MRT Jakarta

sistem angkutan cepat di Indonesia
Revisi sejak 3 Desember 2021 01.31 oleh NaufalF (bicara | kontrib)

Moda Raya Terpadu Jakarta (disingkat MRT Jakarta atau MRTJ, bahasa Inggris: Jakarta Mass Rapid Transit) adalah sistem transportasi rel angkutan cepat di Jakarta. Proses pembangunan moda transportasi ini dimulai tahun 2013. Jalur pertama layanan MRT Jakarta dioperasikan tanggal 24 Maret 2019, menjadikannya layanan moda raya terpadu pertama yang beroperasi di Indonesia.[1][2]

MRT Jakarta
Info
PemilikPemerintah Provinsi DKI Jakarta
WilayahJakarta, Indonesia
JenisAngkutan cepat, Transportasi umum
Jumlah jalurMRT 01-MRT 10 (MRT 03-MRT 10 dalam perencanaan)
Jumlah stasiun13 beroperasi
Penumpang harian91,000
Kantor pusatKompleks Wisma Nusantara lantai 21
Jalan M.H. Thamrin No. 59
Kelurahan Gondangdia, Kecamatan Menteng
Jakarta Pusat 10350
Situs webwww.jakartamrt.co.id
Operasi
Dimulai24 Maret 2019; 5 tahun lalu (2019-03-24)
OperatorPT Mass Rapid Transit Jakarta (Perseroda)
Waktu antara5 Menit (Jam Sibuk) 10 Menit (Diluar Jam Sibuk)
Teknis
Panjang sistem110,8 km (rencana)
Lebar sepur1.067 mm (ft 6 in) Lebar sepur Cape
Listrik1.500 V DC (listrik aliran atas)
Peta MRT Jakarta

Berkas:Foto5-bigg.jpg

Layanan MRT Jakarta dioperasikan oleh PT MRT Jakarta (Perseroda), badan usaha milik daerah DKI Jakarta. Jalur yang telah beroperasi saat ini merupakan jalur sepanjang 15,7 km yang menghubungkan Stasiun Lebak Bulus dengan Stasiun Bundaran HI.[3]

Sejarah

Perencanaan dan latar belakang

 
Peron Stasiun MRT Fatmawati

Ide pembangunan MRT di Jakarta telah dicetuskan sejak 1985 oleh Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi saat itu, B. J. Habibie. Pihak BPPT mengatakan bahwa pertumbuhan populasi di Jakarta menurun antara tahun 1985 hingga 1990. Namun, pertumbuhan kota satelit Jakarta tinggi sehingga mobilitas warga dari ibukota ke Bodetabek sangat besar. Jalan-jalan di Jakarta dinilai akan tidak mampu lagi mengakomodasi mobilitas penduduk. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu moda transportasi yang mengakomodasi mobilitas masyarakat dari wilayah Bodetabek.[4][5]

Diperkirakan sekitar empat juta penduduk di wilayah Jabodetabek menglaju setiap harinya. Masalah transportasi ini mulai menarik perhatian politik. Pada tahun 2004, studi oleh Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) mengungkapkan bahwa pertumbuhan kendaraan di Jabodetabek yang sangat cepat akan mulai berakibat pada arus lalu lintas. Jika tidak ada terobosan untuk membangun sebuah sistem transportasi publik yang utama, hal tersebut akan mengakibatkan kemacetan yang semakin padat dan semakin parah. Hal ini jika terjadi secara berlanjut, maka pada tahun 2020 semua penduduk akan terhalang kemacetan bahkan pada saat baru keluar dari garasi mereka.[6]

Transportasi umum yang ada di Jakarta juga baru melayani sekitar 56% dari komuter sehari-hari. Angka ini tentunya harus ditingkatkan lagi mengingat pertumbuhan populasi kendaraan yang cukup tinggi. Rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor di Jakarta berjumlah 9,5%, sementara untuk pertumbuhan panjang jalan hanya mencapai 0,1% pada rentang tahun 2005 hingga 2010. Hal ini tentunya harus disiasati dengan suatu kebijakan untuk mengurangi dan mencegah terjadinya kemacetan yang sangat parah.[7]

Rencana pembangunan MRT Jakarta telah digulirkan dari masa ke masa sebagai salah satu pilihan untuk mengurai kemacetan. Pada tahun 1996, pemerintahan Presiden Soeharto menetapkan pembangunan MRT Jakarta dengan rute Blok M–Stasiun Jakarta Kota sepanjang 14 km dan dibangun di bawah tanah. Namun, usaha ini gagal akibat adanya krisis ekonomi 1997–1998. Pada tahun 2000, proyek ini kembali dilanjutkan setelah kondisi sosial-politik ekonomi Indonesia membaik. Ketika itu kajian tentang Rencana Induk Transportasi Terpadu untuk Jabodetabek (Study on Integrated Transportation Master Plan for Jabodetabek – SITRAMP) tahap I dimulai. Poin utama dari SITRAMP I adalah pengkajian ulang proyek MRT rute Fatmawati–Monas dan pemasangan konsep untuk SITRAMP II. Atas permintaan Pemerintah Indonesia, JICA mendapat kepercayaan oleh Pemerintah Jepang untuk mengerjakan kajian SITRAMP II yang berlangsung sejak November 2001 sampai Maret 2004. JICA menawarkan rute Fatmawati–Monas dengan beberapa alternatif desain pembangunan kepada pemerintah yang didapatkan setelah melakukan studi kelayakan.[4] Meskipun begitu, usaha untuk membangun MRT baru diseriuskan kembali pada tahun 2005. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan MRT Jakarta sebagai proyek nasional. Dari penetapan ini, proses-proses persiapan pembangunan jalur pertama MRT Jakarta dimulai. Pemerintah Jepang juga bersedia untuk memberikan pinjaman pada proyek nasional ini.[5][8]

Pengembangan pertama

 
Terowongan jalur bawah tanah Stasiun Dukuh Atas semasa pembangunan

Proses pengembangan jalur pertama MRT Jakarta dimulai saat Presiden SBY menetapkan sistem ini sebagai proyek nasional. Pada November 2006, ditandatangani perjanjian pinjaman pertama kepada JICA untuk proyek MRT. Perjanjian tersebut memuat pendanaan studi dan pendanaan pekerjaan konstruksi untuk jalur pertama MRT.[9][10] Pada tanggal 17 Juni 2008, Pemerintah DKI Jakarta mendirikan PT MRT Jakarta sebagai perusahaan badan usaha milik daerah penunjang pembangunan dan pengoperasian MRT Jakarta.[5][11]

Pengerjaan desain dasar jalur pertama ini dilakukan pada tahun 2010 hingga 2012. Pada tanggal 26 April 2012, pencanangan persiapan proyek Jalur Utara–Selatan MRT Jakarta dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.[12] Setahun setelahnya, pada tanggal 11 Juni 2013 ditandatangani tiga kontrak proyek pertama, yaitu konstruksi lintasan bawah tanah.[13] Sementara itu, kontrak untuk lintasan layang ditandatangani pada tanggal 10 Oktober 2013.[14] Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya konstruksi oleh Gubernur Joko Widodo.[15]

Konstruksi lintasan fase pertama Jalur Utara–Selatan telah tersambung sepenuhnya pada tanggal 29 November 2017.[16] Mulai tanggal 12 Maret 2019, jalur ini dibuka untuk umum dalam kegiatan uji coba publik terbatas yang berlangsung hingga sebelum peresmian.[17] Jalur pertama MRT Jakarta resmi dioperasikan pada tanggal 24 Maret 2019 setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.[1][2][3]

Pengembangan lanjutan

Pada saat yang sama dengan peresmian fase pertama Jalur Utara–Selatan, Presiden Joko Widodo juga mencanangkan pembangunan fase kedua Jalur Utara–Selatan.[1][2][3] Proses konstruksi fase kedua ini, khususnya fase IIA dinilai akan terlambat dari target. Hal ini disebabkan adanya Pandemi COVID-19 yang berimbas pada anggaran serta proses pelelangan kontrak. Akibatnya, ada beberapa paket kontrak yang digabung dan dilakukan secara pengadaan langsung. Target pembangunan segmen pertamanya yang awalnya selesai tahun 2024, diyakini akan terlambat hingga tahun 2025.[18][19] Hingga saat ini, proses pembangunan untuk fase ini masih berlangsung. Berbeda dengan fase sebelumnya, fase kedua ini telah didesain untuk dibangun dengan konsep kawasan berorientrasi transit sehingga memudahkan pengguna untuk beralih moda transportasi.[20] Sementara itu, untuk fase IIB hingga saat ini masih dalam studi kelayakan.

Pendanaan

 
Rangkaian Ratangga yang terparkir di Depo Lebak Bulus

Tahap 1 (Lebak Bulus–Bundaran HI) didanai pinjaman lunak dari JICA (Japan Internasional Cooperation Agency) dengan tenor pinjaman 30 tahun dan masa tenggang 10 tahun dimana pembayaran pertama dilakukan 10 tahun setelah penandatanganan perjanjian pinjaman sampai 30 tahun setelahnya. Tingkat bunga yang dikenakan sebesar 0.25% per tahun.[21]

Tahap 2 (Bundaran HI–Kampung Bandan) didanai dengan skema serupa namun tenor 40 tahun dan juga dengan masa tenggang 10 tahun. Pencairan pertama pinjaman dikenakan bunga 0,1% per tahun. Pendanaan tahap 2 ini memuat sebagian kecil dari kekurangan anggaran tahap 1, yang disebabkan antara lain dengan adanya pemutakhiran peraturan pemerintah mengenai pencegahan dampak gempa bumi.[22]

Jaringan

Nama Jalur Fase Diresmikan Terminus Stasiun Panjang Depo
Beroperasi
  Utara–Selatan 1 24 Maret 2019 Lebak Bulus
Bundaran HI
13 15,7 km Lebak Bulus
Tahap pembangunan
  Utara–Selatan 2A April 2025
Agustus 2027
Bundaran HI
Kota
6 5,8 km Lebak Bulus
Direncanakan
  Utara–Selatan 2B TBA Kota
Ancol Barat
3 5,2 km Ancol Barat
  Timur–Barat 3A TBA Kalideres
Cempaka Baru
TBA 20,1 km TBA
  Timur–Barat 3B TBA Cempaka Baru
Ujung Menteng
TBA 11,6 km TBA
TBA 4 2027 Fatmawati
Taman Mini
10 ±12 km Kampung Rambutan
(rencana awal)

Lin Utara–Selatan

 
Salah satu rangkaian MRT meninggalkan Stasiun Haji Nawi

Jalur Utara–Selatan merupakan jalur pertama MRT Jakarta. Jalur ini menghubungkan daerah Lebak Bulus di selatan dengan Ancol di utara. Jalur ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu Fase I dan Fase II. Jalur ini memiliki warna merah di peta sehingga disebut juga dengan Red Line.

Fase I Jalur Utara–Selatan merupakan jalur sepanjang 15,7 km yang menghubungkan Stasiun Lebak Bulus dengan Stasiun Bundaran HI. Stasiun ini melayani 13 stasiun meliputi 7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah. Pembangunan fase ini dimulai pada tanggal 10 Oktober 2013.[15] Pada tanggal 24 Maret 2019, fase ini mulai beroperasi penuh setelah diresmikan pada tanggal yang sama.[1][2][3] Fase ini memiliki fasilitas depo di Lebak Bulus sebagai tempat perawatan rangkaian MRT.[23]

Fase II Jalur Utara–Selatan merupakan pembangunan kelanjutan dari Fase I yang memiliki panjang total 13,3 km. Fase ini menghubungkan Stasiun Bundaran HI dengan Stasiun dan Depo Ancol. Tahap II terbagi dalam dua tahap pembangunan, yaitu Fase IIA dengan Fase IIB. Fase IIA meliputi pembangunan dari Stasiun Bundaran HI menuju Stasiun Kota. Fase IIB meliputi pembangunan dari Stasiun Kota menuju Depo di Ancol Barat. Pembangunan Fase IIA secara resmi dimulai 24 Maret 2019 bersamaan dengan peresmian Fase I. Pembangunan fisik dari Fase IIA sendiri rencananya baru dimulai pada bulan Maret 2020.[24] Namun karena adanya Pandemi COVID-19, pembangunan Fase IIA terlambat hingga Juni 2020.[25] Diperkirakan, segmen satu dari Fase IIA baru akan beroperasi Maret 2025 setelah sebelumnya ditargetkan selesai Desember 2024.[18][19]

Armada

 
Salah satu Ratangga memasuki Stasiun Blok A

Saat ini, MRT Jakarta menggunakan kereta rel listrik yang diproduksi oleh konsorsium Nippon Sharyo dari Jepang. Rangkaian kereta ini dikenal juga dengan nama Ratangga yang diambil dari kitab karangan Mpu Tantular. Kata Ratangga ini memiliki arti kendaraan beroda, kereta, atau kereta perang dalam bahasa Jawa Kuno.[26][27] Setiap rangkaian terdiri atas enam kereta dengan kereta yang terletak paling depan dan paling akhir memiliki kabin masinis.[28] Kereta ini mulai dikerjakan di Jepang pada tahun 2015 dan mulai didatangkan ke Indonesia pada tahun 2018.[29][30] Rangkaian kereta ini dioperasikan secara otomatis menggunakan sistem persinyalan CBTC dengan operasi kereta otomatis (ATO) di tingkat GoA 2 (STO).[31]

Maskot

Pada tanggal 15 Agustus 2018, MRT Jakarta meluncurkan maskot yang bernama Marti bersamaan dengan aplikasi mobile MRT-J. Marti adalah seorang anak laki-laki berumur sembilan tahun yang melambangkan rasa ingin tahu serta keinginan yang cerah menyongsong masa depan. Maskot ini digambarkan berbentuk bulat dan mirip dengan tampak depan Ratangga. Peluncuran maskot Marti bertujuan untuk memperkenalkan moda transportasi MRT Jakarta kepada masyarakat sebagai sebuah moda transportasi publik baru untuk masa depan Jakarta.[32][33]

Rencana pengembangan

Lin Timur–Barat

 
Peta sistem MRT Jakarta, 2019

Jalur Timur–Barat merupakan jalur kedua MRT Jakarta yang menghubungkan Cikarang di timur dengan Balaraja di barat melewati daerah Jakarta Pusat. Jalur ini memiliki panjang kurang lebih 87 km.[34] Proses pembangunannya sendiri dibagi menjadi beberapa fase. Jalur ini rencananya akan terintegrasi dengan Jalur Utara–Selatan di Stasiun Thamrin.[35]

Fase III merupakan tahap pertama dari pembangunan Jalur Timur–Barat. Fase ini membentang sepanjang kurang lebih 31,7 km yang menghubungkan Ujung Menteng dengan Kalideres. Pada awalnya, fase ini diperkirakan mulai pembangunan pada tahun 2020.[36] Namun, rencana itu molor sehingga diperkirakan pembangunan baru mulai pada tahun 2021.[34] Rencana trase jalur ini berhimpitan dengan rencana jalur LRT Jakarta Velodrome–Dukuh Atas. Sehingga agar jalur LRT tidak mengganggu okupansi penumpang MRT, Pemprov DKI menilai perlu untuk mempertimbangkan opsi menghilangkan rute lanjutan ini atau mengubah trase jalur LRT agar tidak berhimpitan dengan rencana trase fase III.[37]

Fase IV

 
Peron Stasiun Istora Mandiri

Pada bulan Desember 2020 Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar mengumumkan rencana pembangunan Fase 4. Jalur Fase 4 ini menghubungkan Fatmawati dengan TMII sepanjang kurang lebih 12 km. Rute ini dinilai sebagai rute yang paling strategis karena belum ada transportasi rel yang melewati daerah tersebut. Selain itu, rute ini rencananya akan terintegrasi dengan Terminal Kampung Rambutan dan LRT Jabodebek. Saat ini proses telah dimulai untuk studi kelayakan yang selanjutnya dilakukan proses perencanaan desain. Pembangunan fase ini rencananya akan menggunakan skema Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Rencananya jalur ini akan dibangun mulai tahun 2022 dan beroperasi pada tahun 2027.[38][39]

Tarif dan pembayaran

Tarif

 
Kartu Jelajah single-trip

Pada tanggal 26 Maret 2019 tarif MRT Jakarta ditetapkan. Tarif awal yang dikenakan sebesar Rp3.000 sebagai tarif minimal dan bertambah Rp1.000 setiap melewati stasiun. Tarif tertinggi sebesar Rp14.000, yaitu perjalanan dari Stasiun Lebak Bulus ke Stasiun Bundaran HI.[40] Tarif ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 2019.[41]

Metode pembayaran

Kartu Jelajah

 
Mesin tiket otomatis

Dalam rangka memenuhi kebutuhan tiket elektronik pada pengoperasian MRT, PT MRT Jakarta telah merilis tiket elektronik yang diberi nama Kartu Jelajah.[42] Kartu pembayaran ini dirilis dalam dua jenis kartu, yaitu kartu untuk perjalanan tunggal (single-trip) dan kartu prabayar untuk perjalanan berkali-kali (multi-trip). Untuk kartu single-trip hanya bisa digunakan untuk sekali perjalanan dan diwajibkan untuk isi ulang (top-up) dengan rentang waktu maksimal 7 hari setelah pembelian. Sementara untuk kartu multi-trip dapat digunakan berkali-kali selama saldo di dalam kartu masih mencukupi.[43][44] Untuk implementasi Kartu Jelajah multi-trip sebagai metode pembayaran disetujui oleh Bank Indonesia pada tanggal 14 November 2019.[45]

Jak Lingko

Untuk mengoptimalkan angkutan antarmoda, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengimplementasikan cara pembayaran terintegrasi menggunakan kartu Jak Lingko. Program ini merupakan kelanjutan dari program yang ada sebelumnya yakni sistem OK-Otrip. Kartu ini dapat digunakan juga untuk LRT Jakarta, Transjakarta, dam KRL Commuter Line.[46] MRT Jakarta menerima seluruh pembayaran dengan Jak Lingko yang disediakan oleh Bank DKI dan bank anggota Himbara seperti Bank BRI, Bank BNI dan Bank Mandiri.

Kartu elektronik perbankan

Pembayaran MRT Jakarta dapat menggunakan kartu elektronik dari berbagai perbankan. Kartu elektronik tersebut mencakup semua yang dikeluarkan oleh Himbara, yaitu Bank BNI, Bank BRI, dan Bank Mandiri. Selain itu, kartu yang disediakan oleh Bank DKI dan Bank BCA juga diterima oleh MRT Jakarta. Daftar kartu elektronik perbankan yang dapat digunakan dalam pembayaran tarif sebagai berikut.[47]

Aplikasi MRT Jakarta

Pada tanggal 27 April 2020, pembayaran dan pembelian tiket mulai digunakan pada aplikasi buatan PT MRT Jakarta, yaitu aplikasi MRT-J. Pembayaran melalui aplikasi ini menggunakan beberapa layanan dompet digital seperti Dana, LinkAja, OVO, dan GoPay. Setelah pengguna melakukan pembayaran, pengguna hanya perlu mendekatkan ponsel kepada alat pembaca kode QR di pintu penumpang sehingga pintu terbuka otomatis.[48]

Kartu Multi Trip KAI Commuter

Sejak bulan Oktober 2021, Kartu Multi Trip (KMT) Commuter Line dapat digunakan di layanan MRT Jakarta. Meskipun demikian, hingga saat ini penggunaan KMT masih berupa uji coba penerapan bersamaan dengan layanan LRT Jakarta dan Transjakarta.[49][50]

Referensi

  1. ^ a b c d "Jokowi Resmikan MRT di Bundaran HI". CNN Indonesia. 24 Maret 2019. Diakses tanggal 2021-01-12. 
  2. ^ a b c d "MRT Pertama di Indonesia Resmi Beroperasi". VOA Indonesia. 25 Maret 2019. Diakses tanggal 2021-02-20. 
  3. ^ a b c d Farras, Bernhart; Asmara, Chandra Gian (24 Maret 2019). "Resmikan MRT Jakarta, Jokowi: Sebuah Peradaban Baru Dimulai". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2019-03-24. 
  4. ^ a b Santosa, Wimpy; Basuki, Tri (2003). "JAKARTA MASS RAPID TRANSIT PROJECT: AN ECONOMIC REVIEW". Universitas Katolik Parahyangan. 
  5. ^ a b c Gumelar, Galih (12 Maret 2019). "MRT, 'Mimpi' Jakarta Sejak 1985 yang Akhirnya Terwujud". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2021-02-21. 
  6. ^ Dewi, Sita W. (5 Maret 2013). "Grand plan to beat gridlock" . The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). 
  7. ^ Rini, Daryanti Asrining. "Urban Public Transport System in Jakarta" (PDF). Sustainable Development Goals, United Nations. 
  8. ^ Susanto, Agus; et al. (2020). Menuju Ratangga: Kereta Kota Kita. Jakarta: PT MRT Jakarta. 
  9. ^ "Jepang Danai Mega Proyek MRT". detikFinance. 28 November 2006. Diakses tanggal 2021-02-21. 
  10. ^ "Jepang Beri Pinjaman Untuk Pembangunan MRT". ANTARA News. 29 November 2006. Diakses tanggal 2021-02-21. 
  11. ^ "Sejarah". MRT Jakarta. Diakses tanggal 2021-02-21. 
  12. ^ Hamdani, Trio (27 Desember 2019). "Indonesia Akhirnya Punya MRT". detikFinance. Diakses tanggal 2020-12-05. 
  13. ^ Tambun, Lenny Tristia (11 Juni 2013). "Kontrak Proyek MRT Ditandatangani, Pembangunan Segera Dimulai". BERITA SATU. Diakses tanggal 2021-02-20. 
  14. ^ Aziza, Kurnia Sari (8 Oktober 2013). "MRT "Underground" Dimulai, Konstruksi Layang Ditandatangani". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-02-20. 
  15. ^ a b Tambun, Lenny Tristia (10 Oktober 2013). "Jokowi Resmikan Groundbreaking Fisik MRT Jakarta". BERITASATU. Diakses tanggal 2020-12-05. 
  16. ^ "MRT Jakarta focuses on constructing station, depot". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). 1 November 2017. Diakses tanggal 2020-12-05. 
  17. ^ Velarosdela, Rindi Nuris (12 Maret 2019). "Uji Coba Operasi MRT Jakarta untuk Publik Dimulai Hari Ini". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-12-05. 
  18. ^ a b Al Hikam, Herdi Alif (5 Januari 2021). "Akhirnya Proyek MRT Jakarta Fase II Dapat Kontraktor". detikFinance. Diakses tanggal 2021-01-09. 
  19. ^ a b Fadli, Ardiansyah (5 Januari 2021). "Akibat Pandemi, Pembangunan MRT Fase II Molor hingga Agustus 2027". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-01-09. 
  20. ^ Wijaya, Lani Diana (11 Juli 2019). "Gandeng ITDP, MRT Kembangkan TOD di Pembangunan Fase 2". TEMPO.CO. Diakses tanggal 2021-07-03. 
  21. ^ Ramdansyah A., Nur (30 Agustus 2012). "Foke: Pembangunan fisik MRT harus kelar tahun 2016". Kontan.co.id. 
  22. ^ Simorangkir, Eduardo. "Mengintip Skema Pembayaran Utang Pembangunan MRT Jakarta". detikfinance. Diakses tanggal 2019-03-11. 
  23. ^ Umasugi, Ryana Aryadita (29 Agustus 2018). "Melihat Stasiun dan Depo MRT Jakarta di Lebak Bulus". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-02-22. 
  24. ^ Fajar, Taufik (17 Februari 2020). "Ini Tahapan Pembangunan MRT Fase II". okefinance. Diakses tanggal 2021-02-22. 
  25. ^ Umasugi, Ryana Aryadita (29 April 2020). "Imbas Corona, Proyek MRT Jakarta Fase 2 Diundur ke Juni 2020". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-12-06. 
  26. ^ "MRT Diberi Nama Ratangga, Diambil dari Kitab Mpu Tantular". CNN Indonesia. 10 Desember 2018. Diakses tanggal 2021-01-10. 
  27. ^ Nailufar, Nibras Nada (10 Desember 2018). "Ratangga, Nama Baru Kereta MRT Jakarta..." KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-01-10. 
  28. ^ "MRT Jakarta : Ratangga". Himpunan Mahasiswa Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 28 April 2019. Diakses tanggal 2021-01-11. 
  29. ^ Rika, Hesti; Mutmainah, Dinda Audriene (4 April 2018). "Dua Rangkaian Kereta MRT Datang, Siap Uji Coba Agustus". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2021-01-10. 
  30. ^ Yasmin, Puti Aini (5 April 2018). "Gerbong MRT Tiba, Menhub Cek Langsung ke Tanjung Priok". detikFinance. Diakses tanggal 2021-01-10. 
  31. ^ Priatmojo, Dedy (2 Juli 2018). "Bukan Masinis, Ini yang Menggerakan Operasional MRT Jakarta". viva.co.id. Diakses tanggal 2021-01-10. 
  32. ^ Tambun, Lenny Tristia (16 Agustus 2018). "Mau Naik MRT Jakarta? Unduh Dulu Aplikasinya". BERITASATU. Diakses tanggal 2021-03-04. 
  33. ^ Setyaningsih, Wuri (16 Agustus 2018). "PT MRT Jakarta Luncurkan Maskot dan Aplikasi MRT". berita jakarta. Diakses tanggal 2021-03-04. 
  34. ^ a b Anjaeni, Rahma (8 Maret 2020). "MRT targetkan pembangunan jalur fase III bisa dimulai tahun depan". Kontan.co.id. Diakses tanggal 2021-02-22. 
  35. ^ Indraini, Anisa (3 Agustus 2020). "Mengintip Desain 'Wah' 2 Stasiun Baru MRT Jakarta". detikFinance. Diakses tanggal 2021-01-12. 
  36. ^ Anggraini, Rizka Gusti (24 Maret 2019). "MRT Fase III Cikarang - Balaraja akan Mulai Dibangun Kuartal II 2020". katadata.co.id. 
  37. ^ Wijaya, Lani Diana (13 November 2020). "Jalur LRT Velodrome-Dukuh Atas Diubah karena Akan Ganggu MRT Fase 3". TEMPO.CO. Diakses tanggal 2020-12-06. 
  38. ^ "MRT Jakarta bocorkan alasan rencana rute Fatmawati-TMII jadi fase 4". ANTARA News. 10 Desember 2020. Diakses tanggal 2021-02-23. 
  39. ^ Afriyadi, Achmad Dwi (17 Januari 2021). "MRT Jakarta Mau Nyambung Sampai TMII, Sudah Sampai Mana Prosesnya?". detikFinance. Diakses tanggal 2021-02-23. 
  40. ^ Wirayani, Prima (26 Maret 2019). "Semua Sepakat! Ini Dia Tarif Resmi MRT Jakarta Antar-Stasiun". CNBC Indonesia. Diakses tanggal 2021-02-23. 
  41. ^ Nailufar, Nibras Nada (27 Maret 2019). "Tarif MRT Rp 3.000-Rp 14.000 Berlaku 1 April 2019". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-02-23. 
  42. ^ Romadoni, Ahmad (4 Februari 2019). "MRT Kenalkan Tiket Perjalanan Bernama 'Kartu Jelajah'". kumparan. Diakses tanggal 2019-03-22. 
  43. ^ Malik, Dusep (5 Februari 2019). "Mengintip 'Kartu Jelajah', Uang Elektronik untuk Naik MRT Jakarta – VIVA". viva.co.id. Diakses tanggal 2019-03-22. 
  44. ^ Nailufar, Nibras Nada (31 Maret 2019). "Mulai Senin, Naik MRT Pakai Uang Elektronik atau Kartu Harian". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-04-01. 
  45. ^ Sutianto, Feby Dwi (16 November 2019). "Dapat Restu BI, MRT Jakarta Akan Luncurkan Kartu Multi Trip". kumparanBisnis. Diakses tanggal 2021-02-23. 
  46. ^ Natalyn, Ezra; Rachmani, Adinda Purnama (24 Maret 2019). "Anies Sebut MRT Bagian Jak Lingko, Integrasi Transportasi Jakarta". viva.co.id. Diakses tanggal 2019-03-27. 
  47. ^ Prastiwi, Devira. "4 Cara Pembayaran Naik MRT Jakarta dari Uang Elektronik hingga QR Code". Liputan6.com. Diakses tanggal 2019-11-23. 
  48. ^ Rahardyan, Aziz (27 April 2020). "MRT Jakarta Sediakan Aplikasi Tiket via QR-Code, Bisa Dicoba Mulai Hari Ini". Bisnis.com. Diakses tanggal 2021-02-23. 
  49. ^ Anwar, Muhammad Choirul (13 Oktober 2021). "KMT KRL Kini Bisa Dipakai untuk Naik MRT, LRT, dan Transjakarta". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-12-03. 
  50. ^ Yati, Rahmi (12 Oktober 2021). "KAI Commuter Uji Coba Kartu Multi Trip di MRT, LRT, dan TransJakarta Koridor 1". Bisnis.com. Diakses tanggal 2021-12-03. 

Pranala luar