Juventus F.C.

klub sepak bola di Italia
Revisi sejak 5 Januari 2020 11.55 oleh Rachmat04 (bicara | kontrib) (Dikembalikan ke revisi 16372709 oleh Albertus Aditya (bicara))

Juventus Football Club S.p.A. (BITJUVE) (dari bahasa Latin:[6] iuventus: masa muda [juˈvɛntus]), biasa disebut sebagai Juventus dan populer dengan nama Juve (pengucapan [ˈjuːve]),[7] adalah klub sepak bola profesional asal Italia yang berbasis di Turin, Piemonte. Klub ini didirikan pada tahun 1897 dengan nama Sport Club Juventus oleh sekelompok pelajar muda di kota Turin,[3] yang dipimpin oleh Eugenio Canfari dan saudaranya Enrico.[8][9][10] Mereka mengenakan kaos berwarna hitam putih sebagai seragam kandang sejak tahun 1903, dan menggunakan beberapa stadion berbeda di sekitar kota Turin untuk memainkan partai kandang.

Juventus
Juventus' crest
Nama lengkapJuventus Football Club S.p.A.
Julukan
  • [La] Vecchia Signora[1] (Nyonya Tua)
  • [La] Fidanzata d'Italia (Sang Kekasih Italia)
  • [La] Madama (Piemonte: Madam)
  • [I] Bianconeri (Hitam-Putih)
  • [Le] Zebre (Si Zebra)
  • [La] Signora Omicidi (Nyonya Pembunuh)[2]
  • La Gheuba (Si Bongkok)
Berdiri1 November 1897; 127 tahun lalu (1897-11-01) (sebagai Sport Club Juventus)[3]
StadionStadion Allianz[4]
(Kapasitas: 41.507[5])
Pemilik
PresidenItalia Andrea Agnelli
ManajerItalia Maurizio Sarri
LigaSerie A
2018–19ke-1 (Juara), Serie A
Situs webSitus web resmi klub
Kostum kandang
Kostum tandang
Kostum ketiga
Musim ini

Sejak bulan September 2011, mereka berkandang di Juventus Stadium yang berkapasitas 41.507 tempat duduk.[11] Stadion tersebut dibangun di lokasi yang sama dengan stadion yang mereka gunakan sebelumnya, yaitu Stadion Delle Alpi, yang harus dirobohkan demi membangun Juventus Stadium.

Juventus adalah klub tertua kedua di Italia, setelah Genoa yang mendirikan klub sepak bola pada tahun 1893. Mereka tampil untuk pertama kalinya di liga divisi teratas Italia sejak tahun 1900, setelah berganti nama menjadi Football Club Juventus. Mereka terus berada di kompetisi tertinggi tersebut (yang menggunakan nama Serie A sejak tahun 1929), kecuali pada musim 2006–07.

Sejak tahun 1923, Juventus mulai dikelola oleh keluarga Agnelli. Hubungan antara klub sepak bola dan dinasti bisnis tersebut merupakan yang tertua dan terpanjang dalam sejarah olahraga di Italia. Hal tersebut menjadikan Juventus sebagai klub olahraga profesional pertama di negara tersebut,[12][13] sebelum konsep tersebut menjadi populer. Mereka pun menjadi kekuatan besar di Italia sejak era 1930-an, dan juga di Eropa sejak pertengahan 1970-an.[14] Sejak pertengahan tahun 1990-an, Juventus telah menjadi salah satu dari 10 klub sepak bola terkaya di dunia dari sisi nilai aset, pendapatan, dan keuntungan.[15] Mereka pun telah masuk bursa saham Borsa Italiana sejak tahun 2001.[16]

Seiring berjalannya waktu, Juventus pun menjadi simbol dari budaya Italia.[17][18][19] Kesuksesan mereka mempunyai dampak yang signifikan di tengah-tengah masyarakat Italia, terutama pada tahun 1930-an dan dekade pertama setelah Perang Dunia Kedua yang mempengaruhi kondisi politik ideologi dan sosial ekonomi para penggemar klub tersebut. Hal ini tercermin pada kontribusi Juventus untuk tim nasional Italia sejak tahun 1920-an, yang kemudian diakui sebagai salah satu klub yang paling berpengaruh dalam sepak bola internasional karena turut berperan dalam kemenangan Italia pada Piala Dunia 1934, 1982, dan 2006.[20] Juventus merupakan klub yang paling banyak menyumbang pemain untuk tim nasional Italia, hampir tidak pernah gagal memberikan pemain sejak tahun 1924.

Dijuluki Vecchia Signora (“Nyonya Tua”), Juventus adalah klub tersukses di Italia, dan salah satu yang paling sukses di dunia.[21][22][23] Mereka telah memenangkan 35 gelar juara liga, 13 gelar Coppa Italia, dan delapan gelar Supercoppa Italiana, serta menjadi pemegang gelar terbanyak untuk ketiga kompetisi tersebut. Selain itu, mereka juga telah berhasil meraih dua gelar Piala Interkontinental, dua gelar Liga Champions, satu gelar Piala Winners, tiga gelar Piala UEFA (rekor nasional untuk klub Italia), satu gelar Piala Intertoto, dan dua gelar Piala Super Eropa.

Karena prestasi tersebut, Juventus pun memimpin rangking FIGC dalam hal jumlah trofi di tingkat nasional, menempati posisi ke-5 di Eropa, dan ke-11 di dunia.[24] Mereka sempat memimpin rangking UEFA selama tujuh musim sejak rangking tersebut diperkenalkan pada tahun 1979. Mereka pun menjadi tim Italia yang paling sering memimpin rangking tersebut.

Juventus merupakan klub dengan jumlah penggemar terbanyak di Italia, dan salah satu yang terbesar di dunia. Berbeda dengan banyak pendukung klub Eropa lainnya, yang biasanya terkonsentrasi di sekitar kota asal klub tersebut, penggemar Juventus tersebar di seantero negeri dan di antara para imigran asal Italia yang tinggal di luar negeri.[25][26][27][28] Mereka pun merupakan salah satu pencetus ide untuk membuat European Club Association, yang dulu dikenal dengan nama G-14, yang berisi klub-klub kaya di Eropa.

Di bawah kepemimpinan pelatih Giovanni Trapattoni, sejak tahun 1976 hingga 1986, Juventus berhasil memenangkan 13 gelar, termasuk enam gelar juara liga dan lima gelar internasional. Mereka pun menjadi klub pertama sepanjang sejarah sepak bola Eropa yang menjuarai tiga kompetisi di bawah naungan UEFA: yaitu Liga Champions 1984–1985, Piala Winners 1983–1984 (sekarang telah ditiadakan), dan Piala UEFA 1976–1977.[29][30][31][32][33][31]

Berkat keberhasilan mereka menjuarai Piala Super Eropa tahun 1984 dan Piala Interkontinental tahun 1985, Juventus pun menjadi klub pertama (dan satu-satunya hingga saat ini) yang berhasil memenangkan seluruh gelar juara kompetisi resmi UEFA dan gelar juara dunia.[34][35][36] Prestasi ini diperkuat setelah mereka juga berhasil menjuarai Piala Intertoto tahun 1999, di era keemasan berikutnya di bawah arahan Marcello Lippi, membuat mereka menjadi satu-satunya klub profesional Italia yang berhasil meraih seluruh gelar juara yang mungkin mereka raih, baik di tingkat nasional maupun internasional.[37]

Pada bulan Desember 2000, Juventus menempati posisi ke-7 dalam rangking klub terbaik di dunia versi FIFA. Sembilan tahun kemudian, mereka menempati peringkat ke-2 dalam rangking klub terbaik di Eropa sepanjang abad ke-20 menurut penelitian statistik dari International Federation of Football History & Statistics (IFFHS).[23] Di kedua rangking tersebut, Juventus menempati posisi yang lebih tinggi dibanding klub asal Italia lainnya.

Para pemain Juventus telah meraih delapan penghargaan Ballon d'Or, empat di antaranya terjadi pada tahun yang berurutan (1982-1985) dan menjadi rekor hingga saat ini. Nama-nama tersebut pun termasuk dalam deretan pemain pertama yang mendapatkan penghargaan tersebut untuk Serie A, seperti Omar Sívori dan Michel Platini. Selain itu, juga ada nama tiga dari lima pemain Italia yang pernah meraih trofi tersebut, seperti Paolo Rossi. Juventus juga berhasil mendapatkan empat penghargaan FIFA World Player of the Year (terbanyak di Italia), dengan pemain seperti Roberto Baggio dan Zinédine Zidane.

Selain itu, para pemain Juventus juga berhasil memenangkan 10 penghargaan Serie A Footballer of the Year, termasuk untuk satu-satunya penjaga gawang yang berhasil meraih trofi tersebut, yaitu Gianluigi Buffon. Mereka pun menyumbang 15 pemain berbeda dalam daftar Serie A Team of the Year, yang juga merupakan jumlah terbanyak dibanding klub Italia yang lain.

Sejarah

Awal mula

 
Foto bersejarah, Juventus FC pada tahun 1898.
 
Juventus FC pada tahun 1903.

Juventus didirikan pada akhir tahun 1897 dengan nama Sport Club Juventus oleh siswa-siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum, yang berlokasi di daerah Liceo D’Azeglio, Turin.[38] Awalnya, klub ini dibentuk sebagai wadah bagi anak-anak muda yang saling berteman, yang ingin menghabiskan waktu dengan jalan-jalan bersama, bersenang-senang, serta melakukan berbagai hal positif. Dua di antaranya adalah kakak beradik Eugenio dan Enrico Canfari.[38] Anak-anak muda tersebut rata-rata berusia 15 tahun, dengan anak tertua berumur 17 tahun dan beberapa yang lain berumur di bawah 15 tahun.

Saat itu, hal yang paling sulit bagi para pemuda tersebut adalah bagaimana caranya menemukan markas baru. Salah satu pendiri Juventus, Enrico Canfari dan teman-temannya akhirnya menemukan sebuah tempat yang merupakan bangunan dengan halaman yang dikelilingi tembok, mempunyai empat ruangan, sebuah kanopi, loteng, dan keran air minum. Selanjutnya, mereka pun mengadakan pertemuan untuk menentukan nama klub, yang akhirnya berlanjut dengan perdebatan sengit di antara mereka. Satu kubu cenderung tidak menyukai penggunaan nama latin, sedangkan kubu yang lain justru menyukai nama-nama klasik, dan sisanya merupakan kubu netral. Kemudian, ada tiga nama yang diputuskan untuk dipilih, yaitu "Societa Via Port", "Societa sportive Massimo D’Azeglio", dan "Sport Club Juventus". Nama terakhir akhirnya dipilih tanpa banyak keberatan, dan resmi menjadi nama klub mereka. Namun, dua tahun kemudian, mereka berganti nama menjadi Football Club Juventus.[3]

Klub tersebut lantas bergabung dengan Kejuaraan Sepak Bola Italia pada tahun 1900. Pada tahun 1904, seorang pebisnis yang bernama Ajmone-Marsan mengambil alih aspek keuangan Juventus, dan membuat mereka bisa berpindah tempat latihan dari Piazza d’Armi ke Velodrome Umberto I yang kondisinya lebih layak. Di periode tersebut, mereka menggunakan kostum pink-hitam. Juventus berhasil menjuarai kompetisi liga untuk pertama kalinya pada tahun 1905. Saat itu, mereka telah menggunakan kostum hitam-putih, terinspirasi dari klub asal Inggris Notts County.[39]

Pada tahun 1906, ada beberapa staf Juventus yang ingin memindahkan Juventus dari kota Turin.[3] Presiden Alfred Dick merasa tidak senang dengan kondisi tersebut, dan memutuskan untuk hengkang bersama beberapa pemain bintang dan membentuk klub baru yang bernama Torino. Perseteruan antara Juventus dan Torino terus berlanjut hingga saat ini, dan pertandingan antara keduanya dikenal dengan nama Derby della Mole.[40] Di periode tersebut, Juventus berjuang untuk kembali membangun tim setelah perpecahan, dan berusaha tetap bertahan di tengah kekacauan Perang Dunia I.[39]

Dominasi liga

 
Omar Sivori, John Charles, dan Giampiero Boniperti di era 1950-an.

Pemilik FIAT, Edoardo Agnelli, mengambil alih kendali atas tim Juventus pada tahun 1923, dan langsung membangun stadion baru.[3] Hal ini pun membantu Juventus untuk meraih scudetto (gelar juara liga) yang kedua pada musim 1925–26, setelah mengalahkan Alba Roma dengan skor agregat 12-1 (Antonio Vojak mencetak gol-gol penting di musim tersebut). Pada era 1930-an, Juventus telah berhasil menjadi kekuatan utama di sepak bola Italia dengan menjadi klub profesional pertama di negara tersebut dan klub dengan basis penggemar pertama yang tersebar di berbagai kota. Hal ini mendukung mereka untuk mendapatkan gelar juara liga selama lima kali berturut-turut sejak tahun 1930 hingga 1935 (empat gelar pertama diraih di bawah asuhan pelatih Carlo Carcano).[39] Selain itu, Juventus pun berkontribusi dalam skuat tim nasional Italia yang dilatih oleh Vittorio Pozzo, yang berhasil menjadi juara dunia pada tahun 1934.[41] Beberapa pemain bintang Juventus yang turut membela Italia saat itu antara lain Raimundo Orsi, Luigi Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti.

Juventus kemudian memindahkan kandang mereka ke Stadio Comunale, tetapi gagal merajai sepak bola Italia pada akhir 1930-an dan awal 1940-an. Mereka bahkan harus mengakui keunggulan tim sekota, Torino. Secercah harapan muncul saat mereka berhasil menjuarai Piala Italia untuk pertama kalinya pada musim 1937-38 dengan mengalahkan Torino. Mereka sempat mengakhiri musim 1940-41 di posisi ke-6, namun berhasil meraih Piala Italia kedua di musim berikutnya. Pada periode ini, Italia tengah mengikuti Perang Dunia II, sehingga menghambat jalannya liga. Pada tahun 1944, Juventus mengikuti sebuah turnamen lokal yang akhirnya urung diselesaikan. Pada tanggal 14 Oktober, liga kembali bergulir dengan pertandingan derby antara Juventus dan Torino. Juventus berhasil mengalahkan rival sekotanya dengan skor 2-1, tetap Torino yang saat itu dikenal sebagai “Grande Torino” berhasil mengakhiri musim sebagai juara.

Setelah Perang Dunia II, para tanggal 22 Juli 1945, Gianni Agnelli terpilih sebagai presiden kehormatan klub. Selama masa kepemimpinannya, Agnelli mendatangkan beberapa pemain baru seperti Giampiero Boniperti, Muccinelli, dan pemain asal Denmark John Hansen. Mereka berhasil menjuarai liga di musim 1949–50 dan 1951–52. Gelar di tahun 1952 mereka raih lewat kepemimpinan pelatih asal Inggris, Jesse Carver.

Pada tanggal 18 September 1954, Gianni Agnelli meninggalkan Juventus. Di tahun tersebut, Juventus hanya berhasil mengakhiri musim di posisi ke-7. Pada musim berikutnya, barisan pemain muda di bawah kepemimpinan pelatih Puppo berusaha untuk bangkit. Semangat mereka pun bertambah setelah masuknya Umberto Agnelli sebagai komisioner klub.

Pada musim 1957–58, Juventus merekrut dua penyerang baru, yaitu John Charles yang berasal dari Wales, dan Omar Sivori yang berasal dari Argentina. Mereka pun berhasil kembali menjadi juara, dan berhak mengenakan tanda bintang kehormatan karena telah menjuarai 10 gelar juara liga. Mereka pun menjadi klub Italia pertama yang mendapat penghargaan tersebut. Di musim tersebut, Sívori menjadi pemain pertama Juventus yang berhasil mendapatkan gelar Pemain Terbaik Eropa. Pada musim berikutnya, mereka mengalahkan Fiorentina di final Coppa Italia, dan untuk pertama kalinya berhasil mendapatkan gelar ganda (Serie A dan Coppa Italia). Boniperti memutuskan untuk pensiun pada tahun 1961, dengan status sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa bagi Juventus dengan 182 gol di semua kompetisi. Rekor tersebut bertahan selama 45 tahun.[42]

Pada era 1960-an, Juventus hanya berhasil satu kali menjuarai liga, yaitu pada musim 1966–67. Namun, pada awal tahun 1970-an, Juventus kembali memperkuat posisi mereka di sepak bola Italia di bawah asuhan mantan pemain mereka Čestmír Vycpálek. Pada musim 1971-72, Juventus berhasil mencapai final Fairs Cup (cikal bakal Piala UEFA), namun harus kalah dari Leeds United. Di liga, posisi mereka sempat terancam karena cedera yang dialami pemain andalan mereka Roberto Bettega. Untungnya, mereka tetap bisa bermain konsisten dan meraih gelar scudetto ke-14.

Pada musim 1972-73, mereka kedatangan beberapa pemain baru, seperti Dino Zoff dan Jose Altafini dari Napoli. Saat itu, mereka dihadapkan pada jadwal yang padat di Serie A dan kompetisi Eropa. Juventus berhasil merebut gelar scudetto ke-15 setelah menyalip AC Milan di detik-detik terakhir, setelah tim asal kota Milan tersebut secara mengejutkan kalah di pertandingan terakhir mereka. Juventus pun berhasil masuk final Liga Champions, namun harus kalah dari Ajax Amsterdam yang diperkuat oleh Johan Crujff.

Di musim-musim berikutnya, mereka berhasil menambah tiga gelar juara liga pada musim 1974-75, 1976–77, dan 1977–78. Prestasi ini mereka raih berkat penampilan gemilang bek Gaetano Scirea dan kepemimpinan pelatih Giovanni Trapattoni, yang membawa Juventus meraih gelar pertama di kancah Eropa, tepatnya gelar Piala UEFA tahun 1977. Selama era Trapattoni, banyak pemain Juventus yang kemudian menjadi tulang punggung tim nasional Italia yang sukses di bawah arahan pelatih Enzo Bearzot, yang berhasil tampil baik di Piala Dunia 1978, Euro 1980, dan menjuarai Piala Dunia 1982.[43][44]

Pentas Eropa

Di masa kepelatihan Trapattoni pada tahun 1980-an,[39] Juventus meraih kesuksesan besar dengan menenangkan gelar Serie A sebanyak empat kali. Pada tahun 1984, mereka meraih gelar juara liga ke-20, sehingga berhak mengenakan bintang tambahan di seragam mereka, menjadi satu-satunya klub Italia yang berhasil meraih prestasi tersebut. Enam pemain Juventus turut bergabung dengan tim nasional Italia yang menjadi juara Piala Dunia 1982. Paolo Rossi merupakan pemain Juventus yang paling mencuri perhatian, hingga ia berhasil meraih penghargaan sebagai Player of the Tournament dan menjadi Pemain Terbaik Eropa pada tahun 1982.[45]

Skuat Juventus pada FInal Piala Eropa 1985

Juventus kembali menjadi favorit di Serie A musim 1982-83 setelah kedatangan bintang Perancis, Michel Platini. Sayangnya, jadwal mereka yang padat dengan kompetisi Eropa membuat mereka tidak konsisten di liga domestik. Sempat hanya berselisih 3 poin dengan Roma yang menempati posisi puncak, Juventus gagal mengejar dan harus merelakan klub asal ibukota tersebut menjadi juara. Di Eropa, Juventus berhasil lolos ke babak final Liga Champions, namun harus kalah dari Hamburg. Di musim tersebut, mereka hanya berhasil meraih gelar Piala Italia dan Piala Interkontinental.

Pada musim panas 1983, Juventus harus kehilangan dua pilar inti mereka. Dino Zoff gantung sepatu di usia 41 tahun, sedangkan Bettega hijrah ke Kanada untuk mengakhiri karier di sana. Mereka lantas merekrut kiper baru dari Avellino, yaitu Stefano Tacconi dan Beniamino Vinola. Sedangkan Nico Penzo menjadi pendampong Rossi di lini depan. Pada saat itu, mereka harus berkonsentrasi penuh di dua kompetisi, yaitu liga domestik dan Piala Winner. Hasilnya, melalui penampilan yang konsisten sepanjang musim, Juventus berhasil memastikan gelar juara liga satu pekan sebelum kompetisi usai. Prestasi ini pun ditambah keberhasilan mereka menjuarai Piala Winner dengan mengalahkan Porto 2-1 di Basel pada tanggal 16 Mei 1984.

Pada musim berikutnya, Juventus gagal meraih gelar juara Serie A yang jatuh ke tangan Hellas Verona. Namun mereka berhasil menjuarai Liga Champions pada tahun 1985 lewat gol semata wayang Platini di partai final. Sayangnya, pertandingan penutup melawan Liverpool FC yang berlangsung di Stadion Heysel Belgia harus diwarnai dengan kematian 39 suporter Juventus akibat bentrokan dengan para hooligans pendukung Liverpool. Sebagai hukuman dari tragedi tersebut, semua tim asal Inggris dilarang untuk mengikuti kejuaraan Eropa selama lima tahun.[46]

Keberhasilan menjuarai Liga Champions tersebut membuat Juventus menjadi satu-satunya tim yang berhasil menjuarai tiga kompetisi utama UEFA. Ditambah keberhasilan mereka menjuarai Intercontinental Cup, Juventus pun menjadi satu-satunya klub hingga saat ini yang berhasil memenangkan seluruh gelar juara kompetisi resmi UEFA dan gelar juara dunia. Prestasi tersebut semakin diperkuat dengan kesuksesan menjuarai Piala Intertoto pada tahun 1999.

Michel Platini, bintang Juventus pada saat itu, juga berhasil menjadi pemain terbaik Eropa untuk yang ketiga kalinya secara berturut-turut, sebuah rekor yang belum bisa dipecahkan oleh pemain lain hingga saat ini..[47] Bila ditambah gelar serupa yang diraih Paolo Rossi pada tahun 1982, maka Juventus telah meraih gelar tersebut selama empat kali berturut-turut, dan menjadi satu-satunya klub yang bisa meraih prestasi tersebut hingga saat ini.

Juventus sempat meraih gelar scudetto pada musim 1985-86, yang juga merupakan tahun terakhir Trapattoni di Juventus. Setelah itu, Juventus terus gagal menunjukkan performa terbaik, dan harus mengakui keunggulan Napoli yang diperkuat Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim asal kota Milan, yaitu AC Milan dan Inter Milan.

Pada tahun 1990, Juventus pindah ke kandang baru mereka, yaitu Stadio Delle Alpi, yang dibangun menjelang Piala Dunia 1990.[48]

Kesuksesan era Lippi

 
Marcello Lippi, salah satu pelatih sukses Juventus.

Marcello Lippi mengambil alih posisi pelatih Juventus pada awal musim 1994-95.[3] Ia langsung mengantarkan Juventus menjuarai Serie A untuk pertama kalinya sejak pertengahan tahun 1980-an di musim tersebut, lengkap dengan gelar juara Coppa Italia. Pemain bintang mereka saat itu adalah Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli dan pemain muda berbakat bernama Alessandro Del Piero. Lippi kemudian memimpin Juventus untuk menjuarai Liga Champions Eropa pada musim berikutnya, dengan mengalahkan Ajax Amsterdam melalui drama adu penalti, setelah skor imbang 1-1 pada babak normal. Fabrizio Ravanelli menyumbangkan satu gol untuk Juve di pertandingan tersebut.[49]

Setelah berhasil bangkit dan menjuarai Liga Champions, Juventus tidak lantas tinggal diam. Mereka kembali merekrut pemain-pemain bintang, seperti Zinedine Zidane, Filippo Inzaghi dan Edgar Davids. Mereka pun berhasil menjuarai Serie A di musim 1996–97 dan 1997–98, Piala Super UEFA 1996,[50] dan Piala Interkontinental 1996.[51] Juventus juga berhasil mencapai final Liga Champions pada tahun 1997 dan 1998, tetapi harus takluk oleh Borussia Dortmund (Jerman) dan Real Madrid (Spanyol).[52][53]

Lippi sempat digantikan oleh Carlo Ancelotti selama dua setengah musim. Ia kembali pada tahun 2001, menyusul pemecatan terhadap Ancelotti, dan langsung merekrut nama-nama besar, seperti Gianluigi Buffon, David Trezeguet, Pavel Nedvěd, dan Lilian Thuram. Mereka sukses menjuarai Serie A pada musim 2001–02 dan 2002-03.[39] Pada tahun 2003, terjadi All Italian Final di Liga Champions, namun Juventus harus kalah dari Milan lewat adu penalti setelah pertandingan di waktu normal berakhir tanpa gol. Di akhir musim berikutnya, Lippi ditunjuk untuk menjadi pelatih tim nasional Italia, membuat ia harus mengakhiri salah satu periode kepelatihan paling sukses sepanjang sejarah Juventus.

Skandal "Calciopoli"

 
Alessandro Del Piero, Pencetak gol terbanyak sepanjang masa Juventus.

Fabio Capello menjadi pelatih Juventus pada tahun 2004, dan membawa klub tersebut meraih dua gelar Serie A secara berturut-turut. Namun, pada bulan Mei 2006, Juventus merupakan salah satu dari lima klub Serie A yang dihubungkan dengan skandal pengaturan skor. Karena kasus tersebut, mereka pun ditempatkan di posisi terbawah untuk musim tersebut, dan harus terdegradasi ke Serie B untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Gelar juara yang mereka raih pada musim 2004–05 dicopot, dan posisi teratas untuk musim 2005–06 diserahkan kepada Inter Milan[54]

Setelah kasus tersebut, banyak pemain kunci mereka yang meninggalkan klub karena tidak mau bermain di Serie B, seperti Lilian Thuram, striker Zlatan Ibrahimović, dan bek tengah Fabio Cannavaro. Namun, nama-nama besar seperti Gianluigi Buffon, Alessandro Del Piero, David Trezeguet, dan Pavel Nedvěd, tetap bertahan untuk membantu Juventus kembali ke Serie A. Para pemain tim Primavera (junior) seperti Sebastian Giovinco dan Claudio Marchisio pun langsung dimainkan di tim utama. Juventus meraih gelar juara Serie B pada musim 2006-07, dan berhak untuk kembali berlaga di Serie A.,[55] Sang kapten, Del Piero, berhasil menjadi pencetak gol terbanyak dengan 21 gol.

Pada tahun 2010, Juventus mempertimbangkan untuk mengajukan banding terhadap pencopotan gelar juara mereka di musim 2004-05 dan 2005-06, setelah melihat hasil persidangan yang berkaitan dengan skandal tersebut.[56] Tuduhan terhadap mantan General Manager Juventus Luciano Moggi, yang dianggap melakukan tindakan kriminal, ditolak sebagian oleh Mahkamah Agung Italia pada tanggal 23 Maret 2015.[57] Juventus pun menggugat FIGC untuk membayar ganti rugi sebesar €443 juta atas kerugian yang mereka terima akibat degradasi ke Serie B pada tahun 2006. Presiden FIGC Carlo Tavecchio menawarkan diskusi untuk mengembalikan gelar juara Juventus, asalkan Juventus mau menarik gugatan tersebut.[58] Pada tanggal 9 September 2015, Mahkamah Agung Italia mengeluarkan dokumen setebal 150 halaman yang menjelaskan keputusan akhir terkait kasus itu. Meski sebagian tuduhan terhadap Moggi dibatalkan (tanpa persidangan baru), pengadilan tetap menyatakan bahwa Moggi secara aktif terkait dengan kasus kecurangan yang menguntungkan Juventus dan dirinya sendiri.[59] Pada tahun 2016, pengadilan TAR menolak permintaan kompensasi dari Juventus.[60]

Kembali ke Serie A

Saat kembali ke Serie A pada musim 2007-08, Juventus menunjuk mantan manajer Chelsea Claudio Ranieri sebagai pelatih.[61] Mereka berhasil meraih posisi ketiga di akhir musim, dan berhak untuk berlaga di Liga Champions musim 2008–09 lewat babak kualifikasi ketiga. Juventus berhasil mencapai fase grup, dan mengalahkan Real Madrid baik di pertandingan kandang maupun tandang. Sayangnya, mereka harus takluk dari Chelsea pada babak gugur. Karena serangkaian hasil buruk, Ranieri akhirnya dipecat dan digantikan oleh Ciro Ferrara sebagai pelatih sementara di dua pertandingan terakhir Serie A musim 2008-09.[62] Ferrara kemudian terpilih sebagai pelatih tetap untuk musim berikutnya.[63]

 
Tim Juventus sebelum pertandingan Liga Champions UEFA 2012–13 melawan Shakhtar Donetsk.

Kiprah Ferrara tidak diwarnai dengan kesuksesan. Juventus harus tersingkir dari Liga Champions dan Coppa Italia, serta hanya berhasil menempati posisi ke-6 di klasemen Serie A, pada akhir bulan Januari 2010. Hasil buruk tersebut membuat Ferrara akhirnya dipecat dan digantikan oleh Alberto Zaccheroni sebagai pelatih sementara. Zaccheroni gagal memperbaiki tim, dan Juventus pun mengakhiri musim di posisi ke-7.

Pada musim 2010-11, posisi Jean-Claude Blanc sebagai Presiden klub digantikan oleh Andrea Agnelli. Langkah pertama yang dilakukan Agnelli setelah menjadi Presiden adalah mengganti Zaccheroni dengan pelatih Sampdoria Luigi Del Neri, dan mengganti Direktur Olahraga mereka Alessio Secco dengan Giuseppe Marotta.[64] Sayangnya, Delneri juga gagal mengubah peruntungan Juventus dan dipecat. Mantan pemain Juventus yang baru saja membawa Siena promosi ke Serie A, Antonio Conte, ditunjuk untuk mengisi posisi Delneri. Pada bulan September 2011, Juventus memindahkan kandang mereka ke Juventus Stadium.

Bersama Conte sebagai pelatih, Juventus meraih hasil yang diharapkan. Mereka tak terkalahkan sepanjang musim 2011-12 di Serie A. Di paruh kedua musim, mereka praktis hanya bersaing dengan Milan untuk memperebutkan posisi pertama. Juventus memenangkan gelar tersebut di pekan ke-37 setelah mengalahkan Cagliari 2-0, dan Milan kalah dari Internazionale dengan skor 4-2. Setelah kemenangan 3-1 atas Atalanta di pekan terakhir, Juventus pun resmi menjadi tim pertama yang mengakhiri Serie A tanpa terkalahkan (dalam kompetisi yang menggunakan format 38 pertandingan). Beberapa prestasi lain yang juga mereka raih saat itu adalah kemenangan tandang terbesar saat mengalahkan Fiorentina dengan skor 5-0, rekor pertahanan terbaik di Serie A (hanya kebobolan 20 kali, paling sedikit dalam format liga yang digunakan saat ini), yang juga merupakan rekor pertahanan terbaik kedua di antara liga-liga besar Eropa.[65]

Pada musim 2013–14, Juventus meraih scudetto ketiga secara berturut-turut bersama Antonio Conte. Di musim tersebut, mereka bahkan berhasil mengumpulkan rekor poin terbanyak (102) dengan 33 kemenangan. Itu adalah gelar ke-30 sepanjang sejarah Juventus. Mereka pun berhasil mencapai babak semi final di Europa League, tetapi harus tereliminasi oleh Benfica yang pada pertandingan kedua bermain dengan 10 orang dan menerapkan pertahanan catenaccio. Mereka pun gagal melaju ke babak final yang berlangsung di kandang mereka sendiri, Juventus Stadium.

Di akhir musim, Antonio Conte memutuskan untuk mundur dan digantikan oleh Massimiliano Allegri.

Era Allegri

Di bawah kepemimpin mantan pelatih Milan tersebut, Juventus berhasil meraih gelar juara Serie A sebanyak lima kali berturut-turut. Bila ditambah dengan gelar juara yang diraih bersama Conte, maka mereka telah menjadi scudetto selama delapan kali berturut-turut. Bersama Allegri, Juventus berhasil masuk ke babak final Liga Champions sebanyak dua kali, meski selalu gagal di dua kesempatan tersebut.

Pada musim pertama Allegri, 2014–15, Juventus berhasil meraih gelar Serie ke-31 dan gelar juara Coppa Italia ke-10.[66] Mereka pun mengalahkan Real Madrid di babak semi final Liga Champions dengan agregat 3-2, dan berhak untuk menghadapi Barcelona dalam babak final yang berlangsung di Berlin. Ini adalah pertama kalinya Juventus berhasil masuk ke babak final Liga Champions sejak musim 2002-03.[67] Sayangnya, Juventus harus takluk 1-3 lewat gol cepat Ivan Rakitić, yang diikuti oleh gol balasan Alvaro Morata di menit ke-55. Barcelona kembali unggul berkat gol Luis Suárez di menit ke-70, diikuti dengan gol Neymar di menit akhir lewat skema serangan balik.[68]

Pada tanggal 25 April 2016, Juventus mendapatkan gelar ke-32 mereka dan yang kelima secara berturut-turut. Terakhir kali mereka menjuarai Serie A sebanyak lima kali berturut-turut adalah di musim 1930-31 hingga 1934-35. Mereka berhasil memastikan titel juara setelah Napoli takluk dari Roma, membuat Juventus tak lagi bisa terkejar secara matematis, meski liga masih menyisakan tiga pertandingan lagi. Pada tanggal 21 Mei, Juventus kembali meraih Coppa Italia yang ke-11 dan dua kali secara berturut-turut. Hal ini membuat Juventus menjadi tim pertama di Italia yang berhasil mengawinkan gelar Serie A dan Coppa Italia selama dua musim berturut-turut.[69][70][71]

Pada tanggal 17 Mei 2017, Juventus menjuarai Coppa Italia ke-12 setelah menang 2-0 atas Lazio di babak final. Mereka pun menjadi tim pertama di Italia yang berhasil menjuarai Coppa Italia selama tiga kali berturut-turut.[72] Empat hari kemudian, Juventus memastikan diri sebagai tim pertama di Italia yang berhasil menjuarai liga selama enam kali berturut-turut.[73] Pada tanggal 3 Juni 2017, Juventus kembali lolos ke babak final Liga Champions kedua mereka selama tiga tahun terakhir. Sayangnya, mereka kembali gagal setelah kalah 1-4 dari juara bertahan Real Madrid. 10 menit sebelum peluit akhir dibunyikan, terjadi insiden kerusuhan di Turin yang menyebabkan dua orang meninggal dan ribuan orang lainnya cedera. Hal ini disebabkan aksi perampokan dengan semprotan merica yang disalahartikan sebagai serangan bom, sehingga kepanikan pun terjadi.[74][75]

Pada musim 2017–18, Juventus kembali meraih gelar Coppa Italia yang keempat secara berturut-turut setelah mengalahkan Milan dengan skor 4-0 di babak final.[76] Mereka pun berhasil meraih gelar juara ketujuh secara berturut-turut,[77] dan memperkuat dominasi mereka di liga domestik.

Pada awal musim 2018–19, Juventus memecahkan rekor transfer termahal untuk pemain di atas 30 tahun, dan rekor transfer termahal oleh klub asal Italia, ketika mereka merekrut pemain berusia 33 tahun Cristiano Ronaldo. Mereka menggaet Ronaldo dari Real Madrid dengan biaya €112 juta.[78] Ronaldo pun menjadi pemain kunci yang membawa Juventus kembali meraih gelar juara di Serie A, kedelapan secara berturut-turut.[79] Di akhir musim, Juventus memberhentikan Allegri, dan merekrut mantan pelatih Napoli Maurizio Sarri yang baru saja berhasil membawa Chelsea menjuarai Europa League.

Warna, logo, dan julukan

 
 
 
 
 
 
Kostum kandang asli Juventus

Juventus telah bermain dengan kostum berwarna hitam dan putih ala zebra, dengan celana berwarna putih atau hitam, sejak tahun 1903. Sebelumnya, Juventus menggunakan kostum berwarna pink dengan dasi hitam, yang dibuat oleh ayah dari salah satu pemain mereka pada saat itu. Namun setelah dicuci berkali-kali, warna kostum tersebut pun memudar, sehingga pada tahun 1903 klub memutuskan untuk mengganti kostum. Mereka bertanya kepada John Savage, salah seorang pemain mereka yang berasal dari Inggris, apakah ia mempunyai kenalan di Inggris yang bisa menyuplai kostum untuk klub. Savage pun menghubungi temannya yang tinggal di Nottingham, yang merupakan fans dari klub Notts County. Teman Savage tersebut akhirnya mengirimkan kostum hitam putih, seperti kostum yang digunakan Notts County. Kostum tersebut pun terus digunakan Juventus hingga saat ini.[80]

Berkas:Juventus old badge.png
Logo lama Juventus yang digunakan sampai musim 2004-05.

Logo resmi Juventus telah beberapa kali mengalami perubahan dan modifikasi kecil sejak tahun 1920-an. Sebelum tahun 1980-an, logo Juventus berbentuk perisai oval dengan garis hitam putih. Tulisan Juventus di bagian atas perisai berbentuk cekung dengan latar belakang biru yang merupakan simbol kota Turin. Di bagian bawah perisai terdapat gambar zebra dan mahkota emas yang berukuran cukup besar. Pada tahun 1980-an, Juventus sempat menggunakan siluet seekor zebra sebagai logo, sebelum kembali lagi ke bentuk perisai oval khas tim-tim Italia pada tahun 1990.

Pada tahun 2004, Juventus kembali mengubah logo. Mereka tetap menggunakan bentuk perisai oval dengan lima garis hitam putih, namun tulisan Juventus di bagian atas dibuat berbentuk cembung dengan sebuah garis lengkung berwarna emas (yang melambangkan kehormatan) di bawahnya. Di bagian bawah, gambar zebra diganti menjadi siluet seekor banteng yang juga merupakan simbol kota Turin. Di atas siluet tersebut, terdapat sebuah mahkota hitam dengan ukuran lebih kecil yang melambangkan Augusta Tourinorum, sebuah kota tua di era Romawi yang merupakan cikal bakal kota Turin saat ini.

Juventus adalah tim pertama dalam sejarah sepakbola dunia yang menggunakan simbol bintang sebagai tanda bahwa mereka telah menjuarai liga domestik sebanyak sepuluh kali. Mereka mulai memasang simbol bintang di atas logo mereka pada tahun 1958, yang kemudian juga diikuti oleh klub-klub lain.[81]

Juventus meraih gelar ke-30 setelah menjuarai Serie A pada musim 2011–12. Namun karena gelar juara mereka di musim 2004–05 dan 2005–06 dicabut karena dugaan keterlibatan dalam skandal pengaturan skor pada tahun 2006, FIGC menganggap bahwa total gelar juara mereka secara resmi masih berjumlah 28. Juventus pun memutuskan untuk tidak menggunakan simbol bintang sama sekali di musim selanjutnya.[82] Juventus meraih gelar resmi ke-30 mereka pada musim 2013–14 dan berhak mengenakan tiga bintang, namun presiden Andrea Agnelli mengatakan bahwa pihaknya akan berhenti menggunakan simbol tersebut hingga ada tim Italia lain yang menjuarai Serie A sebanyak 20 kali dan berhak mengenakan dua bintang, untuk menunjukkan superioritas Juventus.[83] Namun, pada musim 2015–16, Juventus kembali menggunakan simbol bintang dan menambahkan bintang ketiga di kostum mereka.[84][85]

Pada bulan Januari 2017, presiden Andrea Agnelli mengumumkan perubahan terbaru untuk logo Juventus. Logo baru tersebut mempunyai tulisan “Juventus” di bagian atas, dengan dua huruf J kapital dengan jenis font yang berbeda dan dipasang bersama, sehingga celah di antara keduanya juga menunjukkan huruf J. Agnelli mengatakan bahwa logo tersebut melambangkan “cara hidup Juventus”.[86]

Juventus mengumumkan peluncuran sebuah proyek baru khusus untuk penggemar anak-anak yang bernama JKids, pada bulan September 2015. Di waktu yang sama, Juventus juga memperkenalkan sebuah maskot baru untuk para fans yang bernama J. J adalah seekor zebra berbentuk kartun, dengan garis hitam putih berlapis emas di tubuhnya, mata berwarna emas, dan tiga simbol bintang di bagian depan lehernya.[87] J tampil untuk pertama kalinya di Juventus Stadium pada tanggal 12 September 2015.[88]

Sepanjang sejarah, Juventus telah mempunyai beberapa nama julukan. La Vecchia Signora (The Old Lady dalam Bahasa Inggris atau Si Nyonya Tua dalam Bahasa Indonesia) merupakan contoh julukan yang paling baik. Kata “tua” dalam julukan tersebut merupakan sebuah permainan kata, karena kata Juventus sendiri justru berarti “muda” dalam Bahasa Latin. Nama Juventus digunakan karena para pemain bintang klub tersebut hingga pertengahan tahun 1930-an relatif berusia muda. Kata “nyonya” dalam julukan tersebut merupakan sebutan yang digunakan para fans ketika menyebut Juventus sebelum era 1930-an.

Juventus juga mendapat julukan La Fidanzata d’Italia (The Girlfriend of Italy dalam Bahasa Inggris atau Sang Kekasih Italia dalam Bahasa Indonesia), karena selama bertahun-tahun mereka mendapat dukungan besar dari para imigran pekerja asal Italia Selatan (khususnya kota Napoli dan Palermo), yang bekerja untuk FIAT di kota Turin sejak tahun 1930-an. Sebutan lain yang diberikan kepada Juventus adalah La Madama (Bahasa Piedmont untuk Madam), I Bianconeri (Hitam Putih), dan Le Zebre (Si Zebra) yang menunjukkan warna kostum mereka.

I Gobbi (Si Bungkuk) adalah julukan yang digunakan untuk para suporter Juventus, namun sering digunakan juga untuk para pemain. Asal mula julukan tersebut adalah ketika para pemain Juventus masih menggunakan kostum berukuran besar dengan tali pengait yang terbuka di bagian dada, pada tahun 1950-an. Saat pemain berlari di lapangan, kostum mereka pun mengembang di bagian punggung seperti parasut, sehingga mereka terlihat mirip dengan orang bungkuk.[89]

Himne resmi Juventus berjudul Juve (Storia di un Grande Amore) atau Juve (Kisah Cinta yang Agung) dalam Bahasa Indonesia, yang ditulis oleh Alessandra Torre dan Claudio Guidetti, dinyanyikan oleh Paolo Belli pada tahun 2007.[90] Pada tahun 2016, sebuah film dokumenter tentang Juventus yang berjudul Black and White Stripes: The Juventus Story diproduksi oleh La Villa Brothers.[91] Pada 16 Februari 2018, tiga episode awal dari seri dokumenter berjudul First Team: Juventus dirilis di Netflix. Seri dokumenter tersebut mengikuti kegiatan para pemain baik di dalam maupun di luar lapangan sepanjang musim.[92]

Stadion

Juventus Stadium
 
LokasiCorso Gaetano Scirea,
10151 Turin, Italia
PemilikJuventus F.C.
OperatorJuventus F.C.
Kapasitas41,507 tempat duduk
Konstruksi
Mulai pembangunan1 Maret 2009
Dibuka8 September 2011
Biaya€155,000,000[93]
ArsitekHernando Suarez,
Gino Zavanella,
Giorgetto Giugiaro

Setelah bermain di Parco del Valentino dan Parco Cittadella pada dua musim perdana (1897 dan 1898), Juventus memainkan pertandingan kandang mereka di Piazza d’Armi Stadium hingga tahun 1908, kecuali pada tahun 1905 (tahun pertama mereka meraih gelar scudetto) dan 1906 saat partai kandang mereka dimainkan di Corso Re Umberto.

Sejak tahun 1909 hingga 1922, Juventus bermain di Corso Sebastopoli Camp, sebelum pindah pada tahun berikutnya ke Corso Marsiglia Camp dan bertahan di sana hingga tahun 1933. Selama rentang waktu tersebut, mereka berhasil memenangkan empat gelar juara liga. Pada akhir tahun 1933, Juventus mulai bermain di Stadio Mussolini yang baru diresmikan menjelang Piala Dunia 1934. Setelah Perang Dunia II, stadion tersebut berganti nama menjadi Stadio Comunale Vittorio Pozzo. Juventus menggunakan stadion tersebut untuk menggelar partai kandang selama 57 tahun, dan memainkan total 890 pertandingan liga.[94] Meski begitu, Juventus tetap menggunakan stadion tersebut untuk sesi latihan hingga bulan Juli 2003.

Sejak tahun 1990 hingga musim 2005–06, tim asal kota Turin tersebut memainkan partai kandang mereka di Stadion Delle Alpi, yang dibangun untuk Piala Dunia 1990. Sesekali, mereka juga menggunakan stadion lain seperti Renzo Barbera di Palermo, Dino Manuzzi di Cesena, dan San Siro di Milan.[95]

Pada bulan Agustus 2006, Juventus kembali bermain di Stadio Comunale, yang sekarang dikenal sebagai Stadion Olimpico, setelah stadion tersebut direnovasi menjelang Olimpiade Musim Dingin 2006.

Pada bulan November 2008, Juventus mengumumkan bahwa mereka akan menginvestasikan dana sekitar €120 juta untuk membangun stadion baru yang bernama Juventus Stadium, di bekas lokasi Stadio Delle Alpi.[96] Berbeda dengan stadion sebelumnya, Juventus Stadium tidak memiliki lintasan lari, dan jarak antara bangku penonton dan tepi lapangan hanya 7,5 meter. Stadion berkapasitas 41.507 penonton tersebut mulai dibangun pada musim semi tahun 2009, dan dibuka secara resmi pada tanggal 8 September 2011, menjelang musim 2011–12. Sejak tanggal 1 Juli 2017, Juventus Stadium dikenal secara komersial sebagai Allianz Stadium selama enam musim hingga 30 Juni 2023.[97]

Pendukung

 
Tifosi Juventus

Juventus merupakan salah satu klub sepak bola dengan jumlah pendukung terbesar di Italia, dengan jumlah tifoso hampir 12 juta orang[98] (32.5% dari total tifosi bola di Italia), merujuk pada penelitian yang dilakukan pada Agustus 2008 oleh harian La Repubblica,[27] dan merupakan salah satu klub dengan jumlah supporter terbesar di dunia, dengan jumlah fans hampir mencapai 170 juta orang[98] (43 juta orang di Eropa),[98] selebihnya ada di Mediterrania, yang kebanyakkan diisi oleh imigran Italia.[99] Tim Turin ini juga mempunyai fans club yang cukup besar di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia yaitu Juventini Indonesia.[100]

Tiket-tiket pertandingan kandang Juve memang tidak selalu habis setiap kali Juve bertanding di Seri-A atau Eropa, kebanyakkan fans Juve di Turin mendukung tim kesayangan mereka lewat bar-bar atau restoran. Di luar Italia, kekuatan supporter Juventus sangatlah kuat. Juve juga sangat popular di Italia Utara dan Pulau Sisilia, dan menjadi kekuatan besar saat Juve bertanding tandang,[101] lebih dibandingkan para pendukung di Turin sendiri.

Untuk kawasan Indonesia sendiri sejak awal musim 2006-07 sudah berdiri sebuah komunitas khusus bagi para penggemar Juventus, dengan nama Juventus Club Indonesia (JCI). Komunitas ini kemudian diakui sebagai satu-satunya fans club resmi Juventus untuk Indonesia pada awal musim 2008-09 setelah hampir tiga tahun berjuang untuk mendapatkan lisensi dari pihak Juventus Italia.[102][103]

Rivalitas

Juventus mempunyai beberapa rival utama di Italia. Pertama adalah klub sekota, FC Torino, di mana setiap pertandingan derbi melawan Torino selalu dijuluki Derby della Mole (Derby dari Torino) yang berawal sejak tahun 1906 di mana lucunya Torino sendiri didirikan oleh mantan-mantan pemain Juventus. Rival Juve yang lain di Italia adalah Internazionale; pertandingan Juve vs Inter dijuluki sebagai Derby d'Italia (Derby dari Italia).[104] Sampai akhir musim 2006 ketika Juve terlempar ke seri-B, Inter dan Juve merupakan dua tim yang tidak pernah terdegradasi ke seri-B. Dua klub ini juga menjadi klub dengan fans terbesar di Italia, sejak pertengahan 1990-an.[104] Juve juga memiliki rival dengan AC Milan,[105] AS Roma[106] dan AC Fiorentina.[107]

Sementara untuk kawasan Eropa sendiri, rival utama Juventus adalah Manchester United FC dari Inggris dan FC Bayern Munich dari Jerman, di mana keduanya sangat sering sekali bertemu di ajang Liga Champions Eropa. Satu lagi rival utama Juventus di Eropa adalah Liverpool FC. Khusus Liverpool, tifosi Juve tidak akan pernah melupakan tragedi kerusuhan Heysel 1985 (final Liga Champions 1985), di mana sekitar 30 orang lebih pendukung Juventus tewas di stadion yang berada di Belgia tersebut.

Himne Juventus

Setiap kali Juventus bertanding dihadapan para pendukungnya di Stadion delle Alpi atau Stadion Olimpiade Torino para pendukug Juve selalu menyanyikan sebuah lagu khas untuk mendukung timnya yang tidak diketahui siapa pencipta lagu tersebut. Berikut adalah petikan lagu himne Juventus:[108]

Bahasa Italia Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
Forza la Juve la Juve la Juve ale'

E' bianconera la bella signora
Ale' la Juve la Juve la Juve ale'
Solo la Juve e' grande la Juve ale'

Tu sei la squadra del cuore
Sempre in campo undici eroi
Vinci l'impossibile e vai
Ti seguiremo anche noi

Metti un'altra stella sul petto
Mille mani al cielo per te... insieme
L'onda di una magica ola partirà

Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la bella signora
Ale' la Juve la Juve la Juve ale'
Solo la Juve e' magica Juve ale'

Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la nostra bandiera
Ale' la Juve la Juve la Juve ale'
Solo la Juve e' magica Juve ale'

Juve... Juve... Juve... Juve...

Notte di Coppa Campioni
Notte che non finirà mai
Grande l'emozione che dai
quando tu vinci per noi

Tutti allo stadio a sognare
Aspettando l'urlo di un goal... insieme
L'onda di una magica ola partirà

Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la nostra bandiera
Ale' la Juve la Juve la Juve ale'
Solo la Juve e' magica Juve ale'

Forza la Juve la Juve la Juve ale'
E' bianconera la bella signora
Ale' la Juve la Juve la Juve ale'
Solo la Juve e' grande la Juve ale'

Juve...Juve...

Forza Juve Juve Juve ale'

And the beautiful lady in black and white
Ale' Juve Juve Juve ale'
Only Juve and great Juve ale'

You are the favorite team
Also in the eleven heroes
Win the impossible and go
We will follow

Put another star on his chest
A thousand hands to heaven for you... set
The wave of a magic is start

Forza Juve Juve Juve ale'
And the beautiful lady in black and white
Ale 'Juve Juve Juve ale'
Only Juve and magic Juve ale'

Forza Juve Juve Juve ale'
The black-white is our flag
Ale 'Juve Juve Juve ale'
Only Juve and magic Juve ale'

Juve ... Juve ... Juve ... Juve ...

Night of Champions Cup
Night that never ends
Great feeling from your fans
When you win for us

All dream in the stadium
Waiting for the roar of a goal... set
The wave of a magic is start

Forza Juve Juve Juve ale '
The black-white is our flag
Ale 'Juve Juve Juve ale'
Only Juve and magic Juve ale'

Forza Juve Juve Juve ale'
And the beautiful lady in black and white
Ale 'Juve Juve Juve ale'
Only Juve and great Juve ale'

Juve... Juve...

Forza Juve Juve Juve ale'

Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih
Ale' Juve Juve Juve ale'
Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale'

Anda adalah tim favorit
Dengan sebelas pahlawan
Pergi untuk meraih kemenangan yang tidak terduga
Dan kami akan mengikuti

Pasang bintang lain di dadamu
Seribu tangan ke surga akan diatur untuk Anda...
Di awali sebuah gelombang ajaib

Forza Juve Juve Juve ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih
Ale' Juve Juve Juve ale'
Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'

Forza Juve Juve Juve ale'
Bendera hitam-putih adalah bendera kita
Ale' Juve Juve Juve ale'
Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'

Juve... Juve... Juve... Juve...

Malam dengan pesta kemenangan
Malam yang tidak pernah berakhir
Perasaan sukacita dari penggemar Anda
Ketika Anda menang bagi kami

Semua mimpi di stadion
Menunggu gol yang datang...
Di awali sebuah gelombang ajaib

Forza Juve Juve Juve ale'
Bendera hitam-putih adalah bendera kita
Forza Juve Juve Juve ale'
Hanya Juve dan keajaiban dari Juve ale'

Forza Juve Juve Juve ale'
Dan wanita cantik dalam warna hitam dan putih
Ale' Juve Juve Juve ale'
Hanya Juve dan Juve yang terbesar ale'

Juve... Juve...

Pembinaan pemain muda

Para pemain muda dari Juventus telah dikenal sebagai salah satu barisan pemain muda terbaik di Eropa, terutama di Italia.[109] Walaupun tidak semua pemain muda Juve mampu masuk ke tim utama, beberapa di antara mereka sukses juga saat bergabung di klub lain. Dibawah asuhan pelatih Vincenzo Chiarenza, skuat Primavera (U-20) menikmati beragam prestadi, di antaranya adalah merajai kompetisi dari tahun 2004 sampai 2006.

Barisan pemain muda Juventus juga dikenal berkontribusi baik bagi tim nasional senior dan juga junior. Di antarapemain-pemain muda Juventus yang berbakat baik antara lain: Gianpiero Combi untuk Piala Dunia 1934, kemudian Pietro Rava untuk Olimpiade 1936 dan Piala Dunia 1938, lalu kemudian ada Giampiero Boniperti, Roberto Bettega, dan bintang Piala Dunia 1982 Paolo Rossi dan yang terkini adalah Domenico Criscito dan Claudio Marchisio yang menjadi sebagian kecil dari mantan pemain akademi Juventus yang sukses di level internasional.[110]

Mirip dengan yang dilakukan klub Eredivisie Belanda, Ajax Amsterdam dan beberapa klub Liga Premier Inggris, Juventus juga mengoperasikan beberapa klub sepak bola satelit dan sekolah sepak bola di beberapa negara di dunia (misal: Amerika Serikat, Kanada, Yunani, Arab Saudi, Australia dan Swiss) dan juga beberapa kamp sepak bola di beberapa negara lainnya untuk mencari pemain-pemain muda berbakat.[111]

Pemain

Tim utama

Per 1 September 2019.

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
1 GK   POL Wojciech Szczęsny
2 DF   ITA Mattia De Sciglio
3 DF   ITA Giorgio Chiellini ( )
4 DF   NED Matthijs de Ligt
5 MF   BIH Miralem Pjanić
6 MF   GER Sami Khedira
7 FW   POR Cristiano Ronaldo
8 MF   WAL Aaron Ramsey
10 FW   ARG Paulo Dybala
11 FW   BRA Douglas Costa
12 DF   BRA Alex Sandro
13 DF   BRA Danilo
14 MF   FRA Blaise Matuidi
15 FW   CRO Marko Pjaca
No. Pos. Negara Pemain
16 MF   COL Juan Cuadrado
17 FW   CRO Mario Mandžukić
19 DF   ITA Leonardo Bonucci (vice-captain)
21 FW   ARG Gonzalo Higuaín
23 MF   GER Emre Can
24 DF   ITA Daniele Rugani
25 MF   FRA Adrien Rabiot
28 DF   TUR Merih Demiral
30 MF   URU Rodrigo Bentancur
31 GK   ITA Carlo Pinsoglio
33 FW   ITA Federico Bernardeschi
37 GK   ITA Mattia Perin
77 GK   ITA Gianluigi Buffon

Pemain yang dipinjamkan

Per 3 September 2019.

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
GK   ITA Davide Barosi (di Grosseto hingga 30 Juni 2020)[112]
GK   ROU Laurențiu Brănescu (di   Kilmarnock hingga 30 Juni 2020)[113]
GK   SMR Edoardo Colombo (di Torres hingga 30 Juni 2020)[114]
GK   ITA Mattia Del Favero (di Piacenza hingga 30 Juni 2020)[115]
GK   ROU Razvan Sava (di Pescara hingga 30 Juni 2020)[116]
DF   ROU Gabriel Boloca (di Bologna hingga 30 Juni 2020)[117]
DF   ITA Riccardo Capellini (di Pistoiese hingga 30 Juni 2020)[118]
DF   ITA Dario Del Fabro (di   Kilmarnock hingga 30 Juni 2020)[119]
DF   ITA Francesco Lamanna (di Cremonese hingga 30 Juni 2020)[120]
DF   ITA Edoardo Masciangelo (di Pescara hingga 30 Juni 2020)[121]
DF   ITA Claudio Mosagna (di Chieri hingga 30 Juni 2020)[120]
DF   ITA Luca Pellegrini (di Cagliari hingga 30 Juni 2020)[122]
DF   ARG Cristian Romero (di Genoa hingga 30 Juni 2020)[123]
DF   ITA Raffaele Spina (di SPAL Primavera hingga 30 Juni 2020)[124]
DF   ITA Claudio Zappa (di   Sliema Wanderers hingga 30 Juni 2020)[125]
No. Pos. Negara Pemain
MF   ITA Michael Brentan (di Sampdoria hingga 30 Juni 2020)[126]
MF   NED Leandro Fernandes (di   Fortuna Sittard hingga 30 Juni 2020)[127]
MF   CYP Grigoris Kastanos (di Pescara hingga 30 Juni 2020)[128]
MF   ENG Stephy Mavididi (di   Dijon hingga 30 Juni 2020)[129]
MF   ITA Nicola Mosti (di Monza hingga 30 Juni 2020)[130]
MF   FRA Kévin Monzialo (di   Grasshopper hingga 30 Juni 2020)[131]
MF   ITA Hans Nicolussi (di Perugia hingga 30 Juni 2020)[132]
MF   BRA Matheus Pereira (di   Dijon hingga 30 Juni 2020)[133]
MF   ITA Amedeo Poletti (di Novara hingga 30 Juni 2020)[134]
FW   ITA Ferdinando Del Sole (di Juve Stabia hingga 30 Juni 2020)[135]
FW   ITA Andrea Favilli (di Genoa hingga 30 Juni 2020)[136]
FW   ITA Mirco Lipari (di Empoli hingga 30 Juni 2020)[137]
FW   ITA Lorenzo Petronelli (di Fiorentina Primavera hingga 30 Juni 2020)[138]
FW   ITA Carmine Sterrantino (di Novara hingga 30 Juni 2020)[120]

Staf Manajemen

Per 19 September 2019.[139]
Pelatih
Pelatih Kepala   Maurizio Sarri
Asisten Manajer   Giovanni Martusciello
Pelatih Tim Utama   Marco Ianni
  Gianni Picchioni
  Loris Beoni
Pelatih Penjaga Gawang   Claudio Filippi
  Massimo Nenci
Kebugaran
Kepala Staf Kebugaran   Daniele Tognaccini
Pelatih Kebugaran   Andrea Pertusio
  Davide Losi
  Enrico Maffei
  Duccio Ferrari Bravo
  Davide Ranzato
Ilmu Olahraga
Kepala Staf Ilmu Olahraga   Roberto Sassi
Spesialis Ilmu Olahraga dan Pelatih Kebugaran   Antonio Gualtieri
Staf Ilmu Olahraga   Darragh Connolly
Medis
Kepala Staf Medis   Luca Stefanini
Kepala Staf Medis Tim Utama   Nikos Tzouroudis
Staf Medis Tim Utama   Marco Freschi
Analisis Pertandingan
Kepala Staf Analisis Pertandingan   Riccardo Scirea
Analis Pertandingan   Domenico Vernamonte
Analis Pertandinganm   Giuseppe Maiuri

Sejarah presidensial

Juventus mempunyai sejarah panjang dalam kepemimpinan klub ditangan seorang presiden, beberapa di antara mereka ada yang menjadi presiden sekaligus pemilik (dari keluarga Agnelli), sebagian lagi ada yang merupakan presiden kehormatan, berikut adalah daftar lengkapnya:[140]

 
Nama Tahun
Eugenio Canfari 1897–1898
Enrico Canfari 1898–1901
Carlo Favale 1901–1902
Giacomo Parvopassu 1903–1904
Alfred Dick 1905–1906
Carlo Vittorio Varetti 1907–1910
Attilio Ubertalli 1911–1912
Giuseppe Hess 1913–1915
Gioacchino Armano
Fernando Nizza
Sandro Zambelli
1915–1918(cpg.)
Corrado Corradini 1919–1920
Gino Olivetti 1920–1923
Edoardo Agnelli 1923–1935
Giovanni Mazzonis 1935–1936
 
Nama Tahun
Emilio de la Forest de Divonne 1936–1941
Pietro Dusio 1941–1947
Giovanni Agnelli (Presiden kehormatan) 1947–1954
Enrico Craveri
Nino Cravetto
Marcello Giustiniani
1954–1955(int.)
Umberto Agnelli 1955–1962
Vittore Catella 1962–1971
Giampiero Boniperti (Presiden kehormatan) 1971–1990
Vittorio Caissotti di Chiusano 1990–2003
Franzo Grande Stevens (Presiden kehormatan) 2003–2006
Giovanni Cobolli Gigli 2006–2009
Jean-Claude Blanc 2009–2010
Andrea Agnelli 2010–kini

Keterangan:
(cpg.) Presidensial Komite ketika Perang Dunia I.
(int.) Presiden ad-interim.

Sejarah manajerial

Dibawah ini merupakan daftar pelatih Juventus sejak tahun 1923 ketika keluarga Agnelli dari FIAT mengambil alih Juventus,[3] sampai saat ini.[141]

 
Nama Tahun
  Jenő Károly 1923–1926
  József Viola 1926–1928
  George Aitken 1928–1930
  Carlo Carcano 1930–1935
  Carlo Bigatto Iº
  Benedetto Gola
1935(int.)
  Virginio Rosetta 1935–1939
  Umberto Caligaris 1939–1941
  Federico Munerati 1941(int.)
  Giovanni Ferrari 1941-1942
 /  Luis Monti 1942(int.)
  Felice Placido Borel IIº 1942–1946
  Renato Cesarini 1946–1948
  William Chalmers 1948–1949
  Jesse Carver 1949–1951
  Luigi Bertolini 1951(int.)
  György Sárosi 1951–1953
  Aldo Olivieri 1953–1955
  Sandro Puppo 1955–1957
  Ljubiša Broćić 1957–1959
  Teobaldo Depetrini 1959(int.)
  Renato Cesarini 1959–1961
  Carlo Parola 1961(int.)
  Gunnar Gren
  Július Korostelev
1961(int.)
  Carlo Parola 1961–1962
  Paulo Lima Amaral 1962–1964
 
Nama Tahun
  Eraldo Monzeglio 1964(int.)
  Heriberto Herrera 1964–1969
  Lùis Carniglia 1969–1970
  Ercole Rabitti 1970(int.)
  Armando Picchi 1970–1971
  Čestmír Vycpálek 1971–1974
  Carlo Parola 1974–1976
  Giovanni Trapattoni 1976–1986
  Rino Marchesi 1986–1988
  Dino Zoff 1988–1990
  Luigi Maifredi 1990–1991
  Giovanni Trapattoni 1991–1994
  Marcello Lippi 1994–1999
  Carlo Ancelotti 1999–2001
  Marcello Lippi 2001–2004
  Fabio Capello 2004–2006
  Didier Deschamps 2006–2007
  Giancarlo Corradini 2007(int.)
  Claudio Ranieri 2007–2009
  Ciro Ferrara 2009–2010
  Alberto Zaccheroni 2010(int.)
  Luigi Del Neri 2010–2011
  Antonio Conte 2011–2014
  Max Allegri 2014–2019
  Maurizio Sarri 2019–sekarang

Keterangan:
(int.)Manajer ad-interim.

Prestasi dan penghargaan

 
Trofi di museum klub.

Secara umum, Juventus adalah klub tersukses di Italia dengan raihan gelar 44 gelar nasional di Italia, dan salah satu klub tersukses di dunia,[21][23] dengan raihan 11 gelar internasional,[142] dengan raihan rekor 9 gelar UEFA dan dua FIFA.[143] menjadikan mereka sebagai klub keempat yang sukses di Eropa[24] dan juga dunia, di mana semuanya telah diakui secara pasti oleh UEFA dan FIFA, beserta enam konfederasi sepak bola dunia.[142]

Juventus telah memenangi 32 gelar Seri-A, dan menjadi rekor terbanyak sampai saat ini, dan juga menjadi catatan tersendiri saat Juve mendominasi lima musim berturut-turut Seri-A dari musim 1930-31 sampai 1934-35 dan 2011-12 sampai 2015-16. Mereka juga telah memenangi Piala Italia dua belas kali, dan menjadi rekor sampai saat ini.[144]

Juventus menjadi satu-satunya klub sepak bola Italia yang telah mendapatkan tiga bintang sebagai tanda mereka telah menjuarai Seri-A lebih dari 30 kali. Bintang pertama mereka dapatkan pada musim 1957-58 ketika Juve berhasil menjuarai Seri-A untuk kesepuluh kalinya, dan yang kedua pada 1981-82 ketika Juve menjuarai Seri-A untuk keduapuluh kalinya. Juventus juga merupakan klub Italia pertama yang memenangi gelar dobel (Seri-A dan Coppa Italia) sebanyak empat kali, yaitu pada 1959-60, 1994-95, 2014-15, dan 2015-16.

Juventus tercatatkan juga sebagai klub pertama dan satu-satunya di dunia yang berhasil memenangi seluruh gelar kejuaraan resmi,[34] yang diakui oleh FIFA,[31][32][33]Kejuaraan terbesar Eropa (UEFA) antara lain European Champion Clubs' Cup (atau biasa dikenal dengan nama European Cup), (UEFA Cup Winners' Cup (saat ini sudah ditiadakan), dan UEFA Cup/Liga Europa.</ref>[145] Juve memenangi Piala UEFA tiga kali.

Klub Turin ini menempati posisi 7 —tetapi teratas untuk klub Italia—dalam daftar Klub Terbaik FIFA Abad 20 yang diumumkan pada 23 Desember 2000.[146]

Juventus juga mendapatkan status sebagai World's Club Team of the Year sebanyak dua kali tepatnya pada 1993 dan 1996[147], dan menempati rangking 3 dalam Rangking Klub Sepanjang masa (1991-2008) oleh International Federation of Football History & Statistics.[148]

Prestasi Juventus F.C.
Tipe Kompetisi Gelar Musim
Domestik Kejuaraan Sepak Bola Italia /
Serie A
35 1905, 1925–26,[a] 1930–31, 1931–32, 1932–33, 1933–34, 1934–35, 1949–50, 1951–52, 1957–58, 1959–60, 1960–61, 1966–67, 1971–72, 1972–73, 1974–75, 1976–77, 1977–78, 1980–81, 1981–82, 1983–84, 1985–86, 1994–95, 1996–97, 1997–98, 2001–02, 2002–03, 2011–12, 2012–13, 2013–14, 2014–15, 2015–16, 2016–17, 2017–18, 2018–19
Serie B 1 2006–07
Piala Italia 13 1937–38, 1941–42, 1958–59, 1959–60, 1964–65, 1978–79, 1982–83, 1989–90, 1994–95, 2014–15, 2015–16, 2016–17, 2017–18
Piala Super Italia 8 1995, 1997, 2002, 2003, 2012, 2013, 2015, 2018
Kontinental Piala Champions Eropa/Liga Champions UEFA 2 1984–1985, 1995–1996
Piala Winners UEFA 1 1983–1984
Piala UEFA 3 1976–1977, 1989–1990, 1992–1993
Piala Super Eropa/Piala Super UEFA 2 1984, 1996
Piala Intertoto UEFA 1 1999
Dunia Piala Interkontinental 2 1985, 1996

  Rekor

Rekor dan statistik klub

 
Replika kaus Alex del Piero saat ia telah mengikuti 500 pertandingan di bawah bendera Juventus.

Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai pemain Juve yang paling banyak tampil dalam pertandingan (600 kali sampai 10 Mei 2009). Ia mengambil alih posisi tersebut dari legenda Juve, Gaetano Scirea pada 6 Maret 2008 saat melawan Palermo. Giampiero Boniperti memegang rekor sebagai pemain yang banyak tampil di seri-A dengan 444 kali penampilan.

Bila dihitung dengan seluruh kompetisi resmi yang diikuti Juventus, Alessandro Del Piero memegang rekor sebagai topskor Juve dengan 241 gol sampai 19 Mei 2008, sejak pertama ia bergabung pada 1993. Giampiero Boniperti, yang sempat menduduki posisi tersebut dengan 182 gol menyusul di posisi kedua, tetapi secara statistic ia masih menjadi topskor terbanyak di ajang seri-A sampai Juni 2007.[149][150]

Pada musim 1933-34, Felice Placido Borel II° mencetak 31 gol dalam 34 kali penampilan, menjadikan rekor pribadi bagi dirinya dan Juventus dalam satu musim. Ferenc Hirzer menjadi topskor terbanyak dalam satu musim dengan 35 gol dalam 26 penampilan di musim 1925-26 (rekor juga untuk sepak bola Italia). Gol paling banyak tercipta oleh satu pemain adalah 6 gol yang dicapai oleh Omar Enrique Sivori ketika Juventus melawan Inter Milan pada musim 1960-61.[39]

Pertandingan resmi perdana yang diikuti oleh Juventus adalah Third Federal Football Championship, yang merupakan pendahulu dari seri-A, melawan Torinese di mana Juve kalah 0-1. Kemenangan terbesar yang dicetak Juve adalah saat melawan Cento dengan skor 15-0 di ronde kedua Coppa Italia pada musim 1926-27. Di seri-A sendiri, Fiorentina dan Fiumana adalah dua klub yang sempat dikalahkan Juve dengan skor besar, masing-masing klub kalah dari Juve dengan skor 11-0 di musim 1928-29. Kekalahan Juventus terbesar diderita saat mereka menjalani musim 1911-12 (melawan AC Milan kalah dengan skor 1-8) dan musim 1912-13 (melawan rival sekota AC Torino kalah dengan skor 0-8).[151]

Si Nyonya Tua memegang rekor sebagai tim dengan produktivitas gol paling besar sepanjang musim, di semua kompetisi, tepatnya pada musim 1992-93 dengan total 106 gol sepanjang musim. Penjualan Zinedine Zidane ke Real Madrid pada 2001 menjadi rekor dunia dengan nilai £46 juta sebelum dipecahkan oleh Cristiano Ronaldo yang juga pindah ke klub yang sama dengan nilai £82 juta.[152]

Kontribusi untuk tim nasional Italia

 
Gianluigi Buffon, salah satu pemain Juventus yang menjadi langganan timnas Italia.

Secara keseluruhan, Juventus merupakan klub yang paling banyak menyumbang pemain untuk timnas Italia dalam sejarah,[153] Si Nyonya Tua menjadi satu-satunya klub yang menyumbangkan pemain sejak Piala Dunia 1934.[154] Juve juga menjadi contributor utama untuk timnas Italia yang dikenal dengan sebutan Dua Era Emas, yang pertama adalah saat era Quinquennio d'Oro (The Golden Quinquennium), dari 1931 sampai 1935, dan Ciclo Leggendario (The Legendary Cycle), dari 1972 sampai 1986.

Berikut adalah daftar pemain Juventus yang dipanggil masuk ke dalam skuat tim Azzuri Italia saat mereka memenangi gelar juara dunia:[155]

Dua pemain Juve memenangi gelar Sepatu Emas di Piala Dunia, yang pertama adalah Paolo Rossi di 1982 dan Salvatore Schillaci di Piala Dunia 1990. Sebagai kontributor untuk timnas juara dunia Italia, dua pemain Juve yaitu Alfredo Foni dan Pietro Rava, juga berhasil mengantarkan Italia merebut medali emas dalam Olimpiade Musim Panas 1936. Pemain Juve lainnya, Sandro Salvadore, Ernesto Càstano dan Giancarlo Bercellino juga menjadi bagian dari timnas juara Eropa Italia tahun 1968.[156]

Juventus juga berperan dalam menyumbang pemain-pemain hebat untuk timnas non-Italia. Zinedine Zidane dan Didier Deschamps adalah dua pemain Juve saat mereka memenangi Piala Dunia 1998 membuat Juventus menjadi penyumbang terbanyak skuat juara dunia suatu timnas dengan jumlah 24 pemain. Pemain timnas Prancis lain seperti Patrick Vieira, David Trézéguet dan Lilian Thuram juga sempat singgah bermain di Juventus. Tiga pemain Juve juga memenangi kejuaraan Piala Eropa dengan timnas non-Italia, Luis del Sol menjadi salah satunya saat ia memenangi Piala Eropa 1964 bersama Spanyol, disusul Michel Platini dan Zidane yang memenangi Euro 1984 dan Euro 2000.[157]

Informasi Ekonomi

Juventus F.C. S.p.A
Perseroan terbatas
DidirikanTurin, Italia (27 Juli 1967 (1967-07-27))
Pendapatan
  •   €283,801,473 (2012–13)
  • €213,786,231 (2011–12)
  •   (€3,806,006) (2012–13)
  • (€41,188,373) (2011–12)
  •   (€15,910,649) (2012–13)
  • (€48,654,550) (2011–12)
Total aset
  •   €443,366,100 (2012–13)
  • €427,780,347 (2011–12)
Total ekuitas
  •   €48,631,015 (2012–13)
  • €64,608,583 (2011–12)
PemilikExor 63.77% (per Agustus 2013)
Karyawan
  •   598 (2012–13)
  • 583 (2011–12)
Situs webwww.juventus.com  

Sejak 27 Juni 1967, Juve tercatat sebagai perushaan publik, dan sejak 3 Desember 2001 nama mereka tercatat di Bursa Saham Italia (Borsa Italiana). Saat ini saham Juventus dimiliki sebanyak 60% oleh Exor S.p.A, dan FIAT Group (keluarga Agnelli). 7.5% untuk Libyan Arab Foreign Investment Co. dan 32.5% kepada pemegang saham lainnya.

Bersama SS Lazio dan AS Roma, Juve menjadi satu dari tiga klub yang tercatat di Bursa Efek Italia. Juventus juga menjadi satu-satunya klub sepak bola yang menjadi anggota STAR (Segment of Stocks conforming to High Requirements, it. Segmento Titoli con Alti Requisiti), salah satu market segmen di dunia.

Tempat latihan Juve saat ini dimiliki oleh Vinovo S.p.A., dan diawasi oleh Juventus Football Club S.p.A dengan kepemilikan modal mencapai 71.3%.

Sejak 1 Juli 2008 Juve bergabung menjadi anggoya Safety Management System untuk karyawan dan atlet sesuai regulasi internasional OHSAS 18001:2007 dan anggota Safety Management System untuk sektor medis sesuai regulasi internasional ISO 9001:2000 resolution.

Merujuk pada jurnal ekonomi The Football Money League yang diterbitkan oleh konsultan keuangan Deloitte, di musim 2005-06 Juventus menjadi klub dengan pemasukan terbesar ketiga di dunia dengan prakiraan pemasukan €251.2 juta. Saat ini, Juve tercatat sebagai klub sepak bola terkaya di dunia berdasar rangking majalah Forbes, di mana di Italia mereka adalah yang terkaya kedua di belakang AC Milan yang dimiliki raja media Italia Silvio Berlusconi.

Pemasok kostum dan sponsor

Periode Produsen kostum Sponsor
1979–1989 Kappa Ariston
1989–1992 UPIM
1992–1995 Danone
1995–1998 Sony / Sony Minidisc
1998–1999 D+Libertà digitale / Tele+
1999–2000 CanalSatellite / D+Libertà digitale / Sony
2000–2001 Lotto Sportal.com / Tele+
2001–2002 FASTWEB / Tu Mobile
2002–2003 FASTWEB / Tamoil
2003–2004 Nike
2004–2005 SKY Italia / Tamoil
2005–2007 Tamoil
2007–2010 New Holland FIAT Group
2010–2012 BetClic / Balocco
2012–2015 FIAT/FCA Italy (Jeep)
2015– Adidas

Penawaran kostum

Pemasok kostum Periode Pengumuman
kontrak
Durasi
kontrak
Nilai Catatan
Adidas
2015–sekarang
24-10-2013
2015–2019 (4 tahun) 23.25 juta per tahun[158] Ketentuan kontrak asli: Total 139.5 juta / 2015–2021 (6 tahun)[159]
Kontrak diperpanjang sebelum waktunya dengan ketentuan yang lebih baik pada akhir musim 2018–2019
21-12-2018
2019–2027 (8 tahun) Total 408 juta[160][161]
(51 juta per tahun)

Juventus dan kemanusiaan

Juventus juga menunjukan komitmennya terhadap segala masalah-masalah humanis dan sosial. Komitmen-komitmen dan proyek-proyek yang senantiasa didukung oleh klub telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam setiap kebijakan dan budaya mereka dalam mewujudkan sebuah nilai-nilai dan idealisme serupa yang selalu dipegang teguh oleh Juventus dalam dunia olahraga dan dapat pula dirasakan dalam bentuk bakti sosial kepada masyarakat.[162]

Keterlibatan dan komitmen klub dalam membantu menangani masalah-masalah sosial tentunya datang dari sensitifitas pihak manajemen Juventus terhadap masalah tersebut, yang kemudian berkembang melalui jaringan para penggemar, supporter dan simpatisannya yang tersebar di seluruh dunia. Juventus mampu menciptakan sebuah gairah positif dalam dunia sepak nola yang membuat kelompok-kelompok masyarakat ini memiliki kesamaan keinginan untuk melakukan kebaikan bagi sesama, serta membentuk rasa kesadaran terhadap masalah-masalah tersebut. Hanya dengan sebuah upaya bersama dan mencetak manusia-manusia yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi, yang termasuk pula para pemain hebat yang turut serta bergabung, maka sangatlah mungkin keberhasilan atas rencana besar ini akan dapat diraih.

Dalam beberapa tahun terakhir komitmen-komitmen sosial Juventus telah berhasil menggapai beberapa area dan upaya tersebut telah melahirkan penghargaan yang di kenal dengan "Scudetto della Solidarieta", yang merupakan sebuah penghargaan yang diberikan oleh majalah VITA. Inisiatif-inisiatif Juve yang telah berhasil di antaranya:

  • Fatti e Progetti per i Giovani yaitu sebuah perencanaan dalam pengembangan taraf hidup generasi muda yang kemudian membuat meraka belajar hal-hal yang berguna.[162]
  • Pembangunan sebuah “Asylum” untuk mengenang Edoardo Agnelli, berkerjasama dengan Vicenza Voluntary Groups, dengan tujuan untuk memberikan tempat penampungan bagi kaum ibu yang berada dalam kesulitan.[162]
  • Proyek "Growing Together at The Sant’Anna", dengan tujuan untuk meningkatkan nilai pendanaan bagi proyek perbaikan ruang perawatan bayi yang baru lahir pada Rumah sakit Sant'Anna.[162]

Catatan

  1. ^ Hingga tahun 1921, divisi utama sepak bola Italia adalah Kejuaraan Sepak Bola Federal. Sejak itu, Divisi Pertama, Divisi Nasional dan menjadi Serie A.

Referensi

  1. ^ Also Madama in Piedmontese dialect.
  2. ^ Arpino, Giovanni; Bàrberi Squarotti, Giorgio; Romano, Massimo (1992). Opere (dalam bahasa Italian and Piedmontese). Milan: Rusconi Editore. hlm. 630. ISBN 88-18-06084-8. 
  3. ^ a b c d e f g "Juventus Football Club: The History". Juventus F.C. official website. Diakses tanggal 2008-08-09. 
  4. ^ "New Stadium". Juventus F.C. Diakses tanggal 23 July 2011. 
  5. ^ "I numeri" (dalam bahasa Italian). ilnuovostadiodellajuventus.com. Diakses tanggal 23 July 2011. 
  6. ^ Nama "Juventus" ialah terjemahan bahasa Piedmont dari kata Latin iuventus (youth dalam Bahasa Inggris).
  7. ^ Aidan Fitzmaurice (28 Juli 2010). "Juve tie the 'stuff of dreams' for Rovers". Union des Associations Européennes de Football. Diakses tanggal 13 Juni 2011. 
  8. ^ "Andrea Agnelli: the 25th chairman of Juventus". Juventus F.C. S.p.A official website. 19 Mei 2010. Diakses tanggal 18 Agustus 2011. 
  9. ^ (Dolci & Janz 2003, hlm. 124)
  10. ^ (Canfari 1915)
  11. ^ "New stadium, opening ceremony on 8th September". Juventus F.C. 14 Juli 2011. Diakses tanggal 23 Juli 2011. 
  12. ^ (Hazard & Gould 2005, hlm. 209, 215)
  13. ^ (Tranfaglia & Zunino 1998, hlm. 193)
  14. ^ "Breathing in football and Alpine air in Turin". Union des Associations Européennes de Football. 8 Januari 2015. Diakses tanggal 23 Mei 2017. 
  15. ^ Deloitte Sports Business Group (Januari 2017). Deloitte Touche Tohmatsu Ltd., ed. Planet Football (PDF). Deloitte Football Money League 2017. hlm. 5. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 19 November 2017. 
  16. ^ "Juventus Football Club" (dalam bahasa Italian). Borsa Italiana S.p.A. 14 April 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 January 2015. 
  17. ^ (Sappino et al. 2000, hlm. 712–713, 1491–1492)
  18. ^ Armando Maglie (2 Oktober 2010). "Inter-Juve, resto del mondo contro il made in Italy" (dalam bahasa Italian). Corriere dello Sport. Diakses tanggal 4 Oktober 2010. 
  19. ^ Giovanni Arpino (3 Desember 1969). "Quando si dice Juventus..." (dalam bahasa Italian). La Stampa. hlm. 19. Diakses tanggal 23 Januari 2011. 
  20. ^ Peter Staunton (10 Juli 2010). "Ten World Cup teams influenced by one club". NBC Sports. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Juli 2010. Diakses tanggal 23 Oktober 2010. 
  21. ^ a b "Juventus building bridges in seri B". FIFA official website. Diakses tanggal 2006-11-20. .
  22. ^ "Old Lady sits pretty". Union des Associations Européennes de Football. Diakses tanggal 26 Juni 2003. 
  23. ^ a b c "Europe's club of the Century". International Federation of Football History & Statistics. Diakses tanggal 10 September 2009. 
  24. ^ a b "Confermato: I più titolati al mondo!" (dalam bahasa Italia). A.C. Milan S.p.A official website. 30 Mei 2013. Diakses tanggal 19 Juni 2013. 
  25. ^ Peter Staunton (10 Juli 2010). "Ten World Cup teams influenced by one club". NBC Sports. Diakses tanggal 23 Oktober 2010. 
  26. ^ (Graziano 2011)
  27. ^ a b "Research: Supporters of football clubs in Italy" (dalam bahasa Italian). La Repubblica. Diakses tanggal 2008-08-30. 
  28. ^ "Juventus F.C.: nasce l'Associazione Piccoli Azionisti" (dalam bahasa Italian). Borsa Italiana S.p.A. 24 September 2010. Diakses tanggal 23 Oktober 2010. 
  29. ^ "History of the UEFA Cup". Union des Associations Européennes de Football. Diakses tanggal 5 April 2008. 
  30. ^ "Giovanni Trapattoni". Union des Associations Européennes de Football. 31 Mei 2010. Diakses tanggal 27 Desember 2010. 
  31. ^ a b c "Un dilema histórico" (PDF) (dalam bahasa Spanish). El Mundo Deportivo. 23 September 2003. Diakses tanggal 23 September 2008. 
  32. ^ a b "Juventus FC: La Vecchia Signora en lo más alto del mundo". FIFA official website (dalam bahasa Spanish). Diakses tanggal 2009-08-19. 
  33. ^ a b Kompetisi utama untuk klub UEFA adalah Piala Champions, Piala Winners, dan Piala UEFA. Memenangkan ketiga trofi tersebut dikenal dengan istilah "Grand Slam", yang juga berhasil diraih oleh dua klub lain selain Juventus pada tahun 1985, yaitu Ajax Amsterdam pada tahun 1992 dan Bayern Munich pada tahun 1996.
  34. ^ a b "Legend: UEFA club competitions". Union des Associations Européennes de Football. 21 Agustus 2006. Diakses tanggal 26 Februari 2013. 
    "1985: Juventus end European drought". Union des Associations Européennes de Football. 8 Desember 1985. Diakses tanggal 26 Februari 2013. 
  35. ^ "FIFA Club World Championship TOYOTA Cup: Solidarity – the name of the game" (PDF). FIFA Activity Report 2005. Zurich: Fédération Internationale de Football Association: 62. April 2004-May 2005. Diakses tanggal 17 Desember 2012. 
  36. ^ "We are the champions". Fédération Internationale de Football Association. 2005-12-01. Diakses tanggal 2009-10-28. 
  37. ^ Paul Saffer (10 April 2016). "Paris aim to join multiple trophy winners". Union des Associations Européennes de Football. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 June 2017. 
  38. ^ a b "Storia della Juventus Football Club". magicajuventus.com (dalam bahasa Italia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 Januari 2008. Diakses tanggal 8 Juli 2007. 
  39. ^ a b c d e f Modena, Panini Edizioni (2005). Almanacco Illustrato del Calcio – La Storia 1898–2004. 
  40. ^ "FIFA Classic Rivalries: Torino VS Juventus". FIFA official website. Diakses tanggal 2007-06-29. 
  41. ^ "Italy – International matches 1930–1939". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 January 2009. Diakses tanggal 4 January 2009. 
  42. ^ "Tanti auguri, Presidente!" (dalam bahasa Italian). Juventus Football Club S.p.A. official website. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Juli 2009. Diakses tanggal 3 Juli 2009. 
  43. ^ "Italy – International matches 1970–1979". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 February 2009. Diakses tanggal 4 January 2009. 
  44. ^ "Italy – International matches 1980–1989". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 February 2009. Diakses tanggal 4 January 2009. 
  45. ^ Glanville, Brian (2005). The Story of the World Cup. London: Faber and Faber. hlm. 263. ISBN 0-571-22944-1. 
  46. ^ "Olsson urges anti-racism action". UEFA official website. Diakses tanggal 2005-05-13. 
  47. ^ "European Footballer of the Year ("Ballon d'Or")". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diakses tanggal 2007-06-08. 
  48. ^ Goldblatt, David (2007). The Ball is Round: A Global History of Football. London: Penguin. hlm. 602. ISBN 978-0-14-101582-8. 
  49. ^ "1995/96: Juve hold their nerve". UEFA official website. 1996-05-22. 
  50. ^ "1996: Dazzling Juve shine in Paris". UEFA official website. 1997-03-01. 
  51. ^ "Toyota Cup 1996". FIFA official website. 1996-11-26. 
  52. ^ "UEFA Champions League 1996–97: Final". UEFA official website. 1997-05-28. 
  53. ^ "UEFA Champions League 1997–98: Final". UEFA official website. 1997-05-20. 
  54. ^ "Italian trio relegated to Serie B". BBC. 14 Juli 2006. Diakses tanggal 14 Juli 2006. 
  55. ^ "Juventus promoted back to Serie A in style". espnfc.us. 19 May 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 November 2016. Diakses tanggal 3 November 2016. 
  56. ^ "Juventus may ask for Serie A titles to be reinstated". The Independent. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2017. 
  57. ^ "Penale Sent. Sez. 3 Num. 36350 Anno 2015" (pdf) (dalam bahasa Italian). Federazione Italiana Giuoco Calcio. 24 Maret 2015. hlm. 138. Diakses tanggal 10 September 2015. 
  58. ^ "Tavecchio tells Juventus: Drop €443m lawsuit and we'll talk about your two Scudetti - Goal.com". Goal.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 April 2015. 
  59. ^ "Calciopoli, Cassazione: "Moggi? Strapotere su Figc e tv"". Diakses tanggal 10 September 2015. 
  60. ^ "Calciopoli, il Tar boccia il ricorso: niente risarcimento alla Juve". la Repubblica (dalam bahasa Italia). September 6, 2016. Diakses tanggal September 18, 2018. 
  61. ^ "Ranieri appointed Juventus coach". BBC News. 4 Juni 2007. Diakses tanggal 4 Juni 2007. 
  62. ^ "Via Ranieri, ecco Ferrara" (dalam bahasa Italia). Union des Associations Européennes de Football. Diakses tanggal 19 Mei 2009. 
  63. ^ "Ferrara handed Juventus reins". UEFA official website. Diakses tanggal 2009-06-05. 
  64. ^ "Zaccheroni nuovo allenatore della Juventus" (dalam bahasa Italian). Juventus Football Club S.p.A official website. 29 Januari 2010. Diakses tanggal 29 Januari 2010. [pranala nonaktif]
  65. ^ "A Scudetto built on defense". juventus.com. 15 Mei 2012. 
  66. ^ Carlo Campo (20 Mei 2015). "Juventus win record 10th Coppa Italia title". thescore.com. Diakses tanggal 4 April 2016. 
  67. ^ "Real Madrid 1–1 Juventus (agg 2–3): Alvaro Morata cancels out Cristiano Ronaldo penalty to haunt former club and send Serie A giants into the Champions League final against Barcelona". Mail Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 March 2016. 
  68. ^ "2015 Champions League final: Juventus 1–3 Barcelona – as it happened". theguardian.com. 6 June 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 March 2016. Diakses tanggal 4 April 2016. 
  69. ^ "Juventus claim back-to-back doubles after 11th Coppa Italia success". eurosport.com. 21 May 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 October 2016. Diakses tanggal 21 May 2016. 
  70. ^ "Milan 0–1 Juventus (AET): Morata grabs extra-time winner to seal another double". goal.com. 21 May 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 May 2016. Diakses tanggal 21 May 2016. 
  71. ^ "Coppa Italia: Morata in extra time". Football Italia. 21 May 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 May 2016. Diakses tanggal 21 May 2016. 
  72. ^ "Juventus wins historic third straight Coppa Italia". beinsports.com. 17 May 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 August 2017. Diakses tanggal 17 May 2017. 
  73. ^ "Juventus Clinch Sixth Consecutive Serie A Title Against Crotone". espnfc.us. 21 May 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 May 2017. Diakses tanggal 21 May 2017. 
  74. ^ "Real Madrid and Cristiano Ronaldo see off Juventus to win Champions League". The Guardian. 3 June 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 June 2017. Diakses tanggal 3 June 2017. 
  75. ^ "Panic erupts during Champions League viewing in Italy, injuring 1,000". BNO News. 4 June 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 June 2017. Diakses tanggal 4 June 2017. 
  76. ^ "Coppa: Force Four Juve flatten Milan". Football Italia. 9 Mei 2018. 
  77. ^ "Juventus Seven-Up". Football Italia. 13 Mei 2018. 
  78. ^ "Cristiano Ronaldo: Juventus sign Real Madrid forward for £99.2m - BBC Sport". BBC Sport. 10 Juli 2018. 
  79. ^ "Juventus fightback to secure Scudetto". Football Italia. 20 April 2019. 
  80. ^ "Black & White". Notts County F.C. official website. Diakses tanggal 2008-11-07.  Extracts taken from the Official History of Notts County and article kindly reproduced by the Daily Mail.
  81. ^ "FIFA awards special 'Club World Champion' badge to AC Milan". Fédération Internationale de Football Association. 7 February 2008. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 June 2015. Diakses tanggal 14 April 2016. 
  82. ^ "Juventus reveal star-less shirts". football-italia.net. Football Italia. 11 July 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 August 2016. Diakses tanggal 16 June 2016. 
  83. ^ Gladwell, Ben (6 May 2014). "Juventus won't add 3rd star to badge". ESPN FC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 October 2014. Diakses tanggal 18 October 2014. 
  84. ^ Danny Penza (1 July 2015). "Juventus' new 2015–16 adidas jerseys have officially arrived". SBNation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 April 2016. Diakses tanggal 14 April 2016. 
  85. ^ "Juventus' new 2015–16 adidas jerseys have officially arrived". SB Nation. 1 July 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 August 2016. Diakses tanggal 21 August 2016. 
  86. ^ "Black and White and More: Juventus' future, now". juventus.com. 16 January 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 January 2017. Diakses tanggal 16 January 2017. 
  87. ^ "Juventus launches JKids". juventus.com. 10 September 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 September 2015. Diakses tanggal 10 September 2015. 
  88. ^ "Venite ad incontrare J allo Stadium!" (dalam bahasa Italian). juventus.com/it. 16 September 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 October 2015. Diakses tanggal 16 September 2015. 
  89. ^ Granzotto, Paolo (16 Juni 2006). "Juve, la Signora "gobba" che ci prova" (dalam bahasa Italia). Il Giornale. Diakses tanggal 21 Desember 2012. 
  90. ^ "Paolo Belli: biografia e discografia" (dalam bahasa Italian). 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 April 2013. 
  91. ^ Daniele Solavaggione (30 September 2016). "Arriva "Bianconeri - Juventus Story"". La Stampa (dalam bahasa Italia). Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 February 2018. 
  92. ^ "First Team: Juventus FC coming to Netflix on February 16!". juventus.com. 22 January 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 January 2018. 
  93. ^ "L'immobiliare Juve: dopo lo stadio ecco la Continassa". Gazzetta dello Sport. 7 August 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 March 2016. Diakses tanggal 20 August 2016. 
  94. ^ "Juventus places: Olympic Stadium". Juventus F.C. official website. Diakses tanggal 2008-03-12. 
  95. ^ "Juventus places: Delle Alpi Stadium". Juventus F.C. official website. Diakses tanggal 2008-03-12. 
  96. ^ "Second agreement with the ICS for the financing of further works in the framework of the stadium area" (PDF). Juventus Football Club S.p.A. official website. 14 Mei 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juni 2015. Diakses tanggal 3 Januari 2016. 
  97. ^ "Call it Allianz Stadium". juventus.com. 1 June 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 June 2017. Diakses tanggal 1 June 2017. 
  98. ^ a b c "Juventus Football Club S.p.A: Objectives and Strategies". Juventus F.C. official website. Diakses tanggal 2009-08-26. 
  99. ^ "Napoli: Back where they belong". FIFA official website. Diakses tanggal 2007-06-22. 
  100. ^ "I club esteri". Centro Coordinamento Juventus Club DOC official website (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 2008-11-01. 
  101. ^ "Supporters by region" (dalam bahasa Italian). calcioinborsa.com. Diakses tanggal 2007-02-05. 
  102. ^ http://www.juventusclubindonesia.com/doc.html
  103. ^ Juventus Club Indonesia diakui oleh pihak Juventus Italia
  104. ^ a b "Juve-Inter, storia di una rivalità" (dalam bahasa Italian). Tuttosport. 2008-09-22. 
  105. ^ "Juve e Milan, la sfida infinita storia di rivalità e di campioni" (dalam bahasa Italian). La Repubblica. 2003-05-15. 
  106. ^ "Juve-Roma, rivalità antica" (dalam bahasa Italian). Tuttosport. 2008-10-31. 
  107. ^ "Quell'antica ruggine tra Juve e Fiorentina" (dalam bahasa Italia). La Gazzetta dello Sport. 2009-01-22. 
  108. ^ Sing Along Juventus Anthem - Inno Juventus - Bella Signora Watch the video and Sing Along Forza la Juve, La Juve, La Juve Ale'
  109. ^ "Juve, la strategia di Bettega: tornano i giovani" (dalam bahasa Italian). Tuttosport. 9 January 2010. 
  110. ^ "La signora Juventus è ringiovanita bene" (dalam bahasa Italian). La Gazzetta dello Sport. 21 January 2009. 
  111. ^ "Juventus Soccer Schools International" (dalam bahasa Italian). Juventus Soccer School. 16 May 2010. 
  112. ^ https://iltirreno.gelocal.it/grosseto/sport/2019/06/19/news/porta-blindata-grazie-a-barosi-in-difesa-arriva-mattia-polidori-1.34461356?refresh_ce
  113. ^ https://www.tuttomercatoweb.com/serie-a/ufficiale-juventus-branescu-in-prestito-al-kilmarnock-dell-ex-alessio-1266627
  114. ^ https://www.unionesarda.it/articolo/sport/calcio/2019/07/08/la-torres-prende-il-giovane-portiere-edoardo-colombo-4-902362.html
  115. ^ https://www.sportpiacenza.it/calcio/piacenza-calcio/calciomercato-piacenza-arriva-il-portiere-mattia-del-favero-frenata-nella-trattativa-con-nocciolini.html
  116. ^ https://www.juventusnews24.com/juve-primavera-sava-ceduto-pescara-ufficiale/
  117. ^ https://www.bolognafc.it/torneo-di-vignola-la-primavera-batte-il-carpi-e-approda-alla-semifinale/
  118. ^ https://www.tuttosport.com/news/calcio/calciomercato/2019/08/22-60238114/capellini_in_prestito_dalla_juventus_alla_pistoiese/
  119. ^ https://kilmarnockfc.co.uk/news/kilmarnock-sign-dario-del-fabro-on-loan/
  120. ^ a b c https://www.giovanibianconeri.it/juventus-le-cessioni-dei-classe-2002-sterrantino-al-novara-lamanna-alla-cremonese/
  121. ^ https://www.tuttomercatoweb.com/serie-b/ufficiale-pescara-torna-machin-presi-masciangelo-e-bocic-1286279
  122. ^ https://www.juventus.com/en/news/news/2019/luca-pellegrini-to-be-loaned-to-cagliari.php
  123. ^ "Romero, gli accordi con il Genoa". Juventus.com. Diakses tanggal 12 Juli 2019. 
  124. ^ https://momentidicalcio.com/2019/08/20/spal-dalla-juve-arriva-il-difensore-centrale-raffaele-spina/
  125. ^ https://www.tuttomercatoweb.com/serie-a/juventus-il-riepilogo-di-tutti-i-movimenti-di-mercato-dell-estate-1287792
  126. ^ https://www.tuttojuve.com/calciomercato/brentan-alla-sampdoria-manca-solo-l-ufficialita-482964
  127. ^ https://www.ilbianconero.com/a/accordo-trovato-leandro-fernandes-saluta-la-juve-66635
  128. ^ https://www.tuttomercatoweb.com/serie-b/ufficiale-pescara-colpo-kastanos-preso-in-prestito-dalla-juve-1282867
  129. ^ https://www.ilbianconero.com/a/ufficiale-matheus-pereira-e-mavididi-al-dijon-i-dettagli-59723
  130. ^ https://www.tuttomercatoweb.com/serie-c/ufficiale-juventus-mosti-ceduto-al-monza-1275761
  131. ^ https://onefootball.com/it/notizie/monzialo-al-grasshopper-e-ufficiale-il-comunicato-del-club-it-26792053?variable=20190816
  132. ^ https://www.tuttomercatoweb.com/serie-b/ufficiale-perugia-preso-nicolussi-caviglia-dalla-juventus-1287569
  133. ^ https://www.tuttomercatoweb.com/europa/ufficiale-dijon-preso-pereira-in-prestito-dalla-juventus-u23-1285539
  134. ^ https://www.11giovani.it/index.php/nazionali/novara-giuliano-gentilini-nuovo-allenatore-dell-under-17-presi-dalla-juve-sterrantino-poletti-e-lofraro
  135. ^ https://www.tuttomercatoweb.com/serie-b/ufficiale-juve-stabia-dalla-juventus-arriva-del-sole-1268190
  136. ^ "Juventus salutes Andrea Favilli - Juventus.com". 
  137. ^ https://www.tuttomercatoweb.com/serie-b/ufficiale-empoli-torna-lipari-dalla-juventus-1283482
  138. ^ https://www.violanews.com/giovanili/e-intanto-la-fiorentina-prende-un-giovanissimo-attaccante-dalla-juventus/
  139. ^ "The Juventus First Team staff for 2019/20". Juventus.com. 10 Juli 2019. Diakses tanggal 10 Juli 2019. 
  140. ^ "List of Juventus F.C. Presidents". Juworld.net (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 2007-06-08. 
  141. ^ "List of Juventus F.C. managers". MyJuve.it (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 2007-07-25. 
  142. ^ a b "Football Europe: Juventus F.C." UEFA official website. Diakses tanggal 2006-12-26. 
  143. ^ Sampai 2004, pertandingan antar juara Liga Champions dikenal dengan nama Piala Interkontinental (biasa disebut European / South American Cup alias Toyota Cup); kemudian kejuaraan tersebut diganti dengan Piala Dunia Antar Klub FIFA.
  144. ^ "TIM Cup: Albo d'oro". Lega-Calcio official website (dalam bahasa Italian). Diakses tanggal 2009-08-20. 
  145. ^ "Tutto inizio' con un po' di poesia" (dalam bahasa Italian). La Gazzetta dello Sport. Diakses tanggal 1997-05-24. 
  146. ^ "FIFA Awards: FIFA Clubs of the 20th Century". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diakses tanggal 2000-12-23. 
  147. ^ "The 'Top 25' of each year (since 1991)". IFFHS official website. Diakses tanggal 2008-01-03. 
  148. ^ Sejak musim 1990–91, Juventus memenangi 15 kejuaraan resmi: lima gelar Serie-A, satu Coppa Italia, empat Piala Super Italia, satu piala Interkontinental Cup/FIFA World Club Cup, satu European Cup/UEFA Champions League, satu UEFA Cup, satu UEFA Intertoto Cup, dan satu UEFA Super Cup. Lihat juga "All-Time Club World Ranking (since 1.1.1991)". IFFHS official website. Diakses tanggal 2008-12-31. 
  149. ^ "Giampiero Boniperti playing records". MyJuve.it. Diakses tanggal 2007-06-08. 
  150. ^ "Alessandro Del Piero playing records". MyJuve.it. Diakses tanggal 2007-06-08. 
  151. ^ Modena, Panini Edizioni (2005). Almanacco Illustrato del Calcio - La Storia 1898-2004. 
  152. ^ "Zidane - symbol of Real's dream". BBC. Diakses tanggal 2001-07-09. 
  153. ^ "Italian national team: J-L Italian club profiles". Italian national team records & statistics. Diakses tanggal 2006-11-01. .
  154. ^ "Juve players at the World Cup". Juventus F.C. official website. Diakses tanggal 2009-08-23. 
  155. ^ "Italian National Team Honours - Club Contributions". Forza Azzurri. Diakses tanggal 2007-06-08. 
  156. ^ "European Championship 1968 - Details Final Tournament". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diakses tanggal 2007-06-08. 
  157. ^ "European Championship". The Record Sport Soccer Statistics Foundation. Diakses tanggal 2007-06-08. 
  158. ^ OFFICIALLY OFFICIAL: Juventus announce six-year deal with Adidas starting in the 2015-16 season
  159. ^ Juventus announce Adidas deal
  160. ^ Juventus Extends Adidas Kit Deal
  161. ^ The Italian champions have extended their lucrative agreement with the German sportswear manufacturer, who will pay a €15m bonus for their strong 2018
  162. ^ a b c d Juve & Kemanusiaan

Bibliografi

Buku

  • Arpino, Giovanni; Bàrberi Squarotti, Giorgio; Romano, Massimo (1992). Opere (dalam bahasa Italian and Piedmontese). Milan: Rusconi Editore. ISBN 88-18-06084-8. 
  • Canfari, Enrico (1915). Storia del Foot-Ball Club Juventus di Torino (dalam bahasa Italian). Tipografia Artale. 
  • Clark, Martin (1996) [1995]. Modern Italy; 1871-1995. 2. Milan: Longman. ISBN 0-582-05126-6. 
  • Dolci, Fabrizio (2003). Non omnis moriar: gli opuscoli di necrologio per i caduti Italiani nella Grande Guerra; bibliografia analitica (dalam bahasa Italian). Edizioni di Storia e Letteratura. ISBN 88-8498-152-2. 
  • Glanville, Brian (2005). The Story of the World Cup. London: Faber and Faber. ISBN 0-571-22944-1. 
  • Goldblatt, David (2007). The Ball is Round: A Global History of Football. London: Penguin. ISBN 978-0-14-101582-8. 
  • Hazzard, Patrick (2001). Fear and loathing in world football. Berg Publishers. ISBN 1-85973-463-4. 
  • Kuper, Simon (2010). Calcionomica. Meraviglie, segreti e stranezze del calcio mondiale (dalam bahasa Italian). ISBN Edizioni. ISBN 88-7638-176-7. 
  • Papa, Antonio (1993). Storia sociale del calcio in Italia (dalam bahasa Italian). Bologna: Il Mulino. hlm. 271. ISBN 88-15-08764-8. 
  • Sappino, Marco (by) (2000). Dizionario biografico enciclopedico di un secolo del calcio italiano (dalam bahasa Italian). 2. Milan: Baldini Castoldi Dalai Editore. ISBN 88-8089-862-0. 
  • Tranfaglia, Nicola (1998). Guida all'Italia contemporanea, 1861-1997 (dalam bahasa Italian). 4. Garzanti. ISBN 88-11-34204-X. 

Publikasi lainnya

Pranala luar