Nedi Gampo
Artikel ini membahas seorang tokoh yang baru saja meninggal. Beberapa informasi, terutama seputar sebab kematian dan pemakamannya, dapat berubah sewaktu-waktu. |
Nedi Erman atau lebih dikenal dengan nama panggung Nedi Gampo (23 April 1965 – 28 Februari 2019) adalah seorang seniman legendaris Minangkabau.[1] Ia dikenal sebagai pembawa acara, pelawak, penyanyi, dan pencipta lagu pop Minang. Ia memulai karier sejak tahun 1990-an. Dengan ciri khas lagunya yang lawak dan kocak, lagu-lagunya disukai oleh masyarakat Sumatera Barat.[2]
Nedi Gampo | |
---|---|
Genre | Pop Minang, komedi |
Tahun aktif | 1990-an—2019 |
Label | Pitunang Record, Gita Virma Record, Balada Record, Elta Record |
Ia meninggal dunia pada 28 Februari 2019 pukul 07.30 WIB di Rumah Sakit Ibnu Sina Padang.[1] Sebelum meninggal, Nedi Gampo terdaftar sebagai calon anggota legislatif untuk DPRD Sumatera Barat dari Partai Gerindra.[3]
Biografi singkat
Nedi Erman lahir di Tanah Datar pada 23 April 1965. Tanah Datar adalah pusat kebudayaan Minangkabau dan menjadi daerah darek atau tanah asal suku Minang. Ia memulai karier pada tahun 1990-an dengan memakai nama panggung Nedi Gampo. Gampo berarti gempa dalam bahasa Minang. Saat itu, lagu-lagunya diputar dengan pemutar musik tape dari kaset berpita hitam. Ia mengaku terinspirasi dari penyanyi legendaris Minang, Zalmon.[4]
Nedi Gampo dikenal sebagai penyanyi dengan sentuhan lirik yang mengocok perut.[2] Meskipun dengan penyampaian yang lawak, tetapi banyak sekali pesan dan pembelajaran yang bisa dipetik dari lagu-lagunya. Nedi Gampo lewat liriknya juga leluasa menyuarakan kritikan sosial, yang salah satunya tersaji di album Dimakan Caciang.[5]
Pesan-pesan dalam lagu
Pisau silet sabana tajam, muko balakang nan nyo tikam (lagu Pisau Silet). Lagu yang memberikan sindiran jangan bersifat seperti pisau silet. Tajam ke depan, tajam ke belakang.[2]
Uwia-uwia maminta gatah… Nan karambia mamanjek baruak (lagu Uwia Uwia Mintak Gatah) menggambarkan kondisi jaman dimana perilaku seorang cewek yang sekarang sudah ‘emansipasi'. Berani tampil dan menjujai-jujai orang yang dia sukai. Jauh sudah dari kepribadian wanita minang yang kalem dan "berharga mahal".[2]
Oi Jawinar, Jawi, Jawinar oiiii. Lagu Jawinar, mengisahkan kisah cinta dimana butuh modal besar dalam sebuah percintaan. Lebih tepatnya mungkin bisa dikatakan si cewek matre.[2]
Kalau mati dimakan caciang, sebuah lagu yang religi yang meningatkan kita pada kematian yang pasti akan datang.[2]
Cerita tentang mahasiswa ia nyanyikan pada lagu Anak Kampus. Berkisah penderitaan menjadi anak kuliah, mulai dari jatuh cinta saat kuliah, hingga penyelesaian skripsi.[2]
Album
Album yang pernah ditelurkan oleh Nedi Gampo di antaranya,[2]
- Sagalo Gadang (1993), produksi Pitunang Record
- Pisau Silet (1995), produksi Gita Virma Record
- Aki Suak (1996), produksi Baramas
- Jawinar (1998), produksi Gita Virma Record
- Bangku Angek (2000), produksi Gita Virma Record
- Uwia-uwia Mintak Gatah (2001), produksi Gita Virma Record
- Dimakan Caciang (2005) produksi Gita Virma Record
- Angguak-Angguak Geleng (2007), produksi Gita Virma Record
- Barangkek Kosong (2008), produksi Balada Record
Rujukan
- ^ a b https://www.covesia.com/lifestyle/baca/70302/seniman-lagendaris-minang-nedi-gampo-meninggal-dunia
- ^ a b c d e f g h http://www.anakminang.com/2017/09/biografi-nedi-gampo-penyanyi-minang.html
- ^ http://pekanbaru.tribunnews.com/2019/02/28/kabar-duka-nedi-gampo-seniman-minang-meninggal-dunia
- ^ http://www.anakminang.com/2018/03/biografi-maestro-penyanyi-minang-nan.html
- ^ https://csjurnalis.wordpress.com/2015/12/14/artis-comedy-minang-kreatif