Nasida Ria
Nasida Ria adalah sebuah band kasidah modern Indonesia yang terdiri dari 9 wanita dari Semarang, Jawa Tengah. Bandnya dibentuk pada tahun 1975. Pertamanya, Nasida Ria dikelola oleh H. Mudrikah Zain, tetapi sekarang dikelola oleh Choliq Zain. Band ini merupakan salah satu kelompok kasidah modern tertua di Indonesia.[1]
Nasida Ria | |
---|---|
Asal | Semarang, Jawa Tengah, Indonesia |
Genre | Qasidah moderen |
Tahun aktif | 1975–sekarang |
Anggota | Rien Jamain, Hamidah, Nurjanah, Nadhiroh, Afuwah, Nurhayati, Sofiyatun, Thowiyah, Uswatun Khasanah, Titik Mukaromah, Nazla Zain, Alfiatul |
Sejarah
Nasida Ria dibentuk di Semarang, Jawa Tengah pada tahun 1975 oleh HM Zain, seorang guru qira'at; Zain sebelumnya berpengalaman dengan kelompok campur Assabab.[1][2] Zain mengumpulkan sembilan siswinya untuk menjadi band: Mudrikah Zain, Mutoharoh, Rien Jamain, Umi Kholifah, Musyarofah, Nunung, Alfiyah, Kudriyah, dan Nur Ain.[2] Grup ini awalnya hanya menggunakan rebana sebagai alat musik.[2] Nantinya, wali kota Semarang Iman Soeparto Tjakrajoeda, yang juga merupakan penggemar mereka, menyumbangkan suatu organ untuk membantu Nasida Ria, dan juga memperlancar pelajaran musik mereka.[2] Mereka kemudian hari mendapatkan gitar bas, biola, dan gitar.[2]
Album debut Nasida Ria, Alabaladil Makabul, dibuat tiga tahun kemudian dan dipasarkan oleh Ira Puspita Records.[1] Lagu mereka berdasarkan dakwah dan menarik ilham dari musik Arab.[2] Tiga album mereka berikutnya menggunakan tema yang sama dan banyak berbahas Arab.[2] Setelah saran dari kyai Ahmad Buchori Masruri bahwa lagu mereka akan lebih efektif jika semuanya berbahasa Indonesia, gaya Nasida Ria diubah; Masruri juga menulis lagu untuk mereka dengan nama samaran Abu Ali Haidar.[2]
Gaya Nasida Ria yang baru ternyata popular, dengan beberapa lagu mereka seperti "Pengantin Baru", "Tahun 2000", "Jilbab Putih", "Anakku", dan "Kota Santri", banyak diputar di radio, baik di pedesaan maupun kota.[2] Mereka juga muncul di telivisi nasional dan melakukan tur di seluruh Indonesia.[2]
Pada tahun Nasida Ria mengadakan konser di Malaysia untuk merayakan Tahun Baru Islam pada tanggal 1 Muharram.[1] Enam tahun kemudian, mereka diundang ke Berlin, Jerman untuk bermain di Die Garten des Islam (Pameran Budaya Islam) oleh Haus der Kulturen der Welt.[1] Pada bulan Juli 1996, mereka kembali ke Jerman untuk Festival Heimatklange, dengan acara di Berlin, Mülheim, dan Düsseldorf.[1]
Setelah tahun 2000, Nasida Ria lebih jarang suksesnya.[2] Beberapa anggota diganti karena telah meninggal atau keluar dari band.[2]
Nasida Ria sekarang dimarkaskan di Semarang.[1] Manajernya adalah Choliq Zain, anak dari HM Zain.[2]
Nasida Ria kini memiliki 12 personil yaitu Hj. Rien Djamain, Hj. Afuwah, Hj. Hamidah, Hj. Nadhiroh, Hj. Nurhayati, Hj. Nurjanah, Hj. Thowiyah, Sofiyatun, Uswatun Khasanah, Titik Mukaromah, Nazla Zain & Alfiatul Khoiriyah. Selain itu Nasida Ria juga memiliki grup untuk juniornya yang bernama Qasidah ezzurA.
Gaya
Menurut Suara Merdeka Nasida Ria mencampurkan gaya Arab klasik dengan instrumen Barat modern.[2] Penulis lagu untuk kelompok musik ini sering mengadaptasi irama Arab tradisional.[2] Lagu mereka, biarpun terkait dengan dakwah, juga menyinggung isu-isu pers, keadilan, lingkungan, bencana, judi, dan perang; Masruri menyatakan bahwa bahkan lagu dengan tema duniawi masih berdasarkan Al-Qur'an.[2]
Penghargaan
Nasida Ria telah menang beberapa penghargaan, termasuk dari PWI pada tahun 1989.[1] Lagu mereka "Perdamaian", ditulis oleh Masruri, sering ditayangkan di stasiun radio pada musim Lebaran selama berpuluh tahun, dan pernah dikover oleh band Gigi pada album mereka: Raihlah Kemenangan.[2][3] "Kota Santri" pernah dikover oleh Krisdayanti dan mantan suaminya Anang Hermansyah.[2]
Koran Republika mencatat bahwa Nasida Ria diikuti berbagai pemusik kasidah modern pada tahun 1990-an, termasuk Haddad Alwi dan Sulis. Sementara di Malaysia, genre tersebut menjadi terkenal dengan grup seperti Raihan, Rabbani, Hijjaz dan Saujana.[4]
Diskografi
Sampai bulan Juli 2011, Nasida Ria telah mengeluarkan 35 album, termasuk dua yang berbahasa Arab.[1][2] Ini termasuk 350 lagu.[2]
- Maha Pengasih (1978)
- Ya Nabi Salam (1979)
- Selamat Jumpa (1980)
- Sholawat Nabi (1981)
- Perdamaian (1981)
- Lingkungan Hidup (1982)
- Kemana Aku Lari (1982)
- Pantun Gembira (1983)
- Ingat Hari Depan (1983)
- Dunia Dalam Berita (1984)
- Merdeka Membangun (1985)
- Tahun 2000 (1985)
- Wahastuni (1986)
- Anakku (1986)
- Manusia Seutuhnya (1986)
- Siapa Bilang (1987)
- Rayuan Judi (1987)
- Keadilan (1988)
- Masih Banyak Yang Halal (1989)
- Surga Di Telapak Kaki Ibu (1990)
- Cita Cita Mulia (1991)
- Usaha dan Do'a (1992)
- Ucapan Hikmah (1993)
- Nabi Muhammad Mataharinya Dunia (1994)
- Anugerah dan Karunia (1995)
- Sesal Tiada Berilmu (1996)
- Reformasi (1998)
- HAM HAM HAM (1999)
- Tabah (2000)
- Nusantara Bersatu (2001)
- Satu Juta Satu (2002)
- P.R.T (2003)
- Air Mata Do'a (2006)
- Cahaya Ilmu (2009)
- Nasida Ria Reborn (2018)
- Ayo Berzakat (2020) [single]
- Selamat Lebaran (2020) [single]
- Kebaikan Tanpa Sekat (2020)
- Selamat Jalan (2021) [single]
Rujukan
- Catatan kaki
- Daftar pustaka
- "Kasidah, Ya Nasida Ria..." Suara Merdeka. 31 Juli 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-25. Diakses tanggal 25 December 2011.
- "Musik dalam Peradaban Islam". Republika. 10 Juli 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-25. Diakses tanggal 25 December 2011.
- Nursanti, Ida (20 August 2004). "Grup Kasidah Nasida Ria Tetap Eksis". Suara Merdeka. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-25. Diakses tanggal 22 December 2011.
- Taufiqurrahman, M. (22 October 2006). "Rock bands turn God-loving during Ramadhan". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-25. Diakses tanggal 25 December 2011.