Kromosom

Struktur di dalam sel
Revisi sejak 3 Desember 2020 20.14 oleh Dare2Leap (bicara | kontrib) (Jenis-jenis kromosom: Memperbaiki kesalahan penggunaan huruf kapital)

Kromosom (bahasa Yunani: chroma, warna; dan soma, badan) merupakan struktur di dalam sel berupa deret panjang molekul yang terdiri dari satu molekul DNA[1] dan berbagai protein terkait yang merupakan informasi genetik suatu organisme,[2] seperti molekul kelima jenis histon dan faktor transkripsi yang terdapat pada beberapa deret, dan termasuk gen unsur regulator dan sekuens nukleotida. Kromosom yang berada di dalam nukleus sel eukariota, secara khusus disebut kromatin.[3]

Gambar 1: Kromosom. (1) Kromatid. Salah satu dari dua bagian identik kromosom yang terbentuk setelah fase S pada pembelahan sel. (2) Sentromer. Tempat persambungan kedua kromatid, dan tempat melekatnya mikrotubulus. (3) Lengan pendek (4) Lengan panjang.

Dalam kromosom eukariota, DNA yang tidak terkondensasi berada dalam struktur order-quasi dalam nukleus, di mana ia membungkus histon (protein struktural, Gambar 1), dan di mana material komposit ini disebut kromatin. Selama mitosis (pembelahan sel), kromosom terkondensasi dan disebut kromosom metafase. Hal ini menyebabkan masing-masing kromosom dapat diamati melalui mikroskop optik.

Setiap kromosom memiliki dua lengan, yang pendek disebut lengan p (dari bahasa Prancis petit yang berarti kecil) dan lengan yang panjang lengan q (q mengikuti p dalam alfabet).

Prokariota tidak memiliki histon atau nukleus. Dalam keadaan longgarnya, DNA dapat diakses untuk transkripsi, regulasi, dan replikasi.

Kromosom pertama kali diamati oleh Karl Wilhelm von Nägeli pada 1842 dan ciri-cirinya dijelaskan dengan detail oleh Walther Flemming pada 1882. Sedangkan prinsip-prinsip klasik genetika merupakan pemikiran deduksi dari Gregor Mendel pada 1865[4] yang banyak diabaikan orang hingga 1902, Walter Sutton dan Theodor Boveri menemukan kesamaan antara perilaku kromosom saat meiosis dengan hukum Mendel dan menarik kesimpulan bahwa kromosom merupakan pembawa gen.[5] Hasil penelitian keduanya dikenal sebagai teori Sutton-Boveri atau hipotesis Sutton-Boveri atau teori hereditas kromosom, yang menjadi kontroversi dan perdebatan para pakar kala itu.

Pada 1910, Thomas Hunt Morgan membuktikan bahwa kromosom merupakan pembawa gen. Pada 1955, Joe Hin Tjio, seorang ilmuwan Amerika kelahiran Indonesia berhasil membuktikan bahwa kromosom manusia terdiri dari 23 pasang, bukan 24 pasang seperti yang diyakini para ahli genetika sejak lama.

Bagian-bagian kromosom

Kromosom terdiri atas tiga bagian yaitu bagian kepala kromosom Kompleks protein dan bagian badan kromosom.

Sentromer

Sentromer merupakan bagian kepala kromosom yang berbentuk bulat dan merupakan pusat kromosom. Sentromer merupakan bagian kromosom yang membagi kromosom menjadi dua bagian. Sentromer tidak mengandung gen. Pada saat pembelahan sel sentromer merupakan tempat melekat nya benang-benang gerondon yang disebut spindel.[6]

Kinetokor

Kinetokor merupakan kompleks protein yang terdapat pada daerah sentromer. Kinetokor mengikat mikrotubulus pada berkas gelendong dan berfungsi mendistribusikan kromosom pada saat sel membelah.[6]

Lengan kromosom

Lengan kromosom adalah badan kromosom yang mendukung kromonema dan gen. Pada umumnya, kromosom mempunyai dua lengan. Kedua lengan kromosom dapat berbentuk simetris atau asimetris. Ada kromosom yang kedua lengannya terenteng pada satu garis lurus. Namun ada juga kromosom yang kedua lengannya membentuk sudut sama yang saling bertolak belakang. Adanya perbedaan dalam struktur dan bentuk lengan kromosom menyebabkan kromosom memiliki bentuk yang beragam.

Jenis-jenis kromosom

Kromosom memiliki elemen-elemen untuk menggerakan kromosom selama mitosis. Elemen tersebut berupa wilayah penyempitan pertama pada kromosom yang khusus dan tetap yang disebut sentromer atau kinetokor. Jenis kromosom ada dua yaitu autosom dan gonosom. Autosom tidak menentukan jenis kelamin sedangkan gonosom menentukan jenis kelamin. Apabila gen-gen yang berperan dalam pewarisan sifat keturunan terletak pada autosom, sistem pewarisannya disebut autosomal sedangkan bila gen gen terletak pada gonosom sistem pewarisannya disebut gonosomal.[7]

Apabila kromosom memiliki lebih dari satu sentromer disebut kromosom disentris. Kadang kala, dijumpai pula kromosom tanpa sentromer yang dinamakan kromosom asentris. Kromosom asentris ini bersifat labil dan biasanya akan mudah hancur di dalam Plasma sel.

Kromosom terbagi menjadi dua bagian yakni bagian lengan p dan q dengan sentromer sebagai pusatnya. Berdasarkan letak sentromer dan panjang lengannya sentromer dibagi menjadi empat jenis.[6]

 
Jenis-jenis kromosom, gambar I = kromosom telosentrik, gambar II = akrosentrik, gambar III = submetasentrik, gambar IV = metasentrik

Metasentrik

Kromosom metasentrik merupakan kromosom dengan posisi sentromer tepat di tengahnya sehingga membagi lengan kromosom dengan ukuran yang sama panjang.

Submetasentrik

Kromosom submetasentrik adalah jenis kromosom dengan posisi sentromer yang agak jauh dari ujung sehingga membuat kromosom berbentuk seperti huruf L.

Akrosentrik

Kromosom akrosentrik merupakan jenis kromosom dengan letak sentromer yang agak dekat dengan ujung.

Telosentrik

Kromosom telosentrik merupakan kromosom dengan letak sentromer berada di ujung kromosom sehingga membuat kromosom hanya memiliki satu lengan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Inggris)"Chromosomes". John Kimball. Diakses tanggal 2010-08-12. 
  2. ^ (Inggris)Bruce Alberts, Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith Roberts, dan Peter Walter (2002). Molecular Biology of the Cell (edisi ke-4). Garland Science. hlm. Chromosome. ISBN 0-8153-4072-9. Diakses tanggal 2010-08-12. 
  3. ^ (Inggris)"The Nucleus". John Kimball. Diakses tanggal 2010-08-12. 
  4. ^ (Inggris)Geoffrey M. Cooper (2000). The Cell - A Molecular Approach. Boston University (edisi ke-2). Sunderland (MA): Sinauer Associates. hlm. Heredity, Genes, and DNA. ISBN 0-87893-106-6. Diakses tanggal 2010-08-12. 
  5. ^ (Inggris)Anthony JF Griffiths, Jeffrey H Miller, David T Suzuki, Richard C Lewontin, and William M Gelbart (2000). An Introduction to Genetic Analysis. University of British Columbia, University of California, Harvard University (edisi ke-7). W. H. Freeman. hlm. Historical development of the chromosome theory. ISBN 0-7167-3520-2. Diakses tanggal 2010-08-13. 
  6. ^ a b c Tetty Setiowati, Deswaty Furqonita (2007). BIOLOGI Interaktif Kls.XII IPA. Jakarta: Ganeca Exact. hlm. 46–47. ISBN 978-979-1211-25-3. 
  7. ^ Aristya, Ganies Riza; Daryono, Budi Setiadi; Handayani, Niken Satuti Nur; Arisuryanti, Tuti (2018-05-23). Karakterisasi Kromosom Tumbuhan dan Hewan. Yogyakarta: UGM PRESS. hlm. 10–13. ISBN 978-979-420-998-1. 

Pranala luar