 2

Yang ada di desa ini

Di desa ini terdapat kantor kecamatan, kantor Koramil, Puskesmas, kantor Polsek dan dilewati oleh Jalur kereta api Citayam-Nambo serta memiliki 1 buah stasiun kereta api yakni Stasiun Gunung Putri.

Pemerintahan

Kepala desa Gunung Putri saat ini sejak tahun 2012 adalah Miming Saimin menggantikan Darmono (2007-2012), setelah dilantik pada tanggal 15 Mei 2012 serta terjadi pemilihan kepala desa.

Masalah utama

Desa Gunung Putri terkenal sebagai kawasan industri dan sering kemacetan dikarenakan banyak truk-truk dan kontainer terlebih lagi jalan raya yang sempit membuat kemacetan tak terelakkan.

Selain itu juga, terutama saat lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, kemacetan juga terjadi di wilayah desa ini, dikarenakan banyak mobil-mobil dan sepeda motor yang dimiliki oleh pemudik asal Jakarta yang hendak mudik ke kampung halaman seperti di Cianjur, Bandung, Garut, Sumedang, Cirebon, Tasikmalaya, Yogyakarta, dan Jawa Tengah yang melalui jalan alternatif.

Selain itu, kemacetan di desa ini juga disebabkan oleh bus, mobil-mobil angkutan umum dan sepeda motor berhenti di perlintasan sebidang di desa ini untuk menunggu kereta api yang lewat dan hendak masuk Stasiun Gunung Putri.

Polusi

Di desa ini terdapat kawasan industri.

Transportasi

Kereta api

Dahulu sebelum adanya penurunan jumlah penumpang kereta api, berikut trayek bus, bus kota dan angkot masuk desa ini pada dekade 1990-an pertengahan, warga desa Gunung Putri masih menggunakan kereta api, baik ke Jakarta, Bogor dan Bandung.

Desa ini dilalui oleh Jalur kereta api Citayam-Nambo, yang kemudian bercabang ke Jabung, Cibubur dan Jonggol, serta memiliki 1 stasiun kereta api yakni Stasiun Gunung Putri serta 2 buah halte yang terletak di Kp. Babakan yang kini telah nonaktif pada pertengahan dekade 1980an.

Stasiun Gunung Putri

Stasiun Gunung Putri yang dahulu merupakan stasiun kereta api kelas I dan memiliki 8-10 jalur kereta api dengan jalur 1 sebagai sepur lurus, kemudian pada sekitar tahun 1974-1975, maka jalur kereta api pada stasiun kereta api ini berkurang menjadi 3 (tiga) jalur kereta api, kemudian pada sekitar tahun 1984-1985, maka jalur kereta api pada stasiun kereta api ini berkurang menjadi 1 jalur kereta api. Penyusutan jalur kereta api di Stasiun Gunung Putri pada tahun 1969/1970, ini disebabkan karena adanya banjir yang melanda wilayah desa ini pada awal dekade 1970 an.

Awalnya bangunan Stasiun Gunung Putri ini adalah bangunan bercorak arsitektur Hindia-Belanda, namun sayangnya bangunan stasiun kereta api ini hancur akibat diterjang banjir besar melanda desa ini pada tahun 1969 akibat Sungai Cikeas meluap.

Kemudian pada era PJKA, tepatnya tahun 1971, PJKA membangun kembali stasiun kereta api dengan arsitektur yang berbeda, yang terletak kurang lebih 300 m sebelah timur bangunan lama stasiun kereta api ini.

Bangunan Stasiun kereta api ini yang kembali dibangun di atas tanah seluas 6 ha serta dimulai pada tahun 1971 dan selesai pada tahun 1974 serta diresmikan pada tanggal 9 November 1974 oleh:

Kontroversi
 1969: Banjir

Namun sayangnya, Stasiun Gunung Putri sempat ditutup pada tahun 1969 akibat banjir besar merendam desa ini akibat surutnya rawa-rawa di Kabupaten Bogor serta dibuka kembali pada tahun 1971 di era kepemimpinan Bupati KDH Tk. II Bogor, RADEN WISATYA SASMITA.

1994-1995: Penurunan jumlah penumpang dan banjir besar

Namun stasiun kereta api ini telah sempat dinonaktifkan pada tahun 1990-an pertengahan akibat banjir melanda wilayah desa ini disebabkan kerusakan pada prasarana, terendamnya rel kereta api, minimnya penumpang kereta api serta beralih ke transportasi umum lain seperti angkutan kota, bus dan taksi.

Pengaktifan kembali

Diaktifkan kembali setelah Kerusuhan Mei 1998 dan dikelola oleh PT KAI sejak tahun 1998. Pada tahun 2000-an awal, PT KAI meluncurkan KRD, jurusan Tanah Abang (Jakarta) - Depok - Nambo pp dengan jumlah 100-120 orang dengan tarif sebesar Rp5.000 per sekali jalan pada tahun 2000 dengan pemberhentian di sepanjang lintas Citayam-Nambo, yakni diihat di:

Namun operasional kereta api) tak berlangsung lama.

Penutupan

Pada tahun 2006 jalur ini dan stasiun kereta api ini dinonaktifkan karena okupansi yang minim dan biayanya tinggi. Saat ini Stasiun Gunung Putri dipenuhi coret-coretan dan grafiti.

Angkutan umum

Yang melayani desa ini

Selain kereta api, angkutan kota (angkot), angkutan pedesaan (angkudes), ojek, taksi, bemo dan becak juga merupakan transportasi umum di Desa Gunung Putri. Di desa ini, terdapat Terminal Gunung Putri yang melayani rute angkot ke sekitar desa Gunung Putri.

Bajaj juga merupakan transportasi umum yang melayani desa ini, hampir ditemukan di pasar-pasar, stasiun kereta api dan terminal bus.

Yang melayani rute ke Jakarta

Selain ini juga, bus kota, APTB, taksi dan angkot juga menarik penumpang dari desa ini untuk berpergian ke kota Jakarta dari jam 06.00 WIB s.d 18.00 WIB.

Akses tol

Selain jalur kereta api dan transportasi umum, desa ini dilalui oleh Jalan Tol Jagorawi. Akses jalan tol menuju desa ini, adalah:

Jalan tol Status Pintu tol KM
Jalan Tol Jagorawi Beroperasi Cibubur 13
Gunung Putri 24
Citeureup 27
Jalan Tol Cibubur-Padalarang Rencana Nagrak 10
Cileungsi 15