Suku Sasak
Penyebaran Agama Islam[1]
Ajaran Islam adalah salah satu ajaran yang berkembang dengan pesat di Gumi Sasak Lombok. Penyebarannya begitu cepat dan menyebar ke seluruh Gumi Sasak Lombok ini. berikut ulasan Penyebaran Agama Islam dibeberapa daerah yang ada di Pulau Lombok.
1. Penyebaran Islam di Bayan
Sekitar abad ke-16 M, penyebaran agama Islam juga masuk melalui pantai utara Bayan dan dari arah barat sekitar Tanjung. Pembawanya adalah seorang syeikh dari Arab Saudi bernama Nurul.
Rasyid dengan gelar sufinya Gaoz Abdul Razak. Makamnya torletak di kampung Kuranji, sebuah desa pantai di barat daya Lombok. Gaoz Abdul Razak mendarat di Lombok bagian utara, di daerah Bayan. la pun menetap dan berdakwah Kompleks Masjid Bayan Bsieq di sana. Beliau mengawini Denda Bulan yang melahirkan seorang anak bernama Zulkarnaen.
Keturunan inilah yang menjadi cikal bakal raja-raja Selaparang. Kemudian Gaoz Abdul Razak mengawini lagi Denda Islamiyah yang melahirkan Denda Qomariah yang populer dengan sebutan Dewi Anjani.
Sunan Pengging, pengikut Sunan Kalijaga datang ke Lombok pada tahun 1640 M untuk menyiarkan agama Islam (sufi). Ia kawin dengan putri dari kerajaan Parwa sehinggga menimbulkan kekecewaan raja Goa. Selanjutnya, raja Goa menduduki Lombok pada tahun 1640 M.
Sunan Pengging yang dikenal sebagai Pangeran Mangkubumi lari ke Bayan. Salah satu bukti yang dapat dijadikan sebagai kajian tentang awal penyebaran agama Islam adalah masjid kuno Bayan Beleq.
2. Islam di Pujut
Salah satu bukti yang paling konkrit penyebaran Islam di daerah Pujut adalah masjid kuno Rembitan. Bangunan ini merupakan prototipe masjid-masjid tua. Secara kronologis diperkirakan dibangun sekitar abad ke-16 M.
Tokoh legendaris penyebar agama Islam di daerah ini adalah Wali Nyatok. Masjid di Rembitan sering dikaitkan dengan tokohn Wali Nyatok. Dalam tradisi lisan, Wali Nyatok dikenal sebagai penyebar agama Islam di Lombok bagian selatan dan sekitarnya.
Nama lain Wali Nyatok adalah Sayid Ali atau Sayid Abdurrahman. Sayang sekali pada batu nisannya tidak ada inskripsi yang menyebut nama tokoh tersebut, meskipun dari segi tipologi nisan tersebut tergolong tua. Salah satu tokoh legendaris lainnya dalam penyebaran agama Islam adalah Pangeran Sangupati.
Beberapa pendapat tentang Pangeran Sangupati sebagai berikut:
# Pangeran Sangupati adalah putra Selaparang yang dianggap Waliyullah. Ia mengarang kitab Jatiswara, Prembonan, Lampanan Wayang, Tasawuf dan Fiqh.
# Pangeran Sangupati berasal dari Jawa yang sengaja berkelana untuk menyebarkan agama Islam dan memiliki nama asli di Jawa: Aji Datu Semu, sedangkan di Sumbawa dikenal dengan nama Tuan Semeru.
# Pangeran Sangupati adalah tokoh agama Hindu yang menyebarkan agama Hindu di kalangan umat Islam karena Islam yang dianut oleh para penduduk masih sangat lemah, maka beliau menyebarkan agama Islam Waktu Telu (Wetu Telu) suatu bentuk peralihan dari agama Boda tua ke agama Waktu Lima dan dia dikenal dengan nama Pedanda Wau Rauh.
Selain tokoh-tokoh tersebut ada juga yang disebut-sebut sebagai penyebar agama Islam di Lombok yaitu Al-Fadal. Hingga saat ini Agama Islam adalah kepercayaan mayoritas yang ada di Pulau Lombok.
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Nusa Tenggara Barat: 2.500.000 jiwa | |
Bahasa | |
Sasak • Melayu • Indonesia | |
Agama | |
Mayoritas: Islam Minoritas: Hindu • Buddha • Animisme • Wetu Telu • Boda | |
Kelompok etnik terkait | |
Suku Bali • Suku Sumbawa |
Suku Sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok dan menggunakan bahasa Sasak. Sebagian besar suku Sasak beragama Islam, uniknya pada sebagian kecil masyarakat suku Sasak, terdapat praktik agama Islam yang agak berbeda dengan Islam pada umumnya yakni Islam Wetu Telu, namun hanya berjumlah sekitar 1% yang melakukan praktik ibadah seperti itu. Ada pula sedikit warga suku Sasak yang menganut kepercayaan pra-Islam yang disebut dengan nama "Sasak Boda".
Kata Sasak berasal dari kata sak sak, artinya satu satu. Kata sak juga dipakai oleh sebagian suku Dayak di pulau Kalimantan untuk mengatakan satu. Orang Sasak terkenal pintar membuat kain dengan cara menenun, dahulu setiap perempuan akan dikatakan dewasa dan siap berumah tangga jika sudah pandai menenun. Menenun dalam bahasa orang Sasak adalah Sèsèk. Kata sèsèk berasal dari kata sesak,sesek atau saksak. Sèsèk dilakukan dengan cara memasukkan benang satu persatu(sak sak), kemudian benang disesakkan atau dirapatkan hingga sesak dan padat untuk menjadi bentuk kain dengan cara memukul mukulkan alat tenun. Uniknya suara yang terdengar ketika memukul mukul alat tenun itupun terdengar seperti suara sak sak dan hanya dilakukan dua kali saja. Itulah asal kata sasak yang kemudian diambil sebagai nama suku dipulau Lombok. Orang suku Sasak yang mula mula mendiami pulau Lombok menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa sehari hari. Bahasa Sasak sangat dekat dengan bahasa suku Samawa, Bima dan bahkan Sulawesi, terutama Sulawesi Tenggara yang berbahasa Tolaki.
Etimologi
Nama "Sasak" pertama kali disebutkan dalam Prasasti Pujungan, yaitu sebuah prasasti yang ditemukan di Kabupaten Tabanan, Bali, yang diperkirakan berasal dari abad ke-11.[2]
Asal nama Sasak kemungkinan berasal dari kata sak-sak yang artinya sampan. Dalam Kitab Negara Kertagama kata Sasak disebut menjadi satu dengan Pulau Lombok. Yakni Lombok Sasak Mirah Adhi. Dalam tradisi lisan warga setempat kata sasak dipercaya berasal dari kata "sa'-saq" yang artinya yang satu. Kemudian Lombok berasal dari kata Lomboq yang artinya lurus. Maka jika digabung kata Sa' Saq Lomboq artinya sesuatu yang lurus. banyak juga yang menerjemahkannya sebagai jalan yang lurus.
ada beberapa versi lengkap mengenai makna dan pemngertian sasak menurut ahli, berikut penjelasannya: [3]
Kitab Negarakertagama (Decawanana): Sasak dan Lombok dijelaskan bahwa Lombok Barat disebut Lombok Mirah dan Lombok Timur disebut Sasak Adi. [2a][4]
Dr. C.H. Goris: "Sasak berasal dari bahasa Sansekerta (Sak = pergi dan Saka = asal). Jadi Orang Sasak adalah orang yang meninggalkan negerinya dengan menggunakan rakit sebagai kendaraannya. Orang yang pergi: tersebut dimaksudkan adalah orang Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya silsilahpara bangsawan dan juga hasil sastra digubah dalam bahasa Jawa Madya dan berhuruf Jejawan (huruf sasak) ".
Dr Van Teeuw dan P. De Roo De La Faille: "Sasak berasal dari pengulangan tembasaq (kain putih) yaitu saqsaq sehingga menjadi Sasak dan kerajaan Sasak berada di sebelah barat daya ".
Ditjen Kebudayaan Provinsi Bali: "Di Pujungan Tabanan Bali terdapatsebuah tongtong perunggu yang dikeramatkan bertuliskan "Sasak dana prihan, srih javanira ". Tongtong itu ditulis setelah Anak Wungsu, sekitar abad ke- 12 M.
Dalam babad Sangupati: "Lombok terkenal dengan nama Pulau Meneng (sepi) ".
Steven van der Hagen: "Pada tahun 1603 di Labuan Lombok banyak beras yang murah dan hampir setiap hari dikirim ke Bali sehingga pelabuhan Lombok dipopulerkan menjadi Lombok".
Lombo Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan dari kakawin Nagarakretagama ( Desawarnana ), sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan kepemerintahaan kerajaan Majapahit, gubanan Mpu Prapanca. kata "lombok" dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, "Mirah" berarti permata, "sasak" berarti kenyataan dan "adi" artinya yang baik atau yang utama. Maka Lombok Mirah Sasak Adi berarti kejujuran adalah permata kenyataan yang baik.
Adat
Adat istiadat suku sasak dapat disaksikan pada saat resepsi perkawinan, di mana perempuan apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang perempuan harus dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini yang dikenal dengan sebutan merarik atau pelarian.
Caranya cukup sederhana, gadis pujaan itu tidak perlu memberitahukan kepada kedua orangtuanya. Bila ingin menikah, gadis itu dibawa. Namun jangan lupa aturan, mencuri gadis dan melarikannya biasanya dilakukan dengan membawa beberapa orang kerabat atau teman. Selain sebagai saksi kerabat yang dibawa untuk mencuri gadis itu sekalian sebagai pengiring dalam prosesi itu. Dan gadis itu tidak boleh dibawa langsung ke rumah lelaki, harus dititipkan ke kerabat laki-laki. Tentu menikahi gadis dengan meminta izin kepada orang tuanya (redaq) lebih terhormat daripada mencuri gadis tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, namun proses seperti ini sudah sangat jarang ditemukan karena kebiasaan orang sasak lebih dominan mencurinya supaya tidak terhambat oleh hal-hal yang tidak diinginkan seperti tidak disetujui orang tua gadis atau keterbatasan kemampuan dalam hal materi karena proses "redaq" biasanya menghabiskan biaya yang lebih besar daripada melarikan gadis (merarik) tanpa izin.
Dalam proses pencurian gadis, setelah sehari menginap pihak kerabat laki-laki mengirim utusan ke pihak keluarga perempuan sebagai pemberitahuan bahwa anak gadisnya dicuri dan kini berada di satu tempat tetapi tempat menyembunyikan gadis itu dirahasiakan, tidak boleh diketahui keluarga perempuan. 'Nyelabar', istilah bahasa setempat untuk pemberitahuan itu, dan itu dilakukan oleh kerabat pihak lelaki tetapi orangtua pihak lelaki tidak diperbolehkan ikut.
Rombongan 'nyelabar' terdiri lebih dari 5 orang dan wajib mengenakan berpakaian adat. Rombongan tidak boleh langsung datang kekeluarga perempuan. Rombongan terlebih dahulu meminta izin pada Kliang atau tetua adat setempat, sekadar rasa penghormatan kepada kliang, datang pun ada aturan rombongan tidak diperkenankan masuk ke rumah pihak gadis. Mereka duduk bersila dihalaman depan, satu utusan dari rombongan itu yang nantinya sebagai juru bicara menyampaikan pemberitahuan.
- ^ "Ruang Sejarah: Sejarah Lombok dan Penyebaran Agama Islam Di Beberapa Tempat di Gumi Sasak". Ruang Sejarah. Diakses tanggal 2019-04-19.
- ^ Wacana, H. L.; Suparman, L. G.; Argawa, Nyoman; Astuti, Renggo (1995-01-01). Hikayat Indarjaya. Direktorat Jenderal Kebudayaan.
- ^ "Ruang Sejarah: Sejarah Asal-Usul Nama Sasak Lombok, kamu tahu!". Ruang Sejarah. Diakses tanggal 2019-04-19.
- ^ "Ruang Sejarah: Sejarah Asal-Usul Nama Sasak Lombok, kamu tahu!". Ruang Sejarah. Diakses tanggal 2019-04-19.
- ^ "Ruang Sejarah: Seperti Apa Zaman Sejarah Suku Sasak di Gumi Sasak Lombok?". Ruang Sejarah. Diakses tanggal 2019-04-19.
- ^ "Ruang Sejarah: Menggali Sejarah Suku Sasak di Gumi Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat". Ruang Sejarah. Diakses tanggal 2019-04-19.