Pabrik Gula Dukuhwringin
Pabrik Gula Dukuhwringin atau Suikerfabriek Doekoewringin (SF Doekoewringin) merupakan salah satu perusahaan pengolahan tebu menjadi gula yang pernah berdiri pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Letak PG Dukuhwringin berada di Dukuhwringin, Slawi, Tegal atau tepatnya sekarang telah menjadi Markas Komando (marko) militer Brigade Infanteri 4 / Brigif Dewa Ratna Slawi.
Sejarah
SF Doekoewringin ini adalah salah satu pabrik yang dibangun dengan sistem kontrak gula, yang dikeluarkan oleh Mentri Koloni JC Baud pada tahun 1840. Awalnya Lucassen dan Holmberg berkerjasama untuk membangun sebuah pabrik, namun karena beberapa masalah, mereka berdua akhirnya tidak bekerjasama.
Lucassen langsung mengasosiasikan dirinya dengan Hoeveenar yang kemudian membuat dua buah pabrik gula di Slawi, yaitu di Kemanglen dan Dukuhwringin. Sedangkan Holmberg secara sendiri membangun pabrik gula di Jatibarang dan Adiwerna. Lucassen dan Hoeveenar mendapatkan dana sistem kontrak gula sebesar 120.000 gulden untuk pembelian mesin dan 130.000 gulden untuk pembangunan pabrik. Mereka berdua mendirikan dua pabrik gula yang besar sekaligus di Slawi.
Roger Knight mencatat bahwa pada tahun 1841-1842 di Kemanglen dan Dukuhwringin telah dibangun sebuah pabrik yang ukurannya besar yang dilengkapi dengan mesin-mesin uap yang diimpor dari pengusaha baja Perancis Belgia Derosne et Cail. Pengusaha inilah yang sebelumnya membuat mesin-mesin pabrikasi di Karibia dan Amerika. Pemilik Pabrik Gula Dukuhwringin merupakan seorang pensiunan tentara kerajaan Belanda yang kaya raya yaitu Colonel Theodore Lucassen yang juga merupakan pemilik Pabrik Gula Kemanglen. Lucassen inilah yang mengerahkan insinyur-insiyur muda asal Skotlandia untuk merancang pabrik-pabrik gula di Tegal yang menggunakan teknologi maju pada saat itu.
PG Dukuhwringin sendiri kemudian dikelola oleh putra Lucassen yaitu Nicholas Lucassen, sedangkan untuk PG Kemanglen dikelola oleh Hoeveenar. Pada tahun 1843 kedua pabrik gula milik Lucassen ini menghasilkan gula untuk pertama kalinya. Pada tahun berikutnya Lucassen mendirikan rumah-rumah untuk para pegawai dan karyawan yang dibangun dekat dengan kedua pabrik gula ini. Rumah Lucassen sendiri sangatlah megah, orang-orang Jawa dan Belanda menggambarkan rumahnya sebagai "istana Indo-Eropa salah satu yang terindah dan termegah ada di Jawa" pada saat itu..
Disekitar komplek pabrik juga dibangun stasiun Dukuhwringin, stasiun ini terletak jalur kereta api Tegal-Balapulang yang diresmikan pada tahun 1885 oleh perusahaan kereta api swasta Javasche Spoorweg Maatschappij (JSM), yang kemudian jalur ini dibeli oleh perusahaan kereta api swasta Semarang–Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS).Kemudian jalur kereta api ini perpanjang hingga ke Stasiun Prupuk , jalur kereta api ini dioperasikan terutama pada pengangkutan gula yang distribusikan juga oleh PG Dukuhwringin dan PG Kemanglen. Namun Stasiun Dukuhwringin ini sudah lama non aktif dan bekasnya sendiri tidak diketahui, hingga saat ini lokasi tepatnya Stasiun Dukuhwringin masih menjadi misteri.
Tidak jauh dari lokasi Pabrik Gula Dukuhwringin tepatnya disebelah timur terdapat sebuah Klinik yang berawal dari Balai Pengobatan perusahaan gabungan pabrik gula se Karesidenan Pekalongan. Klinik ini berdiri pada tahun 1917 bernama "Kliniek Doekoewringin van de Vereenigde Suikerfabrieken" atau Pusat kesehatan Pabrik Gula Dukuhwringin yang sekarang ini menjadi RSUD Dr. Soeselo Slawi. Bangunan Klinik ini sekarang menjadi pelayanan paru di RSUD Dr. Soeselo Slawi.
NV Cultuur Maatschappij Doekoewringin didirikan pada tanggal 21-22 Februari 1897, tujuan didirikannya NV ini yaitu membuat undang-undang untuk mengoperasikan perusahaan industri gula. Pada tahun 1863 PG Dukuhwringin pertama kali menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan NHM Nederlandsche Handel-Maatschappij, sebuah perusahaan dagang milik pemerintah Hindia Belanda untuk mengekspor hasil gula ke Eropa. Sejak tahun 1897, Factorij bertindak sebagai utusan NV Cultuur Maatschappij di Hindia Belanda. Sejak 1 Agustus 1937, NHM bertindak sebagai direktur; pelaksanaan praktis dari tugas manajemen PG Dukuhwringin berada pada Divisi Kedua dari kantor pusat di Amsterdam. Pada tahun 1930 an merupakan masa kejayaan gula di Nusantara, saat itu komoditas gula sangat laku dipasaran Internasional, perusahaan industri gula termasuk PG Dukuhwringin melakukan ekspor gula ke Eropa dan wilayah lainnya.
Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, Pabrik gula ini pernah mengalami penjarahan dan pengrusakan. Berbeda dengan Pabrik Gula Kemanglen yang dibumihanguskan oleh Jepang, Pabrik Gula Dukuhwringin tidak ikut dihancurkan oleh Jepang, melainkan Pabrik ini berubah menjadi pabrik tekstil yang dikelola oleh pemerintah Kekaisaran Jepang, namun tidak berlangsung lama karena Jepang akhirnya kalah pada Perang Dunia II.
Pada Juli 1947 saat Agresi Militer Belanda, kontrol perusahaan Pabrik Gula Kemanglen dan juga Pabrik Gula Dukuhwringin diperoleh kembali oleh Belanda, Belanda berupaya menghidupkaan kembali kedua pabrik gula ini. Namun upaya yang dilakukan untuk menghidupkan kembali Pabrik Gula Dukuhwringin ternyata sia-sia, begitu juga Pabrik Gula Kemanglen yang kondisinya sama buruknya. Pada akhirnya keberlangsungan perusahaan terbukti tidak menguntungkan. Pada tahun 1950 rapat pemegang saham memutuskan untuk melikuidasi kedua perusahaan pabrik gula ini, proses ini akhirnya selesai pada tahun 1956, kemudian komplek Pabrik Gula Kemanglen dan juga Dukuhwringin secara resmi dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1957.
Kondisi saat ini
Saat ini bekas lokasi Pabrik Gula Dukuhwringin digunakan sebagai Markas Komando Brigade Infanteri 4 (Brigf Dewa Ratna) kodam Diponegoro, Slawi. Hingga sekarang bangunan utama pabrik sudah dibongkar, tidak berbekas. Namun, beberapa bangunan bekas petinggi pabrik gula digunakan kembali pada lingkungan Brigif Dewa Ratna, seperti Taman Bermain dan Wisma Jendral Ahmad Yani. Disekitar kompleks pabrik ini dulunya terdapat Stasiun Dukuhwringin yang memiliki percabangan ke arah pabrik untuk pengangkutan distribusi gula.
Hal ini dibenarkan oleh Kasi Intel Brigif-4 / Dewa Ratna yaitu Mayor Inf Jendro Narpriyanto. "Wisma Jendral Ahmad Yani sampai sekarang masih ditempati oleh pimpinan" kata beliau. Dia menjelaskan, Brigif 4 / Dewa Ratna diresmikan pada tanggal 12 April 2007. Sebelumnya pada tanggal 18 Januari 1962, Pangdam IV / Diponegoro saat itu Brigjen Sarbini resmi membentuk Brigif 4 dengan lambang Dhuja "Dewa Ratna" terhitung mulai 1 Oktober 1961 sebagai Hari Lahir Brigif 4 / Dewa Ratna.
Terkait dengan tinjauan historisny, Mayor Jendro Narpriyanto menunjukkan sisa-sisa rel kereta lori dan bekas bangun peninggalan Belanda yang masih ada. "Namun tidak seberapa seperti pinggiran jalur rel KA Stasiun Slawi-Purwokerto yang dulunya digunakan untuk pengangkutan distribusi gula" ujar beliau.
Disebelah timur PG Dukuhwringin dulunya terdapat sebuah Klinik berdiri pada tahun 1917 yang bernama 'Kliniek Doekoewringin van de Vereenigde Suikerfabrieken' (pusat kesehatan perusahaan pabrik gula dukuhwringin) yang sekarang menjadi RSUD Dr. Soeselo Slawi. Beberapa rumah-rumah Belanda didepan RSUD Dr. Soeselo yang dulunya merupakan bagian dari rumah pegawai pabrik dan klinik telah dibongkar pada akhir tahun 2020.
Untuk Rumah Pegawai PG Dukuhwringin yang masih bisa dilihat yaitu di sebelah barat SMA Negeri 2 Slawi tepatnya sebelah utara jalan yang terdapat beberapa rumah peninggalan Belanda yang terbengkalai.
Lihat Pula
Pabrik Gula lainnya yang ada di Tegal
Terkait dengan penulis artikel ini :
- Email : zulmuhaiminh@gmail.com
- No.Telp : 081990401104
Referensi
- ^ Knight, G. R. (1994). "Gully Coolies, Weed-Women and Snijvolk: The Sugar Industry Workers of North Java in the Early Twentieth Century". Modern Asian Studies. 28 (1): 51–76. ISSN 0026-749X.
- ^ Network, Ayo Media. "Mengulik Sejarah, Mako Brigif-4/Dewa Ratna Dulu Ternyata Pabrik Gula". AyoTegal.com. Diakses tanggal 2021-03-07.
- ^ "heddema-000622-p (GensDataPro Site)". www.nazatendevries.nl. Diakses tanggal 2021-03-07.
- ^ "Archief van de NV Cultuur Maatschappij Doekoewringin, [1867] 1897-1956 (NL-HaNA - 2.20.01) - Archives Portal Europe". www.archivesportaleurope.net. Diakses tanggal 2021-03-07.
- ^ Knight, Roger (1999). "The Visible Hand in Tempo Doeloe: The Culture of Management and the Organization of Business in Java's Colonial Sugar Industry". Journal of Southeast Asian Studies. 30 (1): 74–98. ISSN 0022-4634.