Unjuk rasa Bolivia 2019

Krisis politik mengenai perselisihan hasil Pemilu 2019 di Bolivia
Revisi sejak 16 November 2019 01.11 oleh 140.213.38.127 (bicara) (Aksi tandingan: Fix source)

Krisis politik pasca-Pemilu Bolivia 2019, yang juga dikenal sebagai Unjuk rasa Bolivia 2019 atau Revolusi Bolivia 2019 dan dikenal dalam Bahasa Spanyol sebagai Primavera Boliviana (Musim Semi Bolivia) dan Primero la Democracia adalah serangkaian aksi demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi di Bolivia sejak tanggal 21 Oktober 2019 menentang pemerintahan Evo Morales yang berkuasa selama hampir 14 tahun.

Krisis pasca-pemilu Bolivia 2019
Pengunjuk rasa berhadapan dengan polisi anti huru-hara pada malam hari
TanggalPra-pengunduran diri Morales
21 Oktober – 10 November 2019
(5 tahun, 2 bulan, 2 minggu dan 4 hari)
Pasca-pengunduran diri Morales
11 November 2019 – sekarang
(5 tahun, 1 bulan dan 3 minggu0 hari)
Lokasi Bolivia
Sebab
  • Penghentian perhitungan suara Hasil Pemilihan Umum putaran pertama (TREP) selama 24 jam oleh Organisasi Pemilu Plurinasional
  • Tuduhan kecurangan pemilu di berbagai wilayah di Bolivia
  • Deklarasi Evo Morales sebagai presiden Bolivia yang terpilih kembali, ketika suara belum sepenuhnya dihitung
Tujuan
  • Pemilu ulang
  • Peninjauan kembali perhitungan suara dengan pengawasan lembaga internasional
  • Pengunduran diri Presiden Evo Morales
MetodeUnjuk rasa, kerusuhan, perlawanan sipil, mogok massal
Hasil
  • Evo Morales mundur sebagai presiden Bolivia [1]
  • Jeanine Áñez dilantik jadi Presiden Bolivia
Pihak terlibat

Pemerintahan Evo Morales

  • Polisi Nasional Bolivia (sebelum 10 November 2019)
  • Pengunjuk rasa pro-Morales
  • Angkatan Bersenjata Bolivia (sebelum 10 November 2019)

Oposisi

  • Koalisi Komunitas Sipil
  • Partai Demokratik Kristen
  • Pengunjuk rasa anti-Morales
  • Polisi Nasional Bolivia (sejak 10 November 2019)
  • Angkatan Bersenjata Bolivia (sejak 10 November 2019)
Tokoh utama
Jumlah korban
Korban jiwa10 orang (per 13 November 2019)
Terluka508 orang
Tertawan460 orang

Sebagai reaksi atas adanya kecurangan pemilu dalam Pemilihan umum 2019, aksi unjuk rasa dan kerusuhan terjadi di Bolivia. Dugaan kecurangan itu dipicu oleh penghentian secara mendadak penghitungan suara pemilu putaran pertama, di mana petahana Evo Morales sebelumnya memimpin dengan margin dibawah 10%. Margin yang cukup besar (10%) diperlukan untuk menang sebagai presiden terpilih, dan hasil selanjutnya dari hitungan resmi, dimenangkan oleh Morales dengan selisih suara lebih dari 10 persen.[2]

Para pengamat internasional menyatakan keprihatinannya atas dihentikannya perhitungan suara selama satu hari yang diikuti oleh lonjakan suara Morales ketika penghitungan suara dilanjutkan. Morales membantah tuduhan itu dan mengundang pemerintah asing untuk mengaudit proses pemilihan. Morales berjanji untuk mengadakan Pemilu putaran kedua jika ditemukan kecurangan. Pihak oposisi Carlos Mesa, menyerukan agar aksi unjuk rasa berlanjut hingga pemilu putaran kedua diadakan, dan akan mengajukan bukti bahwa kecurangan pemilu terjadi. Ketika banyak demonstrasi berjalan damai, kerusuhan telah meletus, sebagian besar terjadi pada malam hari.

Polisi dan tentara menuntut pengunduran diri Evo Morales pada 10 November, yang ia lakukan tak lama kemudian. Hal ini disebut kudeta militer oleh para pendukung Morales serta beberapa pemimpin negara Amerika Latin.[3][4]

Latar Belakang

Perubahan batas masa jabatan presiden

 
Hasil referendum Konstitusi 2016, dimana warna merah menunjukkan pemilih menentang perubahan Konstitusi, sedangkan warna hijau mendukung perubahan Konstitusi

Pasal 168 Konstitusi Bolivia 2009 memungkinkan Presiden dan Wakil Presiden untuk terpilih kembali hanya sekali, membatasi masa jabatan maksimal dua kali. Partai yang berkuasa, Gerakan untuk Sosialisme (MAS) mensponsori upaya untuk mengubah pasal ini. Upaya tersebut disahkan pada sesi bersama rapat Majelis Legislatif Plurinasional pada tanggal 26 September 2015, dengan suara 112 yang mendukung berbanding 41 anggota yang menentang.[5][6] Undang-Undang Nomor 757, yang menyelenggarakan referendum pada Februari 2016, mendapat dukungan 113 suara berbanding 43 suara menentang dan berlaku pada 5 November 2015.[7]

Referendum diadakan pada 21 Februari 2016 dan amandemen yang diusulkan ditolak oleh 51,3% berbanding 48,7% yang setuju. Jika kelompok "ya" yang lebih banyak akan memungkinkan Presiden Evo Morales dan Wakil Presiden Álvaro García Linera mencalonkan diri untuk masa jabatan berikutnya pada tahun 2019. Morales telah terpilih tiga kali. Pertama kali, pada tahun 2006, tidak dihitung, seperti sebelum batas dua kali masa jabatan diperkenalkan di UUD Bolivia 2009.[7]

Terlepas dari hasil referendum tersebut, Mahkamah Agung merujuk pada Pasal 23 dari Konvensi Amerika tentang Hak Asasi Manusia memutuskan pada bulan Desember 2017 bahwa semua pejabat publik tidak akan memiliki batasan masa jabatan sekalipun apa yang telah ditetapkan dalam konstitusi, sehingga memungkinkan Morales untuk menjalani masa jabatan keempat.[8]

Pemilihan umum 2019

Pada 20 Oktober 2019, putaran pertama pemungutan suara untuk semua posisi pemerintahan diadakan. Majelis Pemilihan Agung merilis dua set penghitungan tak lama setelah pemungutan suara ditutup. Pertama adalah exit poll yang memverifikasi 95,6% suara yang menunjukkan petahana Evo Morales memiliki 9,33% lebih besar dari pihak oposisi, Carlos Mesa. Selisih suara kurang dari 10% mengindikasikan bahwa pemilu harus dilanjutkan ke putaran kedua. Hitungan lengkap kemudian muncul sebagai hasil sementara di situs web secara real-time. Dengan angka surat suara yang masuk mencapai 83,8%, situs web itu menunjukkan Morales unggul 45,3% dan Mesa 38,2%; Hal ini juga mencerminkan keunggulan kurang dari 10%. Namun, tidak ada pembaruan lebih lanjut untuk hasil awal yang dilakukan setelah pukul 19.40 waktu setempat. Otoritas pemilu Bolivia menjelaskan bahwa hasil pada penghitungan sementara dihentikan karena hasil resmi mulai dirilis; namun demikian, tidak ada hasil resmi yang diterbitkan dini hari.[9]

Pada pukul 21.25 malam waktu setempat, ketika penghitungan suara masih berlangsung, Presiden Morales menyatakan dirinya pemenang pemilu, dengan menyatakan bahwa sementara dia akan menunggu hasil akhir. Suara yang lebih besar dari daerah pedesaan akan menjamin kemenangannya; tetapi dia tidak menyebutkan kemungkinan lanjut di putaran kedua.[10][11] Sebagian besar suara yang tersisa, dari daerah pedesaan yang terpencil, diduga cenderung mendukung Morales, meskipun Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) merekomendasikan putaran kedua diadakan bahkan jika jarak suara antara Morales dan para penantangnya melebihi 10%.[12]

Pada tanggal 21 Oktober 2019, konferensi pers dari Organisasi Pemilu Plurinasional diadakan, dimana organisasi itu mempublikasikan data penghitungan cepat dari sistem Transmisión de Resultados Electorales Preliminares (TREP, "Transmisi Hasil Pemilihan Umum Awal"), diterbitkan pada 19.30 waktu setempat, hampir sehari setelah perhitungan sebelumnya dihentikan,[13] menunjukkan dengan suara yang masuk mencapai 95,30%, Morales memperoleh 46,86% suara dibandingkan 36,72% dari Carlos Mesa, melampaui batas minimal 10% yang diperlukan untuk menghindari putaran kedua.

Pada tanggal 6 November, pihak oposisi Bolivia menerbitkan laporan sebanyak 190 halaman yang berisi tuduhan kecurangan, termasuk penyimpangan seperti penambahan tindakan petugas pemilihan, penyimpangan data pemilih dan tindak kecurangan di mana partai yang berkuasa memperoleh lebih banyak suara daripada pemilih terdaftar, dan mengirimkannya ke organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa.[14]

Demonstrasi

21 Oktober

 
Seorang pria menemukan kertas surat suara di jalanan kota La Paz
Berkas:Bolivia protests of 2019.png
Pengunjuk rasa menurunkan patung Hugo Chávez, sekutu dekat Morales

Pada pagi hari tanggal 21 Oktober, di desa Sopocachi dan Miraflores, La Paz, surat suara yang ditandai mendukung Partai MAS serta materi pemilihan ditemukan di tangan orang-orang yang bukan pejabat Pengadilan Pemilihan; video yang beredar di media sosial menunjukkan polisi mengerahkan gas air mata terhadap penduduk di desa perumahan tersebut dan melindungi materi pemilihan umum dan juga para tersangka.[15] Akibatnya, Dewan Keluarga Distrik meminta penangguhan kelas di sekolah-sekolah di pusat kota Sucre.[16]

Aksi unjuk rasa di Sucre berlangsung ricuh, dan kericuhannya meluas sampai-sampai terjadi kebakaran di rumah kampanye MAS serta Gedung Federasi Pekerja Tunggal Chuquisaca (Futpoch) diserang oleh demonstran.[17] Kemudian para anggota polisi wanita Anssclapol melakukan aksi damai di Lapangan 25 de Mayo. Pemimpin demonstran, Cecilia Calani, yang mengenakan sapu tangan putih, menuntut agar presiden menghormati suara rakyat.[18]

Para pengunjuk rasa membakar gedung pemilihan dan kotak surat suara di kota Sucre dan Tarija.[19] Di Potosí, aksi unjuk rasa COMCIPO berakhir dimana pengadilan pemilihan di wilayah tersebut dibakar dan massa merusak rumah-rumah yang ada di dekatnya.[20] Api unggun yang dinyalakan oleh mahasiswa, pendukung Carlos Mesa dan para aktivis ditempatkan di pusat penghitungan suara lainnya seperti di Hotel Presidente, Hotel Real, serta Hotel Campo Ferial de Cochabamba. Polisi dari Sucre dikirim ke Potosi untuk memperkuat keamanan dan menghindari kemungkinan gangguan di depan warga di gerbang Pengadilan Pemilihan Departemen (TED), yang mengecam ketidakberesan dalam penghitungan surat suara dan jajak pendapat.[21]

Di Hotel Real terjadi bentrokan antara penentang dan pendukung Morales dengan polisi; kelompok oposisi diserang dengan gas air mata oleh polisi.[22] Beberapa diantaranya mengalami luka-luka, termasuk rektor Universitas Tinggi San Andres (UMSA), Waldo Albarracín, yang dibawa ke rumah sakit UMSA.[23][24][25] Akibatnya, pusat komputasi di Hotel Presidente menangguhkan penghitungan suara karena aksi protes yang terjadi di tempat tersebut.[26]

22 Oktober

Pada 22 Oktober dini hari, kepala patung Hugo Chávez ditemukan di pintu rumah Walikota Riberalta, Omar Núñez Vela Rodríguez, setelah patung itu digulingkan dan dihancurkan oleh para pengunjuk rasa.[27][28] Di Cochabamba, setelah terjadinya kekerasan di Alalay Fairgrounds (FEICOBOL), yang terjadi antara mahasiswa dan polisi pada 21 Oktober, 37 mahasiswa dari Universiitas Mayor de San Simón (UMSS) berunjuk rasa di Lapangan Sucre menolak dugaan kecurangan pemilu pada siang hari. Akibatnya polisi turun tangan dengan menembakkan gas air mata.[29][30]

Pemimpin organisasi Ponchos Rojos, Epifanio Ramón Morales, mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan aksi untuk mendukung Morales, mereka tidak mengesampingkan termasuk memblokir jalan dan membentuk pagar di La Paz, dan memperingatkan bahwa mereka akan menanggapi serangan dari kelompok anti-pemerintah dengan chicotes (cambuk) dan senjata.[31]

23 Oktober

Pada siang hari, para pemimpin Federasi Universitas Lokal (FUL) dan mahasiswa menyerang fasilitas Komite Sipil Tarija, karena dugaan kedekatan politik mereka dengan partai MAS yang berkuasa di Bolivia.[32]

Di Chuquisaca, Santa Cruz, Tarija, Beni dan Cochabamba, hari pertama mogok massal terjadi. Kathia Antequera mengajukan keluhan resmi dengan Pasukan Khusus untuk Melawan Kejahatan (FELCC) Santa Cruz tentang hilangnya Pemimpin Partai 21F Eduardo Gutiérrez.[33]

Kandidat presiden dari Partai Gerakan Sistem Ketiga (MTS), dan mantan Menteri Pendidikan, Félix Patzi, juga menentang fakta bahwa suara untuk partainya diberikan kepada MAS di provinsi Larecaja, Caranavi dan Palos Blancos.[34]

24 Oktober

 
Gedung Pengadilan Pemilu Santa Cruz sebelum dan sesudah dibakar massa

Pengadilan Pemilihan Umum Departemen Chuquisaca mengumumkan bahwa penghitungan suara dilakukan di kota Zudañez, karena fasilitasnya di kota Sucre terbakar akibat ulah demonstran. Penghitungan dilakukan di ruang pertemuan Perusahaan Produksi Kaca Wadah Umum Bolivia.[35] Sebaliknya, Pengadilan Pemilu Potosí mengakhiri penghitungan suara ulang di kota Llallagua, tanpa memberi tahu perwakilan partai politik oposisi.[36] Hasil menunjukkan bahwa di kota Zudañez dan Llallagua partai pemerintah (MAS) berhasil mendapatkan lebih dari dua pertiga suara dari Partai oposisi.[37]

Beberapa warga Bolivia yang tinggal di Madrid, Milan dan Berlin berdemonstrasi, menuntut Pemilu putaran kedua antar kandidat calon presiden.[38]

Pada pukul 19:00 waktu setempat, Organisasi Pemilihan Plurinasional mengeluarkan hasil penghitungan suara di Bolivia dan di luar negeri (hasil 'Mundo') yang sudah dihitung 99,99%, dengan Morales menang lebih dari 40% dengan memimpin 10,56% atas kandidat lainnya, sebagai hasil sementara.[39]

25 Oktober

Pada Jumat 25 Oktober, ketika hasilnya diumumkan secara resmi dengan Evo Morales sebagai pemenang pilpres, beberapa negara di Amerika Latin, serta Amerika Serikat dan Uni Eropa, meminta kedua kandidat untuk ikut putaran kedua.[40]

Pada hari Kamis hingga Jumat, para pengunjuk rasa memenuhi jalanan ibukota, meneriakkan slogan bahwa Bolivia "bukan Kuba atau Venezuela" dan meminta Evo Morales menghormati pilihan rakyat.[41]

26 Oktober

Demonstrasi kembali terjadi di berbagai daerah. Di Cochabamba, Santa Cruz, dan La Paz, jalan-jalan kembali dihadang massa di pagi hari, dan warga bergegas ke pusat pembelanjaan untuk membeli bahan makanan. Mahasiswa terpaksa diliburkan dari aktivitas perkuliahan di Oburo.[42]

Sekelompok pengemudi transportasi gratis, yang dilengkapi dengan tongkat dan batu, pergi dari pusat Cochabamba ke arah selatan dari kota tersebut, untuk membuka pemblokiran atas jalan raya di pusat perkotaan. Menurut laporan resmi, polisi melakukan mobilisasi untuk menghindari konfrontasi dan vandalisme. Menurut siapa yang merekam video yang difilmkan oleh penduduk di daerah itu, polisi hanya mengawal kelompok bersenjata. Mereka juga melaporkan bahwa perusuh merusak kaca depan mobil saat perjalanan.[43]

27 Oktober

Anggota Federasi Petani Coca Mamore-Bulo Bulo memblokir jalan utama dari Cochabamba ke Santa Cruz, di Jembatan Ichilo di Bulo Bulo, untuk menunjukkan dukungan mereka kepada Presiden Evo Morales. Petani Coca telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan membiarkan kendaraan bermotor melewati jalan ini. Wakil Presiden Koordinasi Federasi Enam Tropis di Cochabamba Andrónico Rodríguez, memberi tahu Radio Kawsachun Coca bahwa blokade jalan tersebut dibuat untuk mempertahankan suara pedesaan dimana ini merupakan lumbung suara terbesar dari Morales.[44]

28 Oktober

Pada tanggal 28 Oktober, terjadi aksi blokade besar-besaran yang dilakukan antara para pendukung dan penentang Morales di La Paz, Sucre, dan Cochabamba.[45]

Santa Cruz

Komandan Polisi Santa Cruz, Igor Echegaray, membenarkan bahwa ada lima orang yang terluka oleh senjata api dalam bentrokan itu, dan bahwa seseorang dari organisasi Crucenñista Juvenile Union (Persatuan Remaja Crucenñista) diidentifikasikan membawa senjata dan melepaskan tembakan. Pemerintah menyoroti ada 30 orang yang terlibat.[46]

Video yang menyebar di media sosial menunjukkan bahwa beberapa orang dihadapkan dengan adanya batu, tongkat, petasan dan bom Molotov di kota Mairana.[47] Beberapa sepeda motor juga ditunjukkan ketika mereka membakar kendaraan tersebut.

Potosí

Di Potosí, para penambang dari Pusat pertambangan San Cristobal melakukan aksi demonstrasi di depan majelis legislatif menuntut agar hasil pemilihan umum yang curang dibatalkan, tetapi mereka tidak memiliki postur partisan untuk dipertahankan.[48]

31 Oktober

Pemerintah mengumumkan bahwa setidaknya dua orang tewas dalam aksi protes sejak 21 Oktober, keduanya di kota Montero. Pada hari yang sama, Organisasi Negara-negara Amerika (OAS) memulai audit pelaksanaan pemilu Bolivia; yang memakan waktu hingga 12 hari untuk menyelesaikannya, dengan Spanyol, Paraguay dan Meksiko mengawasi jalannya pemantauan.[49]

7 November

 
Anggota polisi mengibarkan bendera Bolivia sebagai bentuk perlawanan terhadap Pemerintahan Evo Morales

Pada 7 November, jumlah korban tewas dari aksi protes meningkat menjadi tiga orang ketika seorang mahasiswa berusia 20 tahun bernama Limbert Guzman tewas akibat kerusuhan.[50]

Sementara itu, Balai kota kecil Vinto dibakar habis oleh para pengunjuk rasa. Para pendukung oposisi juga menyerang walikota MAS, Patricia Arce, dan menyeretnya melalui jalan-jalan tanpa alas kaki, menutupinya dengan cat merah dan memotong rambutnya dengan paksa.[51]

8 November

Pada 8 November, anggota polisi bergabung dengan para demonstran; di malam hari, beberapa diantaranya terlihat dengan memakai bendera Bolivia di atap kantor kepolisian Cochabamba,[52] Aksi unjuk rasa polisi juga terjadi di Sucre, La Paz, dan Santa Cruz.[53]

9 November

Presiden Evo Morales mengundang partai-partai oposisi untuk melakukan "dialog terbuka". Tetapi Carlos Mesa menolaknya dan menjawab: "Saya tidak punya apa-apa untuk dinegosiasikan dengan Evo Morales dan pemerintahnya".

Tentara Bolivia untuk pertama kalinya sejak pemilihan presiden, memperingatkan bahwa mereka tidak akan menghadapi rakyat Bolivia selama mereka meminta solusi politik untuk mengatasi masalah ini.[54]

Wilayah Oruro mencatat gelombang kekerasan besar-besaran dengan lebih dari 30 terluka dalam bentrokan antara pendukung dan penentang Morales. Presiden Morales mengecam sekelompok lawan yang membakar rumah saudara perempuannya dan para gubernur Oruro dan Chuquisaca.

10 November

Pada 10 November, OAS mengumumkan hasil audit terhadap pelaksanaan pemilu Bolivia. Hasil dari audit tersebut menyebutkan ada ketidakberesan yang serius dalam proses Pemilu.[55] Lembaga-lembaga pengawas internasional, juga menyerukan agar hasil pemilu presiden Bolivia pada 20 Oktober 2019 dibatalkan karena mereka menemukan “manipulasi yang jelas”.[56]

Isi dari hasil audit yang dilakukan oleh OAS terhadap pelaksanaan Pemilu Bolivia yang diumumkan secara resmi oleh Sekretariat Jenderal OAS adalah sebagai berikut (diterjemahkan ke Bahasa Indonesia):[57]

Dari Sekretariat Jenderal OAS kami mengulangi kesediaan untuk bekerja sama dalam mencari solusi demokratis untuk negara tersebut, itulah sebabnya karena keseriusan akan keluhan dan analisis mengenai proses pemilihan yang telah diserahkan tim auditor kepada kami. Perlu dicatat bahwa putaran pertama pemilihan umum yang diadakan pada tanggal 20 Oktober harus dibatalkan dan proses pemilihan umum harus dimulai lagi, putaran pertama harus segera berlangsung setelah adanya kondisi baru yang memberikan jaminan untuk melaksanakannya, termasuk komposisi baru dari badan pemilihan umum tersebut. Tentu saja, masih ada laporan akhir yang lebih rinci tentang masalah yang akan diproses sesuai dengan asumsi yang ditetapkan.

Tak lama kemudian, Kepala Angkatan Bersenjata Bolivia, Komandan Williams Kaliman, mendesak agar Evo Morales segera mundur demi pemulihan situasi.[58]

Pengunduran diri Evo Morales

Setelah adanya seruan untuk diadakan pemilu dan desakan dari anggota militer dan kepolisian untuk mundur, Evo Morales mengumumkan bahwa dirinya mengundurkan diri sebagai Presiden Bolivia.[59][60] Tidak hanya sampai disitu saja, pejabat lain di Bolivia mundur, mulai dari Wakil Presiden Álvaro García Linera, Presiden Senat Bolivia Adriana Salvatierra, Victor Borda, dan Wamil Presiden Senat Rubén Medinaceli.

Setelah adanya pengumuman ini, massa berkumpul untuk merayakan pengunduran diri Morales dengan pesta kembang api.[61] Tetapi massa pendukung Morales menyerang serta membakar toko swalayan serta pasar.[62]

Pasca-pengunduran diri Morales

11 November

Pada 11 November, unjuk rasa besar-besaran pendukung Morales terjadi di seluruh Bolivia. El Alto adalah lokasi aksi yang sangat besar, di mana banyak orang terluka, dan kerumunan orang meneriakkan slogan, "Sekarang, perang saudara!" dan mengibarkan bendera pribumi Wiphala, yang kemudian telah beredar laporan bahwa demonstran anti-Morales membakar bendera tersebut, dan polisi merobek simbol dari seragam mereka.[63][64][65].

Presiden sementara Jeanine Áñez, meminta militer Bolivia ikut campur tangan dalam pengamanan demonstran ini. Meski tidak mampu untuk melakukannya, akhirnya polisi setuju.[66]

Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador menawarkan suaka politik kepada Morales. Keputusan itu dikritik oleh Partai Aksi Nasional dan Partai Revolusioner Institusional.[67]

12 November

Pada 12 November Morales meninggalkan Bolivia dengan pesawat menuju Meksiko, setelah menerima suaka politik yang ditawarkan oleh Presiden Obrador.[68] Mantan wakil presiden Álvaro García Linera juga meninggalkan negara itu.[69]

Presiden sementara Jeanine Áñez meminta agar segera menyelenggarakan sidang luar biasa Majelis Legislatif Plurinasional untuk meratifikasi pengunduran diri Morales dan pejabat lainnya. Áñez memanggil semua Deputi dan Senator untuk berpartisipasi, termasuk yang dari Gerakan untuk Sosialisme.[70]

Pada pukul 18:48 waktu setempat, berdasarkan pasal 169 Konstitusi Bolivia, Jeanine Áñez secara resmi mengambil alih sebagai Presiden Senat dan dilantik sebagai Presiden Bolivia di depan Majelis Legislatif Plurinasional; pelantikan ini diboikot oleh para anggota Gerakan untuk Sosialisme.[71] Langkah ini kemudian diperkuat oleh Majelis Konstitusi Plurinasional.[72]

13 November

Jumlah korban tewas dalam gelombang aksi unjuk rasa bertambah menjadi tujuh orang, dimana ada tambahan 2 orang di La Paz dan 2 orang di Santa Cruz. Jaksa Agung Bolivia Juan Lanchipa mengatakan penyebab kematian empat dari tujuh korban adalah tembakan senjata api.[73]

Akibat

Pembatalan berbagai aktivitas

Federasi Sepak Bola Bolivia (FBF) membatalkan semua pertandingan pada hari ke-17 dari turnamen Clausura di Liga de Fútbol Profesional Boliviano, karena diperkirakan terjadi kurangnya kehadiran pemain dan penonton karena aksi demonstrasi.[74]

Asosiasi Supermarket Bolivia mengumumkan bahwa jam buka supermarket dan hypermarket pada tanggal 25 Oktober dibatasi dari 7.00 pagi sampai 12.00 siang waktu setempat.[75]

Intimidasi terhadap pers

Seorang koresponden untuk surat kabar Cochabamba Los Tiempos, Wilson Aguilar, diserang pada tanggal 21 Oktober oleh para pendukung MAS selama konferensi Majelis Pemilihan Agung di La Paz.[76]

Surat kabar El Deber melaporkan bahwa pada malam tanggal 21 Oktober, Wakil Menteri Komunikasi Leyla Medinacelli menyebut surat kabar itu untuk "meminta judul" di halaman depan edisi hari berikutnya, dengan menyebutkan bahwa itu harus mendorong para demonstrasi untuk "mendemobilisasikan diri". Surat kabar itu mengklarifikasi bahwa itu tidak memungkinkan orang-orang yang bukan jurnalis untuk "memaksakan kehendaknya".[77]

Tuduhan rasisme

Kicauan rasis yang dihapus oleh Presiden Añez pada 2013 muncul setelah dia menjadi presiden sementara, merujuk pada ritual Tahun Baru orang-orang Aymara sebagai "Pemuja Setan" dan menyatakan ketidakpercayaan bahwa sekelompok orang adalah penduduk asli karena mereka mengenakan sepatu.[78]

Sebuah analisis dari The Nation berpendapat bahwa pengunduran diri Morales "mengancam potensi kembalinya kekerasan anti-pribumi", analis mencatat bahwa loyalis Morales mulai membakar kantor polisi di El Alto bukan hanya sebagai pembalasan setelah pemberontakan polisi, tetapi juga sebagai tanggapan terhadap penurunan dan pembakaran bendera Whipala, yang mewakili puluhan kelompok masyarakat adat di Bolivia dan di seluruh Andes, oleh pasukan polisi di Dewan Legislatif di La Paz. Personel polisi di kota-kota lain merespons dengan merobek dan memotong tambalan yang berisi bendera Whipala dari seragam mereka.[79]

Aksi tandingan

 
Demonstran Pro-Morales mengibarkan bendera wiphala di El Alto setelah Evo Morales mundur

Aksi demonstrasi balasan diadakan demi mendukung Evo Morales baik sebelum dan sesudah pengunduran dirinya.[80]

Di Cochabamba, bentrokan pecah antara demonstran pro dan anti-Morales setelah seorang pemimpin oposisi berpidato di kota tersebut.[81][82]

Aksi unjuk rasa bertambah luas setelah pengunduran diri Morales, dimana demonstran pribumi pro-Morales memotong jalan utama di beberapa kota di Bolivia.[83]

Di La Paz pengunjuk rasa pro-Morales bentrok dengan polisi, militer dan pasukan oposisi ketika mereka berusaha berjalan ke pusat kota untuk memprotes "penggulingan" Morales.[84] Aksi lainnya yang terdiri dari beberapa ribu orang, diadakan secara damai di pinggiran kota pada hari yang sama, dengan para demonstran mengeluhkan fakta bahwa pesawat tempur militer terbang di atas kota ketika pasukan militer dan polisi menghalangi mereka untuk memasuki kota tersebut.[85][86]

Pada dini hari tanggal 13 November, setelah deklarasi presiden sementara yang baru, ribuan pendukung Morales turun ke jalan untuk mendukung mantan presiden mereka, menyebut pengunduran dirinya sebagai "kudeta yang didukung Washington".[87] Kerumunan massa berhasil mengepung jalan menuju Majelis nasional Bolivia di La Paz untuk memprotes pengesahan presiden baru dengan mengibarkan bendera Wiphala yang pada saat itu telah menjadi simbol bagi para pendukung Morales.[88][89]

Pada tanggal 14 November, Kepolisian Bolivia menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi unjuk rsa tandingan pro-Morales di La Paz. Selain itu, polisi melarang beberapa legislator pro-Morales memasuki Majelis legislatif, kemudian demonstran pro-Morales menanggapi dengan teriakan "Diktator" dan melemparkan batu ke pasukan polisi anti-huru hara.[90][91]

Referensi

  1. ^ "Evo Morales renuncia a la presidencia de Bolivia y denuncia un golpe de Estado" (dalam bahasa Spanyol). BBC News Mundo. 10 November 2019. Diakses tanggal 11 November 2019. 
  2. ^ "Presiden Evo Morales Klaim Pemenang Pemilu Bolivia". Bisnis Indonesia. 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 11 November 2019. 
  3. ^ Kurmanaev, Anatoly; Machicao, Mónica; Londoño, Ernesto (10 November 2019). "Military Calls on President to Step Down After Election Dispute in Bolivia" – via NYTimes.com. 
  4. ^ Collyns, Dan (10 November 2019). "Bolivian president Evo Morales resigns after election result dispute". 
  5. ^ "La ALP sancionó la Ley de Reforma parcial de la CPE" [The ALP sanctioned the Law of Partial Reform of the CPE] (dalam bahasa Spanyol). Vice Presidency of Bolivia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-26. 
  6. ^ "Bolivia passes law to allow Morales to run for fourth term". Reuters. 25 September 2015. 
  7. ^ a b "Consulta para habilitar a Evo está en marcha; El MAS 'se juega la vida" [Query to enable Evo is underway; The MAS's 'life is at stake']. La Razón (dalam bahasa Spanyol). 6 November 2015. 
  8. ^ Blair, Laurence (3 Desember 2017). "Evo for ever? Bolivia scraps term limits as critics blast 'coup' to keep Morales in power". The Guardian. Diakses tanggal 1 Januari 2018. This week, the country’s highest court overruled the constitution, scrapping term limits altogether for every office. Morales can now run for a fourth term in 2019 – and for every election thereafter. ... the referendum results – which the government claims were invalid due to an opposition smear campaign directed by Washington ... 
  9. ^ "Bolivia elections: Concern as results transmission pauses" (dalam bahasa Inggris). BBC News. 21 Oktober 2019. Diakses tanggal 23 Oktober 2019. 
  10. ^ "Evo Morales: "Ganamos una vez más, vamos a esperar al último escrutinio y confiamos en el voto del campo"" [Evo Morales: "We won once again, we are going to wait for the last scrutiny and trust the vote of the countryside"]. Infobae (dalam bahasa Spanyol). 20 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  11. ^ "Evo Morales: "Nuevamente somos mayoría absoluta"" [Evo Morales: "Again we are an absolute majority"] (dalam bahasa Spanyol). UNITEL. 20 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  12. ^ "Evo Morales alleges coup attempt as Bolivia opposition claims 'giant fraud'". The Guardian. 23 Oktober 2019. Diakses tanggal 27 Oktober 2019. With most outstanding votes from remote rural areas expected to go in his favour, Morales repeated his declaration of a first-round victory, which he had made prematurely on Sunday night. 
  13. ^ "Conteo del TREP desatan protestas y convulsión en el pais". Red Uno de Bolivia (dalam bahasa Spanyol). 22 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  14. ^ "Oposición presenta pruebas de sus acusaciones de fraude electoral en Bolivia" (dalam bahasa Spanyol). La Vanguardia. 7 November 2019. 
  15. ^ "Encuentran papeletas marcadas a favor del MAS en La Paz" [Surat suara ditandai mendukung MAS ditemukan di La Paz]. Los Tiempos (dalam bahasa Spanyol). 21 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  16. ^ "Junta de Padres pide suspender clases en el centro de Sucre por las protestas" [Dewan Keluarga meminta penundaan kelas di pusat kota Sucre untuk aksi protes]. Correo del Sur (dalam bahasa Spanyol). 21 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  17. ^ "Incendian el TED y casa de campaña del MAS en Sucre" [Rumah kampanye TED dan MAS dibakar di Sucre]. Correo del Sur (dalam bahasa Spanyol). 22 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  18. ^ "Sucre: Mujeres policías marchan y piden calma" [Sucre: Aksi damai anggota polisi di Sucre]. Correo del Sur (dalam bahasa Spanyol). Sucre. 21 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  19. ^ "Incendian tribunales electorales en Sucre y Tarija (vídeos)" [Pengadilan pemilu dibakar massa di Sucre dan Tarija (video)] (dalam bahasa Spanyol). Sputnik News. 22 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  20. ^ "Incendian el edificio del tribunal electoral de Potosí" [Gedung pengadilan pemilu di Potosí dibakar]. El Potosí (dalam bahasa Spanyol). 21 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  21. ^ "Policías llegan a Potosí y persiste la vigilia en el TED" [Polisi tiba di Potosí dan berjaga di TED]. Los Tiempos (dalam bahasa Spanyol). 21 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  22. ^ "Se registran enfrentamientos entre militantes del MAS y de CC en la sede de cómputo" [Clashes between MAS and CC militants take place at computing headquarters]. Página Siete (dalam bahasa Spanyol). 21 October 2019. Diakses tanggal 22 October 2019. 
  23. ^ "Un rector universitario boliviano sufrió una brutal agresión mientras se manifestaba en La Paz" [Seorang rektor universitas Bolivia mengalami agresi brutal ketika demo di La Paz]. Infobae (dalam bahasa Spanyol). 21 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  24. ^ "Waldo Albarracín se recupera tras agresión en La Paz" [Waldo Albarracín pulih setelah agresi di La Paz]. Los Tiempos (dalam bahasa Spanyol). 21 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  25. ^ "El rector Waldo Albarracín es herido durante las protestas" [Rektor Waldo Albarracín terluka selama protes]. Agencia de Noticias Fides - ANF (dalam bahasa Spanyol). La Paz. 21 October 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  26. ^ "Suspenden el conteo de votos en La Paz debido a las protestas de los ciudadanos" [Penghitungan suara di La Paz ditangguhkan karena protes warga] (dalam bahasa Spanyol). La Paz: UNITEL. 21 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  27. ^ "El polémico monumento a Hugo Chávez que fue derribado en Riberalta". Los Tiempos (dalam bahasa Spanyol). 22 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  28. ^ "Con una soga al cuello y sin pies, derriban una estatua de Hugo Chávez en Bolivia". Clarín (dalam bahasa Spanyol). 22 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  29. ^ Amurrio Montes, Lorena (22 Oktober 2019). "TED y Policía evalúan destrozos en el campo ferial de Alalay". Los Tiempos (dalam bahasa Spanyol). Cochabamba. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  30. ^ Burgos, Christian (22 Oktober 2019). "UMSS: estudiantes protestan contra presunto fraude y policías intervienen con gases lacrimógenos". Los Tiempos (dalam bahasa Spanyol). Cochabamba. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  31. ^ "Ponchos rojos amenazan con armas y chicotes para defender a Evo" [Ponchos rojos threaten with weapons and whips to defend Evo]. Página Siete (dalam bahasa Spanyol). 22 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  32. ^ Maygua, David (23 Oktober 2019). "Universitarios toman Comité Cívico de Tarija" [Mahasiswa menyerang fasilitas Komite Sipil Tarija]. El Deber (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 24 Oktober 2019. 
  33. ^ "Formalizan denuncia por desaparición de activista en Santa Cruz". ANF. 24 Oktober 2019. Diakses tanggal 25 Oktober 2019. 
  34. ^ "Patzi denuncia que sus votos pasaron al MAS". Página Siete. 23 Oktober 2019. Diakses tanggal 25 Oktober 2019. 
  35. ^ "TED de Chuquisaca retoma cómputo oficial en Zudáñez". Correo del Sur. 24 Oktober 2019. Diakses tanggal 25 Oktober 2019. 
  36. ^ "Recuento se hizo en Llallagua sin la publicidad que exige la Ley". El Potosí. 24 Oktober 2019. Diakses tanggal 25 Oktober 2019. 
  37. ^ "El cómputo de votos de Chuquisaca se realiza en un bastión del MAS". Página Siete. 24 Oktober 2019. Diakses tanggal 25 Oktober 2019. 
  38. ^ "Residentes bolivianos en Europa se manifiestan en defensa de su voto y piden segunda vuelta". El Deber (dalam bahasa Spanyol). 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 25 Oktober 2019. 
  39. ^ "Cómputo da a Evo la victoria irreversible en primera vuelta". Los Tiempos (dalam bahasa Spanyol). 24 Oktober 2019. Diakses tanggal 25 Oktober 2019. 
  40. ^ "Evo Morales Klaim Kemenangan dalam Pilpres Bolivia". Republika. 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 12 November 2019. 
  41. ^ "Protests in Bolivia over election result". BBC News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 25 Oktober 2019. 
  42. ^ "Se reactivan los bloqueos y persiste la tensión en el país por sexto día". Los Tiempos Digital (dalam bahasa Spanyol). 26 Oktober 2019. Diakses tanggal 13 November 2019. 
  43. ^ "Transportistas se movilizan armados con palos para desbloquear la ciudad". Los Tiempos Digital (dalam bahasa Spanyol). 26 Oktober 2019. Diakses tanggal 13 November 2019. 
  44. ^ "Cocaleros bloquean carretera Cochabamba - Santa Cruz para respaldar a Evo". Los Tiempos Digital (dalam bahasa Spanyol). 26 Oktober 2019. Diakses tanggal 13 November 2019. 
  45. ^ "Cronología de la crisis tras las elecciones en Bolivia". Peru21 (dalam bahasa Spanyol). 9 November 2019. Diakses tanggal 9 November 2019. 
  46. ^ "Enfrentamientos en Santa Cruz dejan heridos y hay tensión en el Plan 3000". Los Tiempos Digital (dalam bahasa Spanyol). 14 November 2019. Diakses tanggal 28 Oktober 2019. 
  47. ^ "Intento de desbloqueo genera fuertes enfrentamientos y 4 motos quemadas en Mairana". El Deber (dalam bahasa Spanyol). 29 Oktober de 2019. Diakses tanggal 14 November 2019. 
  48. ^ "Mineros de San Cristóbal piden anular elecciones". Página Siete (dalam bahasa Spanyol). 13 November 2019. Diakses tanggal 30 Oktober 2019. 
  49. ^ "Bolivia Terpecah Saat Oposisi Desak Morales Mundur, Tolak Audit". SindoNews. 2 November 2019. Diakses tanggal 12 November 2019. 
  50. ^ "Bolivia Clashes: Third Person Killed in Disputed Election". VOA News. Associated Press. 7 November 2019. Diakses tanggal 8 November 2019. 
  51. ^ Pramana, Edy (7 November 2019). "Patricia Arce, Wali Kota yang Dipermalukan Demonstran". Jawa Pos. Diakses tanggal 8 November 2019. 
  52. ^ "Bolivian police seen joining scattered anti-Morales protests". Reuters. 8 November 2019. Diakses tanggal 9 November 2019. 
  53. ^ "Lawan presiden, Polisi Bolivia ikut demonstrasi". Kumparan. 9 November 2019. Diakses tanggal 12 November 2019. 
  54. ^ "Bolivia military says won't 'confront' the people as pressure on Morales builds". Reuters. 9 November 2019. Diakses tanggal 13 November 2019. 
  55. ^ "Dituntut Mundur, Presiden Morales Serukan Pemilu Baru di Bolivia". Detik.com. 10 November 2019. Diakses tanggal 12 November 2019. 
  56. ^ Wahyuni, Natasia Christy (11 November 2019). "Begini Alasan Lengser Presiden Bolivia". Beritasatu. Diakses tanggal 12 November 2019. 
  57. ^ "Análisis de Integridad Electoral Elecciones Generales en el Estado Plurinacional de Bolivia 20 de octubre de 2019 Hallazgos preliminares Informe a la Secretaría General". Organisasi Negara-Negara Amerika. Diakses tanggal 14 November 2019.  line feed character di |title= pada posisi 33 (bantuan)
  58. ^ Ramos, Daniel; Machicao, Monica (10 November 2019). "Bolivia's Morales resigns after protests, lashes out at 'coup'". Reuters. Diakses tanggal 11 November 2019. 
  59. ^ "Bolivia's beleaguered President Morales announces resignation". Al Jazeera. Diakses tanggal 10 November 2019. 
  60. ^ Martínez, Peter. "Bolivia's president resigns after re-election triggered deadly protests". CBS News. Diakses tanggal 10 November 2019. 
  61. ^ "Bolivian President Evo Morales resigns". BBC News. 
  62. ^ Krauss, Clifford; Victor, Daniel (11 November 2019). "Power Vacuum in Bolivia as Chaos Engulfs Streets in La Paz". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 11 November 2019. 
  63. ^ DEBER, EL (11 November 2019). "#EstasConectado #Bolivia Una turba de El Alto bajan gritando que la Whipala se respeta y "guerra civil".pic.twitter.com/QZ05oE7gPN". @diarioeldeber (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 12 November 2019. 
  64. ^ ""Ahora sí, guerra civil": sectores populares se movilizaron en El Alto". Filo News (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 12 November 2019. 
  65. ^ Malekafzali, Séamus (10 November 2019). "Protesters in Bolivia are now burning the Whipala, the alternate flag of Bolivia, meant to represent the native Andeans and principally associated with the Aymara, Evo Morales' ethnic group.pic.twitter.com/BBov0QiKBt". @Seamus_Malek (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 12 November 2019. 
  66. ^ Bolivision. "Jeanine Añez pide apoyo a las Fuerzas Armadas". Bolivision (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 12 November 2019. 
  67. ^ "Evo Morales leaves Bolivia to take asylum in Mexico". Reuters (dalam bahasa Inggris). 12 November 2019. Diakses tanggal 12 November 2019. 
  68. ^ "Permintaan Suaka Dikabulkan, Eks Presiden Bolivia Evo Morales Terbang ke Meksiko". Kompas. 12 November 2019. Diakses tanggal 12 November 2019. 
  69. ^ "García Linera también se va del país: 'Me llevo este pedazo de tierra boliviana' | EL DEBER". www.eldeber.com.bo (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 12 November 2019. 
  70. ^ "Jeanine Añez ratifica la sesión de la Asamblea para esta tarde y confía en lograr quórum | EL DEBER". www.eldeber.com.bo (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 12 November 2019. 
  71. ^ "Áñez asume la Presidencia de Bolivia ante vacancia y aplicando la sucesión constitucional | EL DEBER". www.eldeber.com.bo (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 13 November 2019. 
  72. ^ "TCP avala sucesión constitucional en la Presidencia | EL DEBER". www.eldeber.com.bo (dalam bahasa Spanyol). Diakses tanggal 13 November 2019. 
  73. ^ "Korban Tewas Kerusuhan Bolivia Jadi 7 Orang". Medcom.id. Diakses tanggal 14 November 2019. 
  74. ^ "Suspenden los partidos de la fecha 17 ante los conflictos en el país" [Pertandingan hari ke-17 dibatalkan karena konflik di negara ini]. Los Tiempos (dalam bahasa Spanyol). 22 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  75. ^ "Supermercados atenderán mañana de 7:00 a 12:00". El Deber. 24 Oktober 2019. Diakses tanggal 25 Oktober 2019. 
  76. ^ "Agreden a corresponsal de Los Tiempos durante conferencia del TSE" [Koresponden Los Tiempos diserang selama konferensi TSE]. Los Tiempos (dalam bahasa Spanyol). 21 October 2019. Diakses tanggal 22 October 2019. 
  77. ^ "Viceministra pide un titular de portada en El Deber" [Wakil Menteri meminta judul halaman depan di El Deber]. El Deber (dalam bahasa Spanyol). 22 Oktober 2019. Diakses tanggal 22 Oktober 2019. 
  78. ^ https://www.theguardian.com/world/2019/nov/13/jeanine-anez-bolivia-president-promises-new-elections
  79. ^ "Bolivia's Anti-Indigenous Backlash Is Growing". The Nation. 13 November 2019. Diakses tanggal 14 November 2019. 
  80. ^ "Violence grips Bolivian cities as election standoff enters second week". France 24 (dalam bahasa Inggris). 29 Oktober 2019. Diakses tanggal 14 November 2019. 
  81. ^ "Bolivian protestors whip out dynamite as tens of thousands clamour for Morales to resign". France 24 (dalam bahasa Inggris). 8 November 2019. Diakses tanggal 14 November 2019. 
  82. ^ "Slingshots and dynamite as Bolivians clash over election". Reuters (dalam bahasa Inggris). 8 November 2019. Diakses tanggal 13 November 2019. 
  83. ^ Krauss, Clifford (12 November 2019). "'I Assume the Presidency': Bolivia Lawmaker Declares Herself Leader". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 13 November 2019. 
  84. ^ Krauss, Clifford (11 November 2019). "Evo Morales of Bolivia Accepts Asylum in Mexico". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 14 November 2019. 
  85. ^ "Tensions rise as Bolivia opposition leader claims presidency". AP NEWS. 13 November 2019. Diakses tanggal 14 November 2019. 
  86. ^ "Morales reaches Mexico as supporters march in Bolivia". Daily Hampshire Gazette. Diakses tanggal 14 November 2019. 
  87. ^ "The Latest: Pro-Morales lawmakers spurn Bolivian assembly". Business Insider. Diakses tanggal 14 November 2019. 
  88. ^ "Bolivia faces uncertain times as senator claims interim presidency". Diakses tanggal 14 November 2019. 
  89. ^ Otis, Ryan Dube and John. "In Evo Morales's Wake, Bolivia Left in Turmoil". WSJ (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 13 November 2019. 
  90. ^ Krauss, Clifford (11 November 2019). "Bolivia's Interim Leader Pledges to 'Reconstruct Democracy'". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 15 November 2019. 
  91. ^ Pramana, Edy. "Tak Penuhi Kuorum, Jeanine Anez Tetap Klaim Pimpin Bolivia". Jawa pos.com. Diakses tanggal 15 November 2019.