Luwuk, Banggai
Luwuk adalah sebuah kecamatan sekaligus pusat pemerintahan dari kabupaten Banggai, provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Luwuk berjarak 610 kilometer dari kota Palu, ibu kota provinsi Sulawesi Tengah. Setelah pemekaran kecamatan Luwuk Utara, Luwuk Timur dan Luwuk Selatan, kecamatan Luwuk memiliki wilayah seluas 72,82 km² dengan kondisi geografi berbatasan dengan laut dan dikelilingi perbukitan dengan ketinggian mencapai 170 mdpl.
Luwuk | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sulawesi Tengah | ||||
Kabupaten | Banggai | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Drs. Subhan Lanusi, M.Si. | ||||
Populasi | |||||
• Total | 35.074 jiwa | ||||
• Kepadatan | 594,47/km2 (1,539,7/sq mi) | ||||
Kode Kemendagri | 72.01.04 | ||||
Kode BPS | 7202050 | ||||
Desa/kelurahan | 2 desa 8 kelurahan | ||||
|
Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri tahun 2020, kota Luwuk memiliki jumlah penduduk sebanyak 35.074 jiwa.[1] Luwuk digadang-gadang akan menjadi ibu kota provinsi Sulawesi Timur, apabila moratorium pemekaran daerah dicabut dan usulan pemekaran dari provinsi Sulawesi Tengah tersebut disetujui oleh Pemerintah Pusat.
Sejarah
Secara etimologi, Luwuk dari asal kata Luwok, Huk, yang artinya "Teluk". Sebelum menjadi nama Kota Luwuk, wilayah ini merupakan pelabuhan masyarakat Keleke, Asama Jawa dan Soho serta Dongkalan. Dalam perjalanan Pemerintahan, Luwuk ditetapkan menjadi pusat pemerintahan oleh Hindia Belanda pada tahun 1906, ibu kota Afdeling Sulawesi Bagian Timur, kemudian tahun 1908 dipindahkan ke Bau-Bau, Luwuk menjadi pusat wilayah onderafdeling pada tahun 1924. Kampung pertama yang terbentuk di pesisir Luwuk (teluk), yaitu:
- Kampung Asam Jawa, Kepala Kampung Pauh (1901-1926);
- Kampung Soho, Kepala Kampung Toansi Pauh (1926-1963);
- Kampung Dongkalan, Kepala Kampung H. Kailo Sinukun (1940).
Masuknya pemerintahan Jepang tahun 1942, Luwuk menjadi kota pemerintahan Jepang dengan pemimpin bergelar Bunken Kanrikan. Pada tahun 1943, Jepang memerintahkan raja Banggai terakhir Syukuran Aminuddin Amir untuk memindahkan ibu kota Kerajaan Banggai di Luwuk, dan dirinya diangkat sebagai pemimpin dengan pangkat Suco (raja) Banggai. Pada tahun 1952, pemerintah Indonesia menetapkan Luwuk sebagai ibu kota Kepala Pemerintahan Negeri (KPN) Swapraja Banggai, dan pada tanggal 4 Juli 1952 Kota Luwuk ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Banggai, berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959.[2]
Geografi
Luwuk memiliki luas sebesar 59,00 kilometer persegi. Lokasinya berada di lembah antara dua pegunungan yaitu Pegunungan Paka dan Pegunungan Pongoti. Keadaan tanah di wilayah Luwuk bagian selatan terdiri atas tanah liat yang berpasir dan kapur kerang. Sementara itu, di daerah pegunungan khususnya Keleke dan Mangkin Piala, jenis tanahnya adalah neoin. Tanah di daerah pegunungan dijadikan lahan perkebunan karena curah hujan rata-rata berkisar antara 955 - 1.723 mm per tahun. Arah hembusan angin di wilayah Luwuk memiliki ciri khas tertentu. Setiap bulan Maret hingga bulan Mei, angin bertiup ke arah timur. Pada bulan Juni dan Juli, angin bertiup ke arah barat. Angin bertiup ke arah selatan antara bulan Agustus hingga bulan Oktober bertiup angin Selatan. Pada bulan November hingga Desember, angin bertiup ke arah tenggara yang menyebabkan musim kemarau.[3]
Batas wilayah
Luwuk berbatasan dengan wilayah sebagai berikut:
Utara | Kecamatan Luwuk Utara |
Timur | Selat Peling |
Selatan | Kecamatan Luwuk Selatan |
Barat | Kecamatan Pagimana |
Pembagian administratif
Kecamatan Luwuk dibagi menjadi dua desa dan delapan kelurahan, antara lain:
Desa
- Lumpoknyo
- Tontouan
Kelurahan
- Baru
- Bungin
- Bungin Timur
- Karaton
- Keleke
- Luwuk
- Mangkio Baru
- Soho
Iklim
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Rata-rata harian °C (°F) | 23.6 (74.5) |
23.7 (74.7) |
23.9 (75) |
23.4 (74.1) |
24.2 (75.6) |
23.8 (74.8) |
23.5 (74.3) |
23.5 (74.3) |
23.5 (74.3) |
24.1 (75.4) |
23.9 (75) |
23.8 (74.8) |
23.7 (74.7) |
Presipitasi mm (inci) | 107 (4.21) |
111.3 (4.382) |
156.9 (6.177) |
131.2 (5.165) |
143.9 (5.665) |
147.4 (5.803) |
150.9 (5.941) |
116.3 (4.579) |
56.9 (2.24) |
63.9 (2.516) |
93.2 (3.669) |
101.2 (3.984) |
1.380,1 (54,335) |
Rata-rata hari hujan atau bersalju | 21 | 18.2 | 16.9 | 14.1 | 15 | 14.6 | 12.2 | 11.3 | 9.7 | 10.7 | 13.9 | 19.3 | 176.9 |
% kelembapan | 84 | 83.7 | 83.5 | 84 | 83.5 | 82.9 | 80.3 | 77.9 | 76.8 | 78.9 | 81.8 | 83.7 | 81.8 |
Rata-rata sinar matahari harian | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.4 | 12.4 | 12.4 | 12.4 | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.5 | 12.5 |
Sumber: Weatherbase[4] |
Demografi
Suku asli kota Luwuk yakni suku Saluan (Keleke-Soho, Mangkian Piala-Dongkalan, Nambo, Simpoung), suku Balantak, dan suku Banggai (meskipun Kota Banggai sudah berdiri, suku Banggai sudah banyak yang berdiam di Kota Luwuk) Kota ini masuk dalam wilayah Kerajaan Banggai.
Agama
Kota Luwuk merupakan pusat kegiatan keagamaan. Masjid Pertama adalah Masjid Al Hikmah Soho (1920), dirintis oleh Toansi Pauh, Imam Talla, Lengkas, Djafili, Ustadz Ngadimin, kemudian Masjid Mutahidah Dongkalan (1930), yang dirintis oleh Habib Said Al Bakar, Habib Awad Al Bakar, H. Kailo Sinukun, H. Thalib, H. Kalia Makmur, H. Siradjuddin Datu Adam.dan lainnya. Gereja pertama adalah Gereja Bukit Zaitun (1943), perintisnya, Pandeta Tumbelaka, Mantiri. Sedangkan Pusat Pemerintahan berada di wilayah Soho (1906 s/d 1963), Luwuk.
Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020 mencatat bahwa mayoritas penduduk Luwuk beragama Islam yakni 77,52%. Kemudian pemeluk agama Kristen sebanyak 21,43%, dimana Protestan 19,96% dan Katolik 1,47%. Sebagian kecil lagi beragama Hindu 0,60%, Buddha 0,44% dan Konghucu 0,01%.[1]
Sosial
Pendidikan
Kota Luwuk merupakan pusat kegiatan pendidikan di Banggai. Telah ada empat Universitas, yaitu Universitas Muhammadiyah Luwuk (Unismuh), Universitas Tompotika (Untika), Akademi Keperawatan Luwuk (Akper), dan Akademi Normal Luwuk (Amik). Lembaga-lembaga non-formal lainnya, adalah Gaja Madah Colege, Unhas Colege, Unstrat Coleg, LKP Widyagama dan Untad Coleg, serta Yayasan Pendidikan Insan Cita.
Sarana dan Prasarana
Ruang Terbuka Hijau
- Jumlah taman kota: 6 Taman kota
- Luas keseluruhan taman kota: 2 Ha
- Jumlah hutan kota: 1 Hutan kota
- Luas keseluruhan hutan kota: 0,5 Ha
- Jumlah Jalur Hijau Pengaman (JHP): 37 JHP
- Luas keseluruhan JHP: 18 Ha
Jalan Umum
- Arteri/Utama: 5,54 Km
- Kolektor/Penghubung: 32,60 Km
- Lokal/Lingkungan: 45,00 Km
Transportasi
Transportasi Udara
Kota Luwuk mempunyai sebuah bandara nasional yang berada di dalam kota, yaitu Bandara Syukuran Aminuddin Amir, terletak di Desa Bubung, Kecamatan Luwuk Selatan.
Transportasi Laut
Kota Luwuk juga mempunyai sebuah Pelabuhan Nasional yang juga berada di dalam wilayah kota, yaitu Pelabuhan Luwuk, Pelabuhan Luwuk terletak di Kecamatan Luwuk, Kelurahan Karaton.
Transportasi Darat
Transportasi darat di Luwuk meliputi transportasi tradisional dan modern.
Di kota Luwuk sedikitnya telah beroperasi 200 minibus angkutan kota (angkot) yang menjadi komuter utama di kota ini. Satu hal lagi yang unik adalah angkot tersebut disebut sebagai "Taksi" oleh penduduk setempat. Warna angkot ini juga hanya 1, yaitu warna biru tua.
Moda bus hanya digunakan untuk transportasi dalam skala besar dan tidak bersifat publik di dalam kota. Moda ini digunakan untuk mengangkut penumpang antar kabupaten dalam maupun lintas provinsi.
Taksi adalah komuter paling eksklusif di kota ini. Untuk menunjukkan perbedaan dengan 'taksi' angkot, maka penduduk setempat menggunakan kata "argo" (taksi argo) untuk menyebut komuter ini yang mengacu pada argometer yang melengkapi setiap taksi.
Ojek adalah moda transportasi alternatif di kota ini. Sama seperti di kota lainnya, ojek merupakan 'taksi motor' yang selalu siap mengantar penumpang langsung ke tujuannya dengan tarif yang sesuai dengan jarak tempuh tujuannya. Bila di kota-kota lain para tukang ojek menggunakan seragam, maka di kota ini Anda mungkin akan kesulitan untuk menemukannya karena tidak adanya baju seragam bagi para tukang ojek. Namun, Anda bisa menemukannya di sudut-sudut perempatan jalan atau mereka akan menawarkan jasanya langsung jika melewati Anda yang terlihat sedang menunggu di tepi jalan.
Fasilitas
- Fasilitas Bandar Udara Bubung (sekarang nama Bandara sudah diganti nama Raja Banggai, yaitu Syukuran Aminuddin Amir) yang dilayani oleh Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Express Air, Wings Air, dan ke depan akan ditambah dengan Sky Aviation.
- Fasilitas pelabuhan kontainer dan penumpang di Teluk Lalong. Perusahaan pelayaran Mentari dan Tanto Intim Lines melayani muatan kargo, sementara Pelni melayani angkutan penumpang.
- Fasilitas perbankan yang dilayani oleh Bank Mandiri, BNI, BRI, Bank Danamon, Bank BCA, Panin, Bank Sulteng, Bank Mega, Bank Muamalat, dan Mandiri Syariah.
- Fasilitas pendidikan tinggi: Universitas Tompotika Luwuk dan Universitas Muhammadiyah Luwuk.
- Surat Kabar harian Luwuk Post dan tabloid mingguan Media Banggai.
Rencana Pemekaran
Kota Luwuk merupakan ibukota Kabupaten Banggai akan dinaikkan menjadi sebuah kotamadya, maka plot untuk Kota Luwuk bisa meliputi lima kecamatan, yakni, Kecamatan Luwuk, Kecamatan Luwuk Timur, Kecamatan Luwuk Selatan, Kecamatan Luwuk Utara, dan Kecamatan Nambo.
Galeri
-
Pembangunan Luwuk Shopping Mall
-
Kantor Bupati Banggai
-
Dermaga Pelabuhan Luwuk
Referensi
- ^ a b c "Visualisasi Data Kependuduakan - Kementerian Dalam Negeri 2020". www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 24 Februari 2021.
- ^ Buku Sejarah Kabupaten Banggai, Haryanto Djalumang, Rajawali Press, Jakarta, 2012
- ^ Kaunang, I.R.B, Haliadi, dan Rabani, L.O. (2016). Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi (PDF). Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 212–213. ISBN 978-602-1289-43-3.
- ^ "LUWUK, INDONESIA". weatherbase.com. Diakses tanggal 21 Juli 2017.