Pura Penataran Sasih

bangunan kuil di Indonesia

Pura Penataran Sasih adalah sebuah candi Hindu yang terletak di Banjar Intaran, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali.[1] Pura penataran sasih terdiri atas lima palebahan yaitu, Pura penataran sasih sebagai pura induk; Pura Taman Sari, Pura Ratu Pasek, dan Pura Bale Agung dibagian utara; dan Pura Ibu berada di Selatan. Pada Pura penataran sasih terdapat peninggalan sejarah berupa nekara perunggu yang disebut juga nekara pejeng yang dipercaya memiliki nilai simbolis magis yang sangat tinggi[2]. Nekara pejeng merupakan salah satu cagar budaya. Nekara pejeng berbentuk menyerupai "bedug" dengan tinggi 1,86 m. Nekara ini digunakan oleh masyarak sebagai media meminta keselamatan dan kesejahteraan dan diletakkan disebuah bangunan utama yang disebut Pelinggih Ratu Bhetara Sasih. Selain nekara perunggu ditemuka peninggalan-peninggalan lain di bagian dalam Pura penataran sasih, seperti arca Ganesa, arca perwujudan Bhatara-Bhatari, arca Pendeta, arca Catur Kaya, arca Dwarapala, dan Lingga Yoni[1].

Pura Penataran Sasih

Selain terkenal akan peninggalan berupa nekara perunggu, Pura penataran sasih juga terkenal dengan tarian Sang Hyang Jaran. Tarian ini hanya dipentaskan jika terdapat upacara besar, seperti upacara ngenteg linggih dan caru balik sumpah. Tarian ini dibawakan oleh 4 penari yang ditunjuk lansung saat acara berlansung. Para penari yang ditunjuk akan bergerak sesuai irama gending sanghyang tanpa sadar (kesurupan). Orang yang ditunjuk bisa warga sekitar ataupun warga dari luar Pejeng[2][3].

Mitos

Nama pura penataran sasih diambil dari salah satu nekara yang terdapat di Pura tersebut yaitu nekara pejeng. Menurut mitos masyarakat setempat dulu salah satu bulan dari 13 bulan yang bearada di atas bumi yang jatuh dan tersangkut. Bulan tersebut memiliki sinar yang sangat terang pada malam hari sehingga para pencuri tidak dapat melakukan aksinya. Pada suatu hari para pencuri memutuskan untuk mengencingi bulan tersebut agar cahayanya hilang. Salah satu pencuri lalu mengencingi bulan tersebut dan terjadilah ledakan. Pecahan dari bulan tersebut menjadi nekara perunggu yang terdapat pada Pura penataran sasih hingga saat ini. Sasih sendiri dalam bahasa Bali bermakna bulan[1][2][3].


Referensi

  1. ^ a b c Artanegara (18 Februaru 2019). "Pura Penataran Sasih". INDONESIANA Platform Kebudayaan. Diakses tanggal 1 Desember 2019. 
  2. ^ a b c Darmada, A. "Pura Penataran Sasih". BabadBali.com. Diakses tanggal 2 Desember 2019. 
  3. ^ a b Suyatra, I Putu (27 September 2017). "Pura Penataran Sasih, Tempat Mitos Bulan Jatuh dan Dikencingi Pencuri". BALI EXPRESS. Diakses tanggal 2 Desember 2019.