Tari Tumbu Tanah

salah satu tarian di Indonesia

Tari Tumbu Tanah merupakan tari tradisional khas masyarakat di Pegunungan Arfak. Tarian ini juga dikenal dengan nama tarian ular karena formasi tarian ini membentuk seekor ular, sedangkan masyarakat di wilayah Sorong menyebutnya dengan nama Tari Srar. Tari Tumbu Tanah dikenal oleh hampir semua suku yang berada di Papua. Hal inilah yang menyebabkan tidak ada perbedaan dalam gerak dasar tarian ini, meskipun penyebutannya berbeda-beda di tiap wilayah.

Tari Tumbu Tanah yang juga dikenal dengan tarian ular.

Asal-usul

 
Tari Tumbu Tanah.

Masyarakat Arfak (Mnu Kwar) yang tinggal di daerah Manokwari terdiri dari empat sub-suku, yaitu: suku Hattam, suku Sough, suku Moile, dan suku Meyakh.[1] Mereka memiliki kesenian tari yang sama, yang dinamakan dengan Tari Tumbu Tanah.[2] (Baharinawati) Keempat suku tersebut menyebut tarian ini dengan nama Tari Tumbu Tanah karena mereka menyebutnya dengan bahasa yang berbeda-beda. Masyarakat suku Hattam menyebutnya dengan nama Ibihim, sedangkan suku Moile menyebutnya dengan nama Isim. Adapun suku Meyakh menyebut Tari Tumbu Tanah dengan nama Mugka dan suku Sough menyebutnya dengan nama Manyohora.[3]

Penyebutan nama Tari Tumbu Tanah berawal ketika agama Kristen yang dibawa oleh TEAM (The Evangelical Alliance Mission) masuk ke wilayah Pegunungan Arfak pada tahun 1950-an. Mereka tidak hanya membawa misi penginjilan saja, tetapi juga membangun berbagai sarana dan prasarana kemasyarakatan. Untuk mempermudah penyebutan tarian ini, maka mereka menggunakan bahasa Indonesia dengan nama Tari Tumbu Tanah agar tarian itu dapat dikenal oleh masyarakat lain di luar keempat sub-suku tersebut.

Gerak dasar dan formasi

 
Gerakan Tari Tumbu Tanah.

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ Arfaknews. "Tari Tumbuk Tanah, Tarian Khas Suku Arfak". Diakses tanggal 2 April 2019. 
  2. ^ Baharinawati W. Hastanti dan Irma Yeny (2009), hlm. 23: "Mereka memiliki seni tari dan lagu yang sama yaitu tumbu tanah....."
  3. ^ Enrico Y. Kondologit dan Andi T. Sawaki (2006), hlm. 22: "Mereka bla bla....."

Daftar pustaka

Pranala luar