Pelawak

orang yang menghibur penonton dan pendengar

Pelawak atau komedian adalah orang yang menghibur penonton, terutama dalam membuat mereka tertawa, dengan cara melawak, yaitu suatu usaha untuk membuat orang lain tertawa, atau sekadar membuat orang lain gembira. Caranya bermacam-macam, tergantung si pelawak dan biasanya disesuaikan dengan kondisi orang yang akan dibuat tertawa. Cara yang paling umum adalah dengan mengucapkan lelucon, dengan subjek lelucon orang lain, atau diri sendiri. Cara lainnya adalah dengan tingkah laku yang dibuat-buat hingga dapat terlihat lucu dan pentas ditertawakan di hadapan orang lain.

Charlie Chaplin, dalam film The Champion, 1915

Di Indonesia bentuk lawak yang paling terkenal adalah grup lawak, yang merupakan gabungan beberapa pelawak dan mementaskan suatu cerita. Masing-masing memerankan satu karakter dan kelucuan yang terjadi berasal dari interaksi antar karakter-karakter ini. Beberapa contoh grup lawak seperti ini adalah Srimulat, Warkop DKI, dan Patrio.

Di Amerika Serikat yang lebih terkenal adalah lawakan tunggal atau standup comedy, seorang pelawak berdiri di depan penonton dan mengucapkan monolog mengenai sesuatu. Jenis lawakan seperti ini lebih bergantung pada cara penyampaian dan isi cerita. Contoh-contoh pelawak tunggal adalah Chris Rock, Eddie Murphy, Robin Williams, Jim Carrey, Jerry Seinfeld, Jeff Foxworthy, dan Eddie Izzard.

Selain itu juga terdapat beberapa kelompok lawak dari Inggris dan Amerika seperti Monty Python dan Marx Brothers.

Esensi

sunting
 
Stand-up comedian Steve Holmes on stage at the "Up The Creek" comedy club in Greenwich, London, UK

Untuk menghibur orang-orang dengan membuatnya tertawa ada macam-macam caranya, tergantung si pelawak namun sering kali penyajian lawakan yang ditampilkan tidak semua orang mampu menangkapnya menjadi sesuatu yang mampu ditertawakan bersama. Sering kali ada lawakan yang lucu tapi mulai menyakiti pribadi seseorang, permasalahan seperti ini dikarenakan esensi melawak bukan lagi menghibur atau menebar tawa tapi menjadi sesuatu yang menimbulkan murka yang seharusnya bisa menjadi sesuatu yang humor malah menjadi horor. Pelawak yang mengerti esensi dari melawak itu pasti paham dengan kondisi psikologi seseorang ketika ingin melawak, kecerdasan sosial menjadi penentu bagi setiap pelawak ketika ingin melawak.[1]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Melawak dengan Kecerdasan Sosial". Solopos.com. 2018-01-23. Diakses tanggal 2020-09-18.