Candi Palgading

bangunan kuil di Indonesia
Revisi sejak 25 Juni 2020 04.00 oleh Kembangraps (bicara | kontrib) (formatting)

Candi Palgading adalah sebuah situs Purbakala yang berada di Dusun Palgading, Sinduharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta[1]. Situs tersebut adalah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno (Mataram Buddha). Candi tersebut berada di pemukiman warga yang ditemukan pada tahun 2006. Luas situs tersebut adalah 1 hektare.

Situs Purbakala Kompleks Candi Palgading
Lua error in Modul:Location_map at line 537: Tidak dapat menemukan definisi peta lokasi yang ditentukan. Baik "Modul:Location map/data/Topografi Jawa ontol" maupun "Templat:Location map Topografi Jawa ontol" tidak ada.
Informasi umum
Gaya arsitekturcandi Buddha
KotaDusun Palgading, Sinduharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta
Negara Indonesia
Mulai dibangunabad 9
Rampungabad 10

Letak Candi

 
Salah satu candi di Situs Palgading

Tepatnya di depan Kantor Kecamatan Ngaglik, selepas lampu lalu lintas di Jl. Kaliurang km 9 ada sebuah pertigaan kecil di sisi timur jalan. Ikuti jalan di pertigaan itu untuk menuju Dusun Palgading. Untuk mudahnya arahkan kendaraan ke pemakaman desa yang terletak tak jauh dari masjid. Candi Palgading terletak tak jauh dari sana.

Sejarah Candi

Situs ini berasal dari masa kejayaan agama Hindu dan Buddha di Nusantara, tepatnya abad ke 9-10 Masehi. Hal itu tampak dari struktur bebatuan yang membentuk stupa berukuran kecil. Juga, diperkuat oleh keberadaan arca Awalokiteshwara yang merupakan

simbol penyembahan Boddhisatwa dalam agama Buddha, dan dikenal pula sebagai dewa kasih sayang, dewa asih serta dewa penjaga dalam pantheon Buddha Mahayana.

Pada bagian sisi utara candi, tim menemukan stupa berukuran besar, sedangkan di bagian timur terdapat pagar batu. Adapun prasasti yang bisa menjadi petunjuk informasi candi, sampai sekarang belum ditemukan. Termasuk, informasi stupa yang dijelaskan dalam sebuah laporan Belanda tahun 1925. Catatan Belanda itu menyebut ada stupa terletak dalam candi. Hingga kini belum bisa kami temukan, dan tampaknya berbeda dengan catatan Belanda karena ukurannya sangat besar.

Saat ini, proses ekskavasi Candi Palgading terhenti untuk sementara. Menurut Wahyu Astuti, ekskavasi lanjutan akan dilakukan pada tahun 2012 dan kini tim BP3 tengah menyusun laporan ekskavasi yang telah dimulai sejak Juni 2011. Kendala utama yang dihadapi pada proses ekskavasi adalah keterbatasan dana untuk membeli atau menyewa lahan. Sebab, beberapa areal candi merupakan bagian dari pekarangan warga. Beberapa warga yang kami jumpai di lokasi juga menyatakan kekhawatirannya kehilangan tempat tinggal karena proses ekskavasi. Sebagian besar bangunan Candi Palgading sudah terungkap, dan sepertinya masih akan bertambah luas lagi seiring dengan proses ekskavasi yang dilakukan.

Menurut Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Candi Palgading merupakan paduan tempat ibadah dan pendopo pada zaman Mataram Kuno. Kesimpulan sementara itu didapat setelah Tim Ekskavasi BP3 DI Yogyakarta melakukan ekskavasi tahap kedua. Di lahan ekskavasi itu ditemukan tatanan batu candi dan batu umpak yang tengahnya membentuk lingkaran. ”Kemungkinan besar umpak itu menjadi fondasi tiang pendapa yang jadi tempat tinggal pendeta,” kata Ketua Tim BP3 D.I. Yogyakarta, Wahyu Astuti[2][3].

Pada akhir September 2011, tim Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) telah selesai melakukan ekskavasi di situs Candi Palgading. Tersingkaplah bentuk candi yang terdiri dari tiga buah candi. Candi di bagian utara berukuran 8,85 meter x 8,85 meter, candi di bagian tengah berukuran 8,6 meter x 6,35 meter, dan di bagian selatan berukuran 13,23 meter x 17 meter. Selain menemukan bangunan candi, tim ekskavasi juga menemukan gerabah namun dalam kondisi tak utuh.

Referensi