Haurgeulis, Indramayu
Haurgeulis adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Haurgeulis | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Indramayu | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Drs.H. Prawoto | ||||
Populasi | |||||
• Total | 88,468 jiwa (sensus penduduk tahun 2.010)[1] jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 32.12.01 | ||||
Kode BPS | 3212010 | ||||
Luas | 56,05 km² | ||||
Kepadatan | 1.661 jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | 10 desa/kelurahan | ||||
|
Kecamatan ini berada di ujung barat wilayah kabupaten Indramayu, berbatasan langsung dengan Kabupaten Subang melalui Sungai Cipunagara, dan juga dilalui jalur kereta api. Haurgeulis juga terkenal sebagai kota akses utama menuju Pondok Pesantren Ma'had Al-Zaytun, yang merupakan ponpes terbesar di Asia Tenggara.
Saat ini, Haurgeulis terbagi menjadi 10 desa. Sebelumnya, kecamatan ini memiliki 16 desa. Namun pada tahun 2002, 6 desa (Baleraja, Bantarwaru, Gantar, Mekarjaya, Sanca dan Situraja) memisahkan diri dan dimekarkan menjadi kecamatan Gantar (berdasarkan ketentuan Perda Kabupaten Indramayu No. 19 tahun 2002 tentang Penataan dan Pembentukan Lembaga Perangkat Daerah Kabupaten Indramayu). Desa-desa yang ada di kecamatan Haurgeulis yaitu Cipancuh, Haurgeulis, Haurkolot, Karangtumaritis, Kertanegara, Mekarjati, Sidadadi, Sukajati, Sumbermulya dan Wanakaya.
Sejarah
Etimologi
Nama Haurgeulis berasal dari gabungan 2 kata dalam bahasa Sunda Kuno, yaitu Haur dan Geulis. Haur berarti bambu, sedangkan geulis berarti cantik. Jadi, nama Haurgeulis mempunyai arti Bambu Cantik atau Pring Ayu dalam bahasa Jawa. Hali ini konon dikarenakan wilayah kecamatan ini pada masa lampau banyak ditumbuhi oleh tumbuhan-tumbuhan bambu yang mempunyai bentuk unik dan mbalaiempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat sekitar.
Cerita dan Legenda
Pada masa perawalan abad ke-16, wilayah Haurgeulis (termasuk Gantar, Anjatan, Sukra, serta sebagian Kandanghaur dan Terisi) termasuk dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang[2]. Sempat terjadi polemik antara penguasa Indramayu dengan penguasa Sumedang mengenai status wilayah ini.
Menurut legenda, penguasa Indramayu (lewat Nyi Endang Dharma) menyiapkan strategi khusus untuk bisa mendapatkan hak kekuasaan wilayah tersebut dari Kerajaan Sumedang Larang. Nyi Endang Dharma (yang konon awalnya adalah seorang lelaki sakti) mengubah wujud aslinya menjadi seorang wanita yang cantik jelita. Kecantikannya membuat penguasa Sumedang saat itu, Pangeran Aria Soeriadiwangsa I dari Ratu Harisbaya (istri kedua Prabu Geusan Ulun Adji Putih), jatuh cinta dan berniat menikahi Nyi Endang Dharma. Prabu Geusan tak mengetahui bahwa wanita cantik tersebut sebenarnya adalah musuhnya. Nyi Endang Dharma pun menerima tawaran dari Pangeran Aria Soeriadiwangsa, tetapi dengan ketentuan Sang Pangeran mau memberikan untuknya wilayah yang kelak akan dijadikan tempat tinggalnya. Tanpa berpikir panjang, Prabu Geusan yang sudah terjebak oleh kelicikan Nyi Endang Dharma, langsung mengabulkan permintaannya demi cintanya.
Namun setelah Prabu Geusan Ulun mengikrarkan janjinya, tiba-tiba ia pun sadar bahwa Nyi Endang yang dicintainya adalah musuh besarnya dari pesisir utara. Semua wilayah yang ia berikan tadipun lenyap dan jatuh ke tangan Indramayu. Wilayah itulah yang kini menjadi daerah Haurgeulis (termasuk Gantar, Anjatan, Sukra, serta sebagian Kandanghaur dan Terisi).lm
Letak Geografis
Kecamatan Haurgeulis secara geografis terletak di ujung Barat Kabupaten Indramayu dan terletak antara 107°51’ - 107°54’ bujur timur dan 6°35’ - 6°39’ lintang selatan dengan luas wilayah 6.083 Ha. Kecamatan ini tidak berada pada Jalur Pantura. Berdasarkan pembentukannya batas administratif batas kecamatan Haurgeulis adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kecamatan Anjatan
- Sebelah Timur : Kecamatan Kroya
- Sebelah Selatan : Kecamatan Gantar
- Sebelah Barat : Kecamatan Compreng dan Cipunagara (Kabupaten Subang)
Berdasarkan keadaan topografi Kecamatan Haurgeulis merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 23 meter dari permukaan laut. Dengan curah hujan pada tahun 2009 adalah 1.345 mm/tahun.
Wilayah kecamatan Haurgeulis sebagian besar adalah area persawahan. Area persawahan terluas terletak di desa Sumbermulya, Cipancuh dan Kertanegara, yang mana sabelah barat dari ketiga desa tersebut adalah hamparan sawah yang membentang hingga ke wilayah perbatasan kabupaten Subang.
Demografi
Kepadatan Penduduk
Jumlah desa di Kecamatan Haurgeulis adalah 10 desa, terdiri dari 91 RW. Sedangkan jumlah rumahtangga ada sebanyak 23.634 rumahtangga tersebar di 250 RT. Desa Sukajati merupakan desa terpadat dengan kepadatan penduduk 7.707 jiwa/km² dan Desa Sidadadi merupakan desa dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu sebesar 526 jiwa/km².
Suku
Kecamatan Haurgeulis merupakan salah satu kecamatan yang memiliki karakteristik / kultur masyarakat yang heterogen. Letak geografisnya yang strategis membawa pengaruh pad a pola hidup keseharian masyarakatnya. Suku Jawa masih merupakan golongan yang dominan di Haurgeulis, diikuti Sunda, Cina, Minang dan Arab. Sebagian besar dari orang-orang Cina, Arab dan Minang adalah orang-orang pendatang dan perantauan yang membuka usaha di Haurgeulis.
Agama yang dianut masyarakat Haurgeulis sebagian besar adalah Islam, yang mencakup 99,12% dari populasi total, diikuti Protestan 0,71%, Katolik 0,08% dan lainnya 0,02%[3].
Bahasa
Bahasa yang digunakan di Haurgeulis sebagian besar adalah bahasa Jawa. Namun, tak semua bahasa Jawa yang ada di Haurgeulis memiliki dialek yang sama. Ada 3 dialek Jawa yang digunakan di Haurgeulis, yakni Bahasa Jawa Indramayu, Bahasa Cirebon dan dialek Tegal. Masyarakat di desa Kertanegara, Karangtumaritis dan Wanakaya sebagian besar menggunakan dialek Cirebonan. Dialek Tegalan biasa dipakai oleh masyarakat di desa Sidadadi, Sumbermulya, blok Cipedang Bunder (desa Mekarjati), Lebak (desa Sukajati) dan sebagian wilayah timur desa Haurgeulis. Sementara dialek Dermayon digunakan oleh penduduk di desa Cipancuh, Mekarjati, Haurgeulis, Sukajati dan sebagian Sumbermulya.
Bahasa Sunda sendiri juga termasuk bahasa yang masih sering digunakan oleh masyarakat sebagai bahasa Ibu. Hal ini normal karena meskipun termasuk dalam wilayah Indramayu (yang kebanyakan dihuni etnis Jawa), Haurgeulis pada awalnya adalah wilayah kekuasaan dari Kerajaan Sumedang Larang. Bahasa Sunda yang digunakan di Haurgeulis umumnya adalah bahasa Sunda kasar. Wilayah yang penduduknya menggunakan bahasa Sunda antara lain desa Haurkolot, Cipancuh (blok Sumur Bandung / Karanganyar), Mekarjati (blok Babakan Jati II, III), Kertanegara (blok 18, 19, 22), Wanakaya (blok Maja) dan Karangtumaritis (blok Karang Sambung).
Sementara sebagian kecil lagi dari masyarakat adalah menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu yang digunakan. Wilayah yang menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari adalah daerah sekitar desa Haurgeulis (blok Pasar dan Babakan Negla) dan Sukajati (blok Masjid Al-Hanan, Warung Jambu dan sebagian Manggungan).
Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Haurgeulis sebagian besar adalah berniaga (berdagang) dan bertani, diikuti sebagai karyawan pertokoan dan instansi serta wiraswasta. Di beberapa desa seperti Karangtumaritis, Kertanegara, dan Wanakaya sebagian besar warga bekerja pada industri rumahan (home industry) yang bergerak di bidang kerajinan dan pengolahan kayu (pembuatan pintu, mebel, kusen-kusen).
Intensitas perdagangan di Haurgeulis merupakan salah satu yang terbesar di Kabupaten Indramayu, bersama Jatibarang, dengan penyebaran perekonomian terletak sepanjang Jalan Jend. Sudirman (arah Haurgeulis - Patrol), Jalan Siliwangi (arah Gantar) dan Jalan Ahmad Yani (jalur Haurgeulis - Cipunagara). Pusat perdangangan berada di Pasar Daerah Haurgeulis, yang mana merupakan pasar tradisional dengan aktivitas non-stop 24 jam.
Galeria
-
Radio Prima FM di Jl. Siliwangi KM 2
-
Kantor camat
-
Papan nama kantor kecamatan
-
Rumah tua di Jl. Basuki Rahmat
Kelurahan/desa
- Cipancuh
- Haurgeulis
- Haurkolot
- Karangtumaritis
- Kertanegara
- Mekarjati
- Sidadadi
- Sukajati
- Sumbermulya
- Wanakaya
Referensi