Sastra berbahasa Jerman

Revisi sejak 11 Juli 2021 10.55 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: +{{Authority control}})

Sastra berbahasa Jerman atau sastra Jerman merupakan karya-karya sastra yang ditulis dalam bahasa Jerman yang berasal dari daerah-daerah yang berbahasa Jerman (meliputi Jerman, Swiss dan Austria) baik pada masa lampau maupun pada masa kini. Yang dimaksud dengan sastra berbahasa Jerman di sini bukan hanya karya-karya puitis saja, melainkan juga karya-karya dari kisah asli lainnya, misalnya karya-karya sejarah, sejarah sastra, atau filsafat. Juga misalnya buku harian atau surat juga dilihat sebagai karya sastra.

Abad Pertengahan Awal (kira-kira 750–1100)

 
Puisi berbahasa Jerman Tinggi Kuno dalam sebuah Kodeks Latin: Puisi tentang zaman akhir Muspilli. Berasal dari abad ke-9.

Sastra Jerman Tinggi Kuno dimulai dengan sumber tertulis teks-teks Jerman Tinggi kuno.[1] Diawali dengan berkuasanya raja Carolus Magnus (768-814) atau raja Karl yang Agung. Zaman Carolus Magnus adalah zaman perubahan spiritual, sekaligus juga zaman perubahan kesusasteraan bangsa Jerman. Raja ini memiliki keinginan untuk menyatukan semua keturunan bangsa Jerman di bawah kekuasaannya dan membimbing mereka ke arah agama Kristen, meningkatkan pengetahuan mereka, mendirikan sekolah biasa, dan sikapnya yang menjunjung tinggi kepribadian bangsa Jerman, yaitu dengan memelopori penggunaan nama-nama bulan dalam bahasa Jerman.

Meskipun lagu-lagu kepahlawanan merupakan ciri dari tradisi lisan (tidak tertulis), beberapa pengarang tak dikenal dari biara Fulda pada abad ke-8 menulis lagu Hildebrand (Hildebrandslied) dalam bahasa Jerman Tinggi kuno. Hildebrandslied adalah peninggalan sastra rakyat Jerman pada zaman itu yang mengisahkan sebagian dari saga Dietrich. Namun sebagai teks tertua sastra berbahasa Jerman adalah Kata-kata Mantra Merseburger yang dikarang oleh seorang biarawan pada awal abad ke-8.

Peninggalan-peninggalan penting kesusastraan Jerman pada abad ke-9 misalnya Doa Wessobrunn, Muspilli (menceritakan tentang akhir zaman), Heliand, dll.

Peninggalan-peninggalan penting sastra Jerman pada abad ke-11 misalnya Ezzolied (sekitar 1065), puisi legenda, misalnya Annolied (sekitar 1077), epos Perjanjian Lama dan Baru (Kejadian, Keluaran, Kehidupan Yesus), penjelasan-penjelasan dogmatis, puisi-puisi eskhatologis dan puisi-puisi Mariologi.

Sastra Jerman mulai pada zaman Carolus Magnus sampai pada awal abad ke-12 dikuasai oleh kaum Gereja (Geistlichdichtung).

Abad Pertengahan Tinggi (kira-kira 1100–1250)

Kesusastraan terutama yang dikembangkan oleh kalangan bangsawan, yaitu kasta ksatria, (Ritter), yang disebut Ritterlichedichtung.

Secara keseluruhan, ada empat sebab mengapa kesusastraan Jerman pada masa ini berkembang hingga mencapai puncaknya, yaitu sebagai berikut:

1. Perang salib, memperluas pandangan dan pengetahuan bangsa Eropa dalam berbagai bidang.

2. Dinasti Hohensraufen, yang cemerlang ketika menduduki takhta mulai dari 1138 hingga 1254, melindungi dan memajukan seni sastra dengan berbagai cara dan usaha.

3. Kasta ksatria (bangsawan), yang sedang memuncak menggarap seni sastra dan menjadi teladan dalam kesusilaan.

4. Seperti telah dikemukakan, para bangsawan Jerman mengambil teladan dari orang Prancis yang mereka kenal selama Perang Salib dan yang ternyata paling menonjol di antara semua bangsa peserta Perang Salib dalam hal keksatriaan dan kesopanan.

Karya-karya penting pada zaman ini adalah antara lain: Annolied (pujian terhadap santo Anno uskup besar Collogne/Köln), Kaiserkronik (buku tentang kaisar dan raja-raja, yang terdiri dari 17.000 ayat), Alexandried, karya pendeta Lamprecht tentang Alexander Yang Agung, Rolandslied.

Volksepos (epos kerakyatan) Jerman terbesar adalah Das Nibelungenlied (judul aslinya Der belunge Not atau der Nibelinge. Isinya dapat dibagi menjadi dua: (1) gugurnya Siegfried dan 2) pembalasan Kriemhilde.

Kunstepos (epos buatan), yang juga disebut ritterliches atau höfisches Epos, mengambil bahan-bahannya dari sumber asing terutama Prancis, dan dapat dibagi menjadi jenis-jenis antara lain: 1. Saga Inggris (tentang raja Arthur), 2. Saga Spanyol tentang Mangkuk suci (Heiliger Gral).

Penyair-penyair epos yang terpenting adalah sebagai berikut:

1. HEINRICH VON VELDEKE (VELDEKIN),

Heinrich von Veldeke (Veldekin), yang berasal dari sekitar kota Maastricht (Belanda).

2. HARTMANN VON AUE

Hartmann von Aue, yang berasal dari daerah barat daya Jerman (Schwaben), mendapat pendidikan tinggi tidak seperti rekan-rekan sezamannya.

3. WOLFRAM VON ESCHENBACH

Wolfram von Eschenbach adalah seorang ksatria bangsa Franken yang miskin dan tinggal bersama anak-isterinya di Wildenberg (sekarang Wahlenberg) dekat Eschenbach. la menjelajahi sebagian besar wilayah Jerman dan tiba di istana Hermann von Thuringen. la kemudian lama tinggal di sana dan bertemu dengan Walther von der Vogelheide. Pada 1217 ia kembali ke kampung halamannya dan meninggal pada 1220. la melampaui semua rekan sezamannya dalam hal ketertiban, kealiman dan kemurnian pikiran.

Abad Pertengahan Akhir (kira-kira 1250–1500)

Pada masa ini terdapat penemuan yang sangat revolusioner, yaitu ditemukannya mesin cetak dengan huruf-huruf yang dapat digerakkan (seperti mesin ketik). Akhirnya perkamen sebagai bahan untuk menulis dapat digantikan dengan kertas yang tentunya dengan harga yang jauh lebih murah. Di akhir masa ini terbit karya dari Johannes von Tepls dengan judul "Der Ackermann aus Böhmen".

Abad Baru Awal (Humanisme dan Reformasi) (kira-kira 1450–1600)

Dari Italia Humanisme menyebar di Jerman, yang merupakan pola pikir Renaissance. Sebuah pergantian pola pikir terjadi waktu itu. Tokoh Humanisme yang terkenal adalah Erasmus von Rotterdam dan Johannes Reuchlin. Namun mereka menulis dalam bahasa Latin, sehingga oleh karena kendala bahasa, maka peran mereka berdua di luar dari dunia akademis sangatlah sedikit. Lain daripada itu, Ulrich von Hutten (1488–1523) dengan puisi-puisi pemberontakannya, atau Sebastian Brant (1458–1521), yang telah menulis „Narrenschiff“ dalam bahasa Jerman, yang memiliki pengaruh nyata di luar dunia akademis.

Gerakan yang paling berhasil pada waktu itu adalah gerakan reformasi yang dipimpin oleh Martin Luther (1483–1546). Luther menyebarkan ide-idenya tentang reformasi dalam bahasa Jerman. Hasil yang sangat memuaskan dalam pasar buku Jerman pada abad ke-16 adalah terbitnya terjemahan Alkitab versi Luther atau biasa disebut dengan Lutherbibel pada tahun 1522 dan 1534. Terjemahan Alkitab versi Luther ini sangat mempengaruhi penyebaran bahasa Jerman yang digunakan sampai saat ini.

Bentuk Sastra Jerman masa kini

Bentuk sastra yang dapat dijumpai pada sastra Jerman saat ini beserta dengan para pengarangnya misalnya:

Pustaka

Sejarah Sastra Jerman (dalam satu jilid)

  • Beutin, Wolfgang u. a.: Deutsche Literaturgeschichte: von den Anfängen bis zur Gegenwart. Metzler, Stuttgart 1979 (7., edisi revisi 2008)ISBN 3-476-02247-1.
  • Peter J. Brenner: Neue deutsche Literaturgeschichte: vom „Ackermann“ zu Günter Grass. Niemeyer, Tübingen 1996, (2., edisi diaktualisasi 2004) ISBN 3-484-10736-7.
  • Gerhard Fricke u. a.: Geschichte der deutschen Literatur. 20. Auflage. Schöningh, Paderborn 1988.
  • Claus Gigl: Deutsche Literaturgeschichte: Abitur-Wissen. Stark, Freising 1999.
  • Hilmar Grundmann: Deutsche Literaturgeschichte für Lehrer. Heinz, Stuttgart 2001. (Stuttgarter Arbeiten zur Germanistik; 394)
  • Heinrich Haerkötter: Deutsche Literaturgeschichte. 62., aktualisierte Auflage, Winkler, Darmstadt 2002.
  • Fritz Martini: Deutsche Literaturgeschichte. Von den Anfängen bis zur Gegenwart. 19., edisi revisi. Kröner, Stuttgart 1991, ISBN 3-520-19619-0 (edisi lisensi KOMET-Verlag, Köln 2003, ISBN 3-89836-381-3). Karya standar.
  • Helmut Nürnberger: Geschichte der deutschen Literatur. 25., edisi revisi. Bayerischer Schulbuch-Verlag, München 2006.
  • Hans Gerd Rötzer: Geschichte der deutschen Literatur: Epochen, Autoren, Werke. 2., edisi revisi dan diperluas. Buchner, Bamberg 2000.
  • Kurt Rothmann: Kleine Geschichte der deutschen Literatur. Edisi ke-17. Reclam, Stuttgart 2001.
  • Viktor Žmegač (Hrsg.): Kleine Geschichte der deutschen Literatur. Von den Anfängen bis zur Gegenwart. Marix, Wiesbaden 2004, ISBN 3-937715-24-X.

Sejarah Sastra Jerman (dalam beberapa jilid)

Geschichte der deutschen Literatur von den Anfängen bis zur Gegenwart. Begründet von Helmut de Boor und Richard Newald. Beck, München 1971- (direncanakan 12 jilid)

  • Jilid 1: Die deutsche Literatur von Karl dem Großen bis zum Beginn der höfischen Dichtung: 770-1170. 9. Aufl. bearbeitet von Herbert Kolb. Back, München 1979, ISBN 3-406-06088-9.
  • Jilid 2: Die höfische Literatur: Vorbereitung, Blüte, Ausklang; 1170-1250. 11. Aufl. bearbeitet von Ursula Hennig. Beck, München 1991, ISBN 3-406-35132-8.
  • Jilid 3: Die deutsche Literatur im späten Mittelalter.
    • Bagian 1: Zerfall und Neubeginn: 1250-1350. 5., neubearbeitete Auflage, neubearbeitet von Johannes Janota. Beck, München 1997, ISBN 3-406-40378-6.
    • Bagian 2: Reimpaargedichte, Drama, Prosa. Herausgegeben von Ingeborg Glier. Beck, München 1987, ISBN 3-406-00713-9.
  • Jilid 4: Die deutsche Literatur vom späten Mittelalter bis zum Barock.
    • Bagian 1: Das ausgehende Mittelalter, Humanismus und Renaissance: 1370-1520, 2. Aufl. Neubearb. von Hedwig Heger, Beck, München 1994, ISBN 3-406-37898-6.
    • Bagian 2: Das Zeitalter der Reformation: 1520-1570. Bearbeitet von Hans Rupprich. Beck, München 1973, ISBN 3-406-00717-1.
  • Jilid 5: Die deutsche Literatur vom Späthumanismus zur Empfindsamkeit: 1570–1750. Unveränderter Nachdruck der 6., verbesserten Auflage. Mit einem bibliographischen Anhang. Beck, München 1975, ISBN 3-406-00721-X.
  • Jilid 6: Von Klopstock bis zu Goethes Tod.
    • Bagian 1: Aufklärung, Sturm und Drang, frühe Klassik: 1740-1789. Von Sven Aage Jørgensen; Klaus Bohnen; Per Øhrgaard. Beck, München 1990, ISBN 3-406-34573-5. (Sonderausgabe 1999. Früher unter dem Titel: Richard Newald: Ende der Aufklärung und Vorbereitung der Klassik. Später auch unter dem Titel: Sven AgeJørgensen: Aufklärung, Sturm und Drang, Frühe Klassik.)
  • Jilid 7: Die deutsche Literatur zwischen Französischer Revolution und Restauration.
    • Bagian 1: Das Zeitalter der Französischen Revolution: 1789-1806. 2., neubearbeitete Auflage, bearbeitet von Gerhard Schulz. Beck, München 2000, ISBN 3-406-46700-8.
    • Bagian 2: Das Zeitalter der Napoleonischen Kriege und der Restauration: 1806-1830. Bearbeitet von Gerhard Schulz. Beck, München 1989, ISBN 3-406-09399-X.
  • Jilid 9: Geschichte der deutschsprachigen Literatur.
    • Bagian 1: 1870-1900: von der Reichsgründung bis zur Jahrhundertwende. Bearbeitet von Peter Sprengel. Beck, München 1998, ISBN 3-406-44104-1.
    • Bagian 2: 1900-1918: von der Jahrhundertwende bis zum Ende des Ersten Weltkriegs. Bearbeitet von Peter Sprengel. Beck, München 2004, ISBN 3-406-52178-9.
  • Jilid 12: Geschichte der deutschen Literatur von 1945 bis zur Gegenwart. Herausgegeben von Wilfried Barner. Beck, München 1994, ISBN 3-406-38660-1.

Sejarah Sastra Jerman dengan teks-teks primer

  • Die deutsche Literatur. Ein Abriss in Text und Darstellung. Reclam, Stuttgart 2000, ISBN 3-15-030022-3 (Insgesamt 17, auch einzeln erhältliche Bände zu verschiedenen Epochen).

Buku-buku lainnya

  • Gunter E. Grimm, Frank Rainer Max (Hrsg.): Leben und Werk deutschsprachiger Autoren vom Mittelalter bis zur Gegenwart. Reclam 1993. ISBN 3-15-010388-6.
    (Auch in Einzelausgaben zu verschiedenen Epochen erhältlich.)
  • Kürschners Deutscher Literatur-Kalender 2 Teilbde., Saur Verlag: München (65. Jahrgang) 2006/07 ISBN 3-598-23591-7. Mit biographischen Daten, Adresse, Mitgliedschaften und literarischen Preise von 12.011 lebenden Verfasserinnen und Verfassern schöngeistiger Literatur in deutscher Sprache sowie 165.000 Veröffentlichungen.
  • Horst Dieter Schlosser: dtv-Atlas Deutsche Literatur. Illustriert von Uwe Goede. dtv 3219, München 2002, ISBN 978-3-423-03219-3.
  • Wulf Segebrecht: Was sollen Germanisten lesen? Ein Vorschlag. 3., neu bearbeitete und erweiterte Auflage, Schmidt, Berlin 2006, ISBN 978-3-503-09806-4.

Referensi

  1. ^ Vgl. Gert Hübner: Ältere deutsche Literatur. Eine Einführung. A. Francke Verlag, Tübingen und Basel, 2006 S.40.

Pranala luar