Said Aqil Siroj

politisi Indonesia
Revisi sejak 1 November 2021 15.53 oleh Fiqih.ald (bicara | kontrib)

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A. (lahir 3 Juli 1953 di Desa Kempek, Cirebon, Jawa Barat) adalah Rais Tanfidziyah / Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama Masa Khidmat 2010-sekarang. Beliau adalah putra kedua dari KH. Aqil Siradj, yaitu seorang Kyai dari desa Kempek, Cirebon, sekaligus pendiri Ponpes Yayasan KH. Aqil Siradj (KHAS). Selain menjadi Ketua Umum PBNU, KH. Said Aqil Siradj juga menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Ats Tsaqafah, Jakarta Selatan[1], dan juga sebagai Pembina Ponpes Yayasan KHAS Cirebon. Pada masa kepemimpinannya, Nahdlatul Ulama banyak sekali memiliki kemajuan dan perubahan besar, baik di bidang pendidikan, fasilitas kesehatan, pendidikan, hingga di bidang perekonomian.

Prof. Dr. K.H.

Said Aqil Siradj

M.A.
Informasi pribadi
Lahir3 Juli 1953 (umur 71)
Cirebon, Indonesia
AgamaIslam
KebangsaanIndonesia
PasanganNur Hayati Abdul Qodir
Anak
  • Muhammad Said Aqil
  • Nisrin Said Aqil
  • Rihab Said Aqil
  • Aqil Said Aqil
Almamater
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Mulai menjabat
27 Maret 2010
Sebelum
Pendahulu
Hasyim Muzadi
Pengganti
Petahana
Sebelum
Komisaris Utama Kereta Api Indonesia
Mulai menjabat
3 Maret 2021
Sebelum
Pengganti
Petahana
Sebelum

Pendidikan

Pendidikan Formal :

Pendidikan Non Formal :

Pondok Pesantren KHAS Kempek, Cirebon (Asuhan KH. Aqil Siradj / ayahanda KH Said Aqil Siradj)

Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri (Asuhan KH. Mahrus Ali)

Pondok Pesantren Al Munawwir, Yogyakarta (Asuhan KH. Ali Maksum)

Pemilihan Ketua Umum PBNU

KH. Said Aqil Siradj terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama (PBNU) periode 2010-2015 dalam Muktamar ke-32 Nahdlatul 'Ulama (NU) di Makassar, Sulawesi Selatan.[butuh rujukan] Beliau unggul dengan perolehan 294 suara dari rivalnya Slamet Effendi Yusuf yang mendapat 201 suara.[butuh rujukan] Sebelumnya, KH Sahal Mahfudz, terpilih menjadi Rais 'Aam PBNU.[butuh rujukan][butuh rujukan] Said Aqil Siraj dan Slamet maju ke putaran kedua setelah memperoleh masing-masing 178 suara dan 158 suara.[butuh rujukan] Keduanya dianggap memenuhi syarat untuk maju dalam putaran kedua pemilihan calon ketua umum PBNU.[butuh rujukan] Dalam tata tertib muktamar seorang calon harus mengumpulkan 99 suara untuk ditetapkan sebagai calon ketua umum. Sementara itu, Sholahuddin Wahid (Gus Solah) hanya mendapatkan 83 suara, Ahmad Bagja (34), Ulil Absar Abdala (22), Ali Maschan Moesa (8), Abdul Aziz (7), Masdar Farid Mas’udi (6). Mereka gagal memperoleh angka 99 suara dari muktamirin sehingga tidak bisa mengikuti putaran kedua.[butuh rujukan]

Kemudian pada Muktamar NU Ke 33 di Jombang, Said Aqil Siroj kembali terpilih sebagai Ketua Umum PBNU untuk periode kedua (2015-2020).[butuh rujukan] Said Aqil Siroj meraih kemenangan dengan mengumpulkan 287 suara dari 412 suara muktamirin.[butuh rujukan] Kandidat lainnya As'ad Said Ali meraih 107 suara, dan Salahudin Wahid 10 suara.[butuh rujukan] Said Aqil Siroj kembali berjanji untuk konsisten tak akan menggunakan NU untuk kepentingan politik.[butuh rujukan] Said mengatakan, agenda yang menjadi prioritasnya adalah pendidikan, kesehatan dan ekonomi.[butuh rujukan]

Di kalangan Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siroj bukanlah orang baru.[butuh rujukan] Ayahnya, Aqil Siroj Kempek adalah seorang kiai di Cirebon dan termasuk dalam jejaring ulama di Karesidenan Cirebon, seperti Benda Kerep, Buntet, Gedongan dan Babakan.[butuh rujukan]

Urutan ke-19 dari 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia

Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A. telah bertahun-tahun termasuk ke dalam daftar 500 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia, dan penghargaan terbaru dirilis pada 1 November 2021, KH Said Aqil Siradj menempati posisi urutan ke-19 dari 500 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh di Dunia versi The Muslim 500: The World's 500 Most Influential Muslims 2022.

Referensi

  1. ^ "Teras". Al-Tsaqafah. 2021-08-12. Diakses tanggal 2021-11-01.