Perang Candu Kedua
Perang Candu Kedua (Hanzi: 第二 次鴉片戰爭; Pinyin: Dì'èrcì Yāpiàn Zhànzhēng), juga dikenal sebagai Perang Anglo-Tiongkok Kedua, Perang Tiongkok Kedua, Perang Panah, atau Ekspedisi Anglo-Prancis ke Tiongkok [4] adalah perang antara Inggris dan Prancis melawan Dinasti Qing Tiongkok, yang berlangsung dari 1856 sampai 1860.
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Ini adalah perang besar kedua dalam Perang Candu, yang berkaitan dengan masalah ekspor candu ke Tiongkok, dan mengakibatkan kekalahan kedua bagi Dinasti Qing. Kesepakatan Konvensi Peking menyebabkan Semenanjung Kowloon menjadi bagian dari Hong Kong.
Nama
Istilah "Perang Kedua" dan "Perang Panah" keduanya digunakan dalam literatur. "Perang Candu Kedua" mengacu pada salah satu tujuan strategis Inggris: melegalkan perdagangan candu, memperluas perdagangan umum lainnya, membuka semua akses ke Tiongkok untuk para pedagang Inggris, dan membebaskan impor asing dari bea transit internal.[butuh rujukan] "Perang Panah" diambil dari nama Kapal yang menjadi penyebab terjadinya konflik.
Asal usul perang
Perang berlanjut dari Perang Candu Pertama. Perjanjian Nanjing 1842 - adalah perjanjian pertama dari beberapa perjanjian lainnya yang disebut oleh Tiongkok sebagai Perjanjian Tidak Adil, yang memberikan ganti rugi dan ekstrateritorialitas kepada Inggris, membuka lima pelabuhan bebas bagi perdagangan asing, dan penyerahan Pulau Hong Kong. Kegagalan dari pelaksanaan perjanjian untuk memenuhi tujuan Inggris dalam meningkatkan perdagangan dan hubungan diplomatik menyebabkan Perang Candu Kedua (1856–60).[5] Di Tiongkok sendiri, Perang Candu Pertama dianggap sebagai awal dari sejarah Tiongkok modern.
Di antara Perang Candu Pertama dan Kedua, tindakan agresi yang berulang-ulang terhadap Inggris pada tahun 1847 mengarah ke Ekspedisi ke Kanton yang menyerang dan mengambil, dengan 'kudeta utama' ', benteng [[Bocca] Tigris]] menghasilkan spiking dari 879 senjata.[6]
Wabah
Karena melihat pertumbuhan yang pesat dari imperialisme Barat tahun 1850an. Beberapa tujuan bersama dari negara-negara Barat adalah untuk memperluas pasar perdagangan luar negeri dan membuka pelabuhan persinggahan baru di berbagai negara. Prancis dalam Perjanjian Huangpu dan Amerika dalam Perjanjian Wanghia, keduanya berisi klausul yang memungkinkan untuk melakukan negosiasi ulang perjanjian tersebut setelah 12 tahun berlaku. Dalam upaya untuk memperluas hak istimewa mereka di Tiongkok, Inggris menuntut pihak berwenang Qing untuk menegosiasi ulang Perjanjian Nanjing yang ditandatangani pada tahun 1842, dengan menyebutkan status Negara yang paling disukai oleh mereka. Permintaan-permintaan dari pihak Inggris antara lain: mendirikan perusahan Inggris di Tiongkok, melegalkan perdagangan opium, membebaskan impor asing dari bea transit internal, mengatasi masalah perompak, regulasi yang mengatur perdagangan kuli, mengizinkan duta besar Inggris untuk bertempat tinggal di Beijing dan dalam semua traktat Perjanjian versi bahasa Inggris lebih diutamakan daripada bahasa Mandarin.[butuh rujukan]
Untuk memberikan kapal dagang Tiongkok yang beroperasi di sekitar pelabuhan perjanjian hak istimewa yang sama diberikan kepada kapal-kapal Inggris oleh Perjanjian Nanjing, otoritas Inggris memberikan kapal-kapal ini pendaftaran Inggris di Hong Kong. Pada bulan Oktober 1856, marinir Tiongkok di Kanton merebut sebuah kapal barang bernama "Arrow" (Panah) karena dicurigai melakukan pembajakan, menangkap empat belas awak kapal di mana selusin di antaranya adalah orang-orang Tiongkok. Kapal Panah ini sebelumnya telah digunakan oleh bajak laut, ditangkap oleh pemerintah Tiongkok, dan kemudian dijual kembali. Pada saat ditahan kapal ini terdaftar sebagai kapal Inggris dan masih mengibarkan bendera Inggris, meskipun pendaftarannya telah kedaluwarsa. Kaptennya, Thomas Kennedy, melaporkan melihat marinir Tiongkok menarik dan menurunkan bendera Inggris dari kapal.[7] Konsul Inggris di Kanton, Harry Parkes, menghubungi komisioner kekaisaran Ye Mingchen dan Raja Muda Liangguang, untuk menuntut pembebasan segera para kru, dan permintaan maaf karena diduga menghina bendera Inggris. Ye membebaskan sembilan anggota kru, tetapi menolak untuk melepaskan tiga kru terakhir.[butuh rujukan] Pada tanggal 23 Oktober Inggris menghancurkan empat benteng penghalang. [8] Pada tanggal 25 Oktober Inggris mengajukan permintaan untuk diizinkan memasuki kota. Keesokan harinya, Inggris mulai membombardir kota, melepaskan satu tembakan setiap 10 menit.[8] Ye Mingchen memberi hadiah bagi siapa saja yang bisa mengambil kepala orang Inggris.[8] Pada 29 Oktober, tembok kota diledakan sehingga berlubang sehingga digunakan sebagai jalan masuk pasukan, bendera Amerika Serikat ditancapkan oleh James Keenan (Konsul AS) pada tembok tersebut dan juga di tempat tinggal Ye Mingchen. Kejadian ini menewaskan 3 orang dan 12 lainnya luka-luka. Negosiasi gagal dan kota tetap dibombardir. Pada tanggal 6 November 23 kapal jung diserang dan dihancurkan.[9] There were pauses for talks, with the British bombarding at intervals, fires were caused, then on 5 January 1857, the British returned to Hong Kong.[8]
Penundaan Inggris
Pemerintah Inggris kalah voting di Parlemen karena insiden kapal Panah tersebut dan apa yang telah terjadi di Kanton hingga akhir tahun pada 3 Maret 1857. Setelah itu ada pemilihan umum di Inggris pada April 1857 yang meningkatkan suara mayoritas pemerintah.[butuh rujukan]
Pada bulan April, pemerintah Inggris bertanya kepada Amerika Serikat dan Rusia apakah mereka tertarik dengan aliansi, tetapi tawaran itu ditolak. [8] In May 1857, the Indian Mutiny became serious. British troops destined for China were diverted to India,[6] which was considered the priority issue.[butuh rujukan]
Intervensi Prancis
Prancis bergabung dengan Inggris melawan Tiongkok, didorong oleh keluhan dari utusan mereka, Baron Jean-Baptiste Louis Gros mengenai seorang misionaris Prancis, Pastor Auguste Chapdelaine yang dieksekusi mati oleh otoritas lokal Tiongkok di provinsi Guangxi, yang pada waktu itu tertutup orang asing.[10] [11]
Inggris dan Prancis bergabung dengan Laksamana Sir Michael Seymour dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Tentara Inggris dipimpin oleh Lord Elgin dan tentara Prancis yang dipimpin oleh Gros, mereka bersama-sama menyerang dan menduduki Kanton (Guangzhou), pada akhir 1857 Komite gabungan Aliansi dibentuk. Sekutu membiarkan gubernur kota tetap dengan jabatan aslinya untuk menjaga ketertiban atas nama Sekutu. Aliansi Inggris-Perancis mengendalikan Kanton selama hampir empat tahun.[butuh rujukan]
Koalisi kemudian ke utara untuk menguasai Benteng Taku dekat kota Tientsin (sekarang Tianjin) pada Mei 1858.[butuh rujukan]
Intervensi oleh negara-negara lain
Amerika Serikat dan Rusia mengirim utusan ke Hong Kong untuk menawarkan bantuan militer kepada Inggris dan Prancis, meskipun pada akhirnya Rusia tidak mengirim bantuan militer.[12]
AS terlibat dalam konflik kecil bersamaan selama perang, meskipun mereka mengabaikan tawaran aliansi Inggris dan tidak berkoordinasi dengan pasukan Inggris-Prancis. Pada tahun 1856, pasukan Tiongkok di Guangzhou menembaki kapal uap Angkatan Laut Amerika Serikat[9] Angkatan Laut AS membalas dalam Pertempuran Benteng Sungai Mutiara. Kapal-kapal dibombardir kemudian menyerang benteng sungai di dekat Kanton, mengambilnya. Upaya diplomatik diperbarui setelahnya, dan pemerintah Amerika dan Tiongkok menandatangani perjanjian untuk netralitas AS dalam Perang Candu Kedua.[butuh rujukan]
Terlepas dari janji netralitas pemerintah AS, kapal perang AS USS San Jacinto tetap membantu aliansi Inggris-Prancis dalam pemboman selama terjadi Pertempuran Benteng Taku pada tahun 1859.
Pertempuran Kanton (1857)
Tahun 1857, pasukan Inggris mulai berkumpul di Hong Kong, bergabung dengan pasukan Prancis. Pada bulan Desember 1857, mereka memiliki cukup banyak kapal dan sumber daya manusia untuk menyelesaikan masalah tidak terpenuhinya kewajiban perjanjian di mana hak masuk ke Kanton ternyata diberikan.[6] Parkes menyampaikan ultimatum, didukung oleh Gubernur Hong Kong Sir John Bowring dan Laksamana Sir Michael Seymour, mengancam pada 14 Desember untuk membombardir Kanton jika orang-orang itu (para kru kapal Panah) tidak dibebaskan dalam 24 jam.[8] [13]
Kru yang tersisa dari kapal Panah itu kemudian dibebaskan, tanpa permintaan maaf dari Raja Muda Ye Mingchen yang juga menolak untuk menghormati persyaratan perjanjian. Seymour, Mayor Jenderal van Straubenzee dan Laksamana de Genouilly menyetujui rencana untuk menyerang Kanton seperti yang diperintahkan.[6] Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Insiden Panah dan memberikan nama alternatif dari konflik berikutnya.[14]
Pendudukan Kanton pada 1 Januari 1858,[8] sebuah kota dengan populasi lebih dari 1.000.000 orang pada saat itu.[15] oleh kurang dari 6.000 pasukan, menghasilkan di pasukan Inggris dan Prancis menderita 15 tewas dan 113 terluka. 200-650 pembela dan penduduk menjadi korban.[butuh rujukan] Ye Mingchen ditangkap dan diasingkan ke Kalkuta, India, tempat dia menderita kelaparan sampai mati.[16]
Serangan Inggris
{{Infobox Military Conflict
|conflict=Perang Candu Kedua
|partof=Perang Candu
|image=
|caption=
|date=1856-1860
|place=Tiongkok
|casus= di sandera nya awak kapal Arrow milik Britania
|territory=Pesisir timur China
|result=Kemenangan Prancis-Inggris; Traktat Tianjin
|combatant1= Dinasti Qing
|combatant2= Britania Raya
Prancis
|commander1= [[Kaisar Xianfeng]content://media/external/file/263817]
|commander2= Michael Seymour
James Bruce
Jean-Baptiste Louis Gros
|strength1=100.000
|strength2=20.000-30.000
|casualties1=8000 KIA
|casualties2=1250 KIA
|casualties3=
|notes=
}}
Perang Candu Kedua, Perang Opium Kedua, Perang Inggris-Tiongkok Kedua, Perang Panah, atau Ekspedisi Inggris-Prancis ke Tiongkok,[17] adalah perang antara Britania Raya dan Kekaisaran Prancis Kedua melawan Dinasti Qing di Tiongkok dari tahun 1856 sampai tahun 1860.
Pemicu perang
Perang ini merupakan kelanjutan dari Perang Candu Pertama. Pada tahun 1842, Traktat Nanking - yang merupakan perjanjian pertama dari apa yang orang Tiongkok kemudian sebut sebagai perjanjian tidak adil - memberi ganti rugi dan hak ekstrateritorial kepada Inggris, pembukaan lima pelabuhan perjanjian, dan pengambilalihan Pulau Hong Kong. Kegagalan perjanjian ini untuk memenuhi keinginan Inggris dalam meningkatkan hubungan perdagangan dan diplomatik memicu pecahnya Perang Candu Kedua (1856-1860).[18]
Daftar pustaka
- Jack Beeching, The Chinese Opium Wars (1975), ISBN 0-15-617094-9
- Bonner-Smith and E. Lumley, The Second China War, 1944.
- W. Travis Hanes III and Frank Sanello, The Opium Wars, 2002, ISBN 0-7607-7638-5
- Immanual Hsu, The Rise of Modern China, 1985.
- Henry Loch, Personal narrative of occurrences during Lord Elgin's second embassy to China 1860, 1869.
- Erik Ringmar, Fury of the Europeans: Liberal Barbarism and the Destruction of the Emperor's Summer Palace
- J.W. Wong, Deadly Dreams: Opium, Imperialism, and the Arrow War (1856-1860) in China, (Cambridge: Cambridge University Press) 1998.
Referensi
- ^ Frontier and Overseas Expeditions from India. Volume 6. Calcutta: Superintendent Government Printing. 1911. p. 446.
- ^ Wolseley, G. J. (1862). Narrative of the War with China in 1860. London: Longman, Green, Longman, and Roberts. p. 1.
- ^ Magoc, Chris J.; Bernstein, David (2016). Imperialism and Expansionism in American History. Volume 1. Santa Barbara, California: ABC-CLIO. p. 295. ISBN 9781610694308.
- ^ Michel Vié, Histoire du Japon des origines a Meiji, PUF, p. 99. ISBN 2-13-052893-7.
- ^ Tsang, Steve (2007). A Modern History of Hong Kong: 1841–1997. I.B. Tauris. hlm. 29. ISBN 9781845114190.
- ^ a b c d Porter, Maj Gen Whitworth (1889). History of the Corps of Royal Engineers Vol I. Chatham: The Institution of Royal Engineers.
- ^ Hanes & Sanello 2004, hlm. 176–77.
- ^ a b c d e f g Wong, J. Y. Deadly Dreams: Opium and the Arrow War (1856–1860) in China. ISBN 9780521526197.
- ^ a b "Bombardment at Canton". Morning Journal. 19 January 1857. hlm. 3.
- ^ David, Saul (2007). Victoria's Wars: The Rise of Empire. London: Penguin Books. hlm. 360–61. ISBN 978-0-14-100555-3.
- ^ Hsü 2000, hlm. 206.
- ^ "Opium Wars". www.mtholyoke.edu. Diakses tanggal 2018-09-04.
- ^ Hevia 2003, hlm. 32-33.
- ^ Tsai, Jung-fang. [1995] (1995). Hong Kong in Chinese History: community and social unrest in the British Colony, 1842–1913. ISBN 0-231-07933-8
- ^ "The Anglo-French Occupation of Canton, 1858–1861" (PDF). Royal Asiatic Society Hong Kong Branch.
- ^ Hsü 2000, hlm. 207.
- ^ Michel Vié, Histoire du Japon des origines a Meiji, PUF, p.99. ISBN 2-13-052893-7
- ^ Tsang 2004, p. 29