Putabangun, Bontoharu, Kepulauan Selayar

kelurahan di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan

Putabangun adalah kelurahan yang berada di kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Indonesia.

Putabangun
ProvinsiSulawesi Selatan
KebupatenKepulauan Selayar
KecamatanBontoharu
Pemerintahan
 • Lurah-
 • Seklur-
Luas
 • Total28,81 km2 (11,12 sq mi)
Populasi
 (2010 [1])
 • Total1.539
 • Kepadatan53/km2 (140/sq mi)
Zona waktuUTC+8 (WITA)
Kode pos
92811
Lingkungan-
RW-
RT-

Sejarah

Putabangun dahulu adalah ibu kota Kerajaan Selayar, dan sekaligus kerajaan pertama yang berdiri di Selayar. Dalam silsilah raja Putabangun yang terdapat atau tertulis di "lontara jangangjangang" / lontara Putabangun yang berjumlah 252 halaman ditulis pada tahun 1797 masehi, dikatakan bahwa raja pertama Putabangun adalah Tenri Dio dengan nama lengkap We Tenri Dio Batari Bissu Punna LipuE ri Mallimongeng Datu ri Silaja PunnaE Langkana Manurung ri Sabanglowa, seorang wanita anak kedua putri dari Sawerigading, Pengangkatan Tenri Dio diawali dengan adanya restu dari Dewata, ditandai dengan munculnya "Passapu Dendang Ri Langi' Kasa Malluluang Anging" yang berarti Bendera yang berkibar menantang arah angin tanpa tiang penyangga. Bendera tersebut berjumlah empat belas lembar, satu diantaranya bergambar macan dan menjadi bendera kerajaan Putabangun, sedangkan tigabelas lainnya adalah pertanda bahwa dibelakang akan muncul tiga belas kerajaan lainnya di Selayar. Wilayah kekuasaan Tenri Dio mulai dari Balang Pong sampai ke Tanamalala. Nama-nama Gallarangnya (Sistem Pemerintahan yang ada dibawahnya) antara lain :

1.    Gallarang Tanete, bernama Pa'beso'

2.    Gallarang Balla Bulo, bernama Pattara

3.    Gallarang Batangmata, bernama Suleman

4.    Gallarang Buki', bernama Ake'

5.    Gallarang Bonea (Kadieng I Lau), bernama Dulang

6.    Gallarang Mare-Mare (Kadieng Iraya), bernama Kappara

7.    Gallarang Opa-Opa, bernama Mappatantang

8.    Gallarang Laiolo, bernama Muka

9.    Gallarang Boto Borusu, bernama Poto'

10.  Gallarang Onto bernama Tarolle

11.  Gallarang Barang-Barang bernama I Bau

12.  Gallarang Gantarang, bernama Role'

13.  Gallarang Bontobangun, bernama Juma Daeng Maruttung

Dari ke 13 sistem pemerintahan inilah maka muncullah kerajaan kecil dari Tanete sampai Barang-barang. Selain memuat tentang sistem pemerintahan Lontara Putabangun juga memuat tentang mas kawin anak perempuan Lalaki Putabangun yaitu sembilan puluh kati, sembilan puluh tai', sembilah puluh kerbau, sembilan puluh kepala (hamba), dan seratus nane'.

Tenri Dio mempunyai gaukang (lambang kerajaan) Gong Nekara atau gong besar, masyarakat sekitar menyebutnya Opu Gelemoni (raja tetapi tak bicara) dan bendera bergambar macan yang letak kerajaannya di Laikang.Jika Opu/raja ingin mengumpulkan rakyatnya maka ditabuhlah gong nekara tersebut dengan 3 kali tabuhan, tabuhan pertama rakyat bersiap-siap untuk berangkat ke istana, tabuhan kedua rakyat sedang dalam perjalanan dan tabuhan ketiga ketika rakyat telah tiba dan berkumpul di istana.

Setelah Tenri Dio (Opu pertama Putabangun) wafat beliau dimakamkan di daerah Bontobonto, sepeninggalannya gong besar ini menjadi gaukang kerajaan Putabangun turun temurun, gong ini sempat disembunyikan atau ditanam di daerah Papanglohea atas perintah Opu Putabangun ketika Selayar diserang oleh kerajaan Maluku, Gong Nekara(gaukang) yang ditanam tersebut kemudian ditemukan tanpa sengaja kembali oleh seorang petani yang bernama Pao Dg.Mappau cangkulnya mengenai satu katak dari gong tersebut hingga patah, Opu terakhir Putabangun adalah Sumahe Dg. Mappasang dengan masa terakhir pemerintahan tahun 1869, Dua tahun kemudian Putabangun bergabung dengan Bontobangun saat itu Bontobangun dibawah kekuasaan Opu Umara Dg. Macora, Gong Nekara simbol kerajaan Putabangun tersebut kemudian dipindahkan ke kerajaan Bontobangun di Mattalalang. Namun bukan sebagai gaukang Bontobangun karena Bontobangun punya gaukang sendiri yaitu Lato' dan Sonri'.

Silsilah Opu Kerajaan Putabangun :

1.    Tenri Dio (perkiraan awal abad ke sepuluh masehi)

2.    Lalaki kedua (unknown)

3.    Lalaki ketiga anak dari Mallangiki anak dari Tenri Dio

4.    Lalaki keempat Tutinrowa Ri Zikkirina anak dari Murrang Dg. Mannuruki anak dari Tenri Dio

5.    Lalaki kelima Dg.Mattata Tutinrowa Ri Parentana anak dari Tutinrowa Ri Zikkirina

6.    Lalaki keenam Dg. Mamuji anak dari Lalaki ketiga

7.    Lalaki ketujuh Dg. Pabeta anak dari Dg. Mamuji

8.    Lalaki kedelapan Dg. Mangemba Tutinrowa Ri Liana anak dari Dg. Mattata Tutinrowa Ri Parentana

9.    Lalaki kesembilan (unknown)

10.  Lalaki kesepuluh Dg. Ngiraja Tutinrowa Ri Puasana anak dari Dg. Mangemba Tutinrowa Ri Liana

11.  Lalaki kesebelas Dg. Masarro Tutinrowa Ri Sombala'na anak dari Dg. Ngiraja Tutinrowa Ri Puasana

12.  Lalaki keduabelas Binongko Dg. Ngiraja Tutinrowa Ri Bulupaa anak dari Dg. Masarro Tutinrowa Ri Sombala'na

13.  Lalaki ketigabelas Launru Dg. Marutung Tutinrowa Ri Gaukanna anak dari Binongko Dg. Ngiraja Tutinrowa Ri Bulupaa

14.  Lalaki keempatbelas Andi Toto Dg. Mamuji (1834-1849) anak dari Launru Dg. Marutung Tutinrowa Ri Gaukanna

15.  Lalaki kelimabelas Sumahe Dg. Mappasang (1849-1869) anak dari Dg. Rilangi anak dari Dg. Pabeta (Lalaki ketujuh) . Pada tahun 1871 kerajaan Putabangun dialihkan ke Bontobangun.

Masuknya islam di pemerintahan Putabangun saat Dg. Mangemba Tutinrowa Ri Liana sebagai Lalaki kedelapan, sedangkan Hindia Belanda menginjakkan kaki di Putabangun pada saat Lalaki kesebelas Tutinrowa Ri Sombala’na yaitu Dg. Masarro

Referensi

  1. ^ "Kepulauan Selayar Dalam Angka 2010". Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar. ISSN 0215-2290. Diakses tanggal 26 nov 2011. 

Pranala luar