Bahasa Sunda Bogor

variasi geografis bahasa Sunda yang dituturkan di wilayah Bogor

Bahasa Sunda Bogor[2] (bahasa Sunda: ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮧᮌᮧᮁ, translit. Basa Sunda Bogor) atau dialek Bogor[3] adalah sebuah dialek dari bahasa Sunda yang dituturkan di wilayah Bogor dan sekitarnya. Dialek ini memiliki memiliki beberapa perbedaan dengan bahasa Sunda standar/dialek Priangan dan lebih berhubungan dekat dengan bahasa Sunda Banten,[4] tetapi penutur dialek ini masih mengenal Tatakrama bahasa Sunda (sistem tuturan honorifik pada bahasa Sunda) seperti yang digunakan pada dialek Priangan meskipun penggunaannya tidak terlalu ketat.[butuh rujukan]

Bahasa Sunda Bogor
Basa Sunda Bogor
ᮘᮞ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮧᮌᮧᮁ
Dituturkan diIndonesia
Wilayah Jawa Barat
Penutur
± 7.1 juta (2020)[1]
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia Lihat butir Wikidata
    • Melayu-Polinesia Lihat butir Wikidata
      • Melayu-Sumbawa atau Kalimantan Utara Raya (diperdebatkan)
    • Bahasa Sunda Bogor
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehIndonesia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kode bahasa
ISO 639-3
Glottologbogo1241
Lokasi penuturan
  Area di mana bahasa Sunda Bogor adalah mayoritas
  Area di mana bahasa Sunda Bogor adalah minoritas
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat
Peta bahasa di Bogor

Ciri-ciri khusus bahasa Sunda yang digunakan di wilayah kabupaten Bogor diduga dapat terjadi dalam berbagai tataran kebahasaan; misalnya, dalam bidang fonologi, morfologi, leksis, sintaksis, semantik, dan beberapa ciri prosodi seperti pitch, stress, dinamik, tempo, jeda, intonasi, dan kontur. Keseluruhannya dipergunakan dalam pengucapan bahasa Sunda sehari-hari.[5]

Kedudukan dan peranan

Oleh para pemakainnya, bahasa Sunda Bogor dianggap memiliki peranan yang sangat penting, sejalan dengan situasi dan kepentingan pemakaian bahasa, hal ini sesuai dengan kedudukannya sebagai bahasa daerah dengan fungsi bahasa Indonesia. Di mana bahasa Indonesia juga memiliki peranan penting di samping penggunaan bahasa Sunda dialek Bogor bagi para penuturnya.[6]

Kedudukan bahasa Sunda Bogor cukup kuat, sesuai dengan fungsinya sebagai alat komunikasi intra daerah dan budaya. Bahkan menurut informasi dari para pejabat setempat, bahasa Sunda Bogor sering sangat membantu penyampaian informasi dari atas ke bawah, serta dari pejabat dan aparat kepada rakyat. Dilihat dari segi penggunaannya yang seperti itu, di samping sebagai bahasa daerah, bahasa Sunda Bogor mempunyai kedudukan dampingan bagi bahasa Indonesia, termasuk dalam menjalankan administrasi pemerintahan yang sifatnya lisan.[6]

Kekhasan

Secara geografis, wilayah pemakaian bahasa Sunda dialek bogor meliputi hampir seluruh daerah kota dan Kabupaten Bogor,[7] kecuali beberapa daerah seperti Gunungsindur, Rumpin, Jasinga Raya (menggunakan dialek Banten) dan Cibinong yang digolongkan menggunakan dialek atau bahasa yang berbeda.[8] Dialek Bogor memiliki beberapa leksikon-leksikon atau unsur-unsur leksikal yang khas dipergunakan di wilayah kabupaten Bogor, di antaranya yaitu:[9][10]

  • "sangeuk" berarti "malas" (bahasa Sunda standar: horéam);
  • "nyaneut" berarti "mengudap" (bahasa Sunda standar: ngopi);[a]
  • "joré" berarti "jelek" (bahasa Sunda standar: goréng);
  • "tundun" berarti "rambutan" (bahasa Sunda standar: rambutan);[11]
  • "doang" berarti "saja" (bahasa Sunda standar: hungkul); misal dalam kalimat "ngan boga hiji doang" yang berarti "hanya punya satu saja";
  • "nyaah" berarti "sayang" (bahasa Sunda standar: lebar) dalam konteks menyesali; misalnya "nyaah, ari duit jang dipaké ulin hungkul mah" yang berarti "sayang, jika uang hanya dipakai untuk bermain saja." Dalam bahasa Sunda standar, kata "nyaah" hanya diperuntukkan untuk manusia atau makhluk hidup lainnya, namun dalam dialek Bogor, bisa digunakan untuk semua benda termasuk benda mati.
  • "kékéncéng" berarti "wajan" (bahasa Sunda standar: katél[b]);
  • "cucurak" berarti "makan bersama" (bahasa Sunda standar: botram); merupakan sebuah tradisi pada masyarakat Sunda pada zaman dahulu, di mana setelah mereka pulang berladang mereka akan melakukan makan bersama dengan rekan-rekan mereka dengan beralaskan daun pisang;
  • "enéng" berarti "anak" dalam konteks pronomina tanpa memandang jenis kelamin, dalam bahasa Sunda standar, dibedakan menjadi dua yaitu: anak perempuan=enéng, anak laki-laki=ujang;
  • "tilok" berarti "jarang" (bahasa Sunda standar: tara);
  • "sampé"/"nyampé" berarti "sampai" (bahasa Sunda standar: tepi/nepi);
  • "ilok" berarti "masa" (bahasa Sunda standar: piraku/maenya) dalam bentuk adverbia; misalnya "ah, ilok bisa kitu?" berarti "ah, masa bisa seperti itu?
  • "sipeunteu" berarti "mencuci muka" (bahasa Sunda standar: tamas) dalam tingkatan bahasa halus (bahasa Sunda: basa hormat/basa lemes), dalam konteks bahasa formal/biasa, kedua dialek sama-sama menggunakan kata "sibeungeut";
  • "nyaré" (bersal dari kata "saré" yang bermakna "tidur") berarti "menginap" (bahasa Sunda standar: ngéndong);
  • "parangsa" berarti "kukira" (bahasa Sunda standar: panyana); contoh kalimatnya: "parangsa téh saha, ari pék téh manéh" yang berarti "kukira siapa, ternyata kamu";
  • "danas" berarti "nanas" (bahasa Sunda standar: ganas);[12]
  • "aseupan" berarti "kukusan" (bahasa Sunda standar: haseupan);
  • "hi'id" berarti "kipas bambu" (bahasa Sunda standar: hihid);
  • "purukuyan" berarti "pedupaan" (bahasa Sunda standar: parupuyan);
  • "silaru" berarti "laron" (bahasa Sunda standar: siraru);
  • "tumbiri" berarti "pelangi" (bahasa Sunda standar: katumbiri);
  • "teprok" berarti "bertepuk tangan" (bahasa Sunda standar: keprok);
  • "cérécét" berarti "saputangan" (bahasa Sunda standar: carécét);
  • "réhé" berarti "sepi" (bahasa Sunda standar: tiiseun/sepi);
  • "endek" berarti "akan" (bahasa Sunda standar: arék);
  • "haju" berarti "lalu"/"terus" (bahasa Sunda standar: laju);

Fonologi

Vokal

1. Vokal[13]
Depan Tengah Belakang
Tinggi i o
ɤ
Sedang ə
Agak Rendah ɔ
Rendah a

Konsonan

2. Konsonan[13]
Cara Ucapan Dasar Ucapan
Bibir Ujung Lidah Daun Lidah Punggung Lidah Anak Tekak
Letus nirsuara p t c k ʔ
bersuara b d j ɡ
Geser nirsuara s h
bersuara
Nasal m n ɲ ŋ
Sampingan l
Getar r
Luncuran w y

Macam dan Distribusi bahasa Sunda Bogor

Macam fonem bahasa Sunda di daerah kabupaten Bogor terlihat pada bagan di bawah ini.

Distribusinya adalah sebagai berikut:
/p/: Konsonan letus, tak bersuara, bibir[14]
Misalnya:
[pɛdɛt] 'burung ketilang'
[ʔɔmpɔd] 'penakut'
[gɘlap] 'guntur'
/b/: Konsonan letus, bersuara, bibir[14]
Misalnya:
[bɘgɔg] 'kera'
[surubahaʔ] 'serabi'
[kɘkɘb] 'tempat nasi bertutup'
/m/: Konsonan sengau, bibir[14]
Misalnya:
[mɘrɘñiʔ] 'makan sedikit-sedikit'
[lɘmpɘh] 'bubur tepung'
[gɘtɘm] 'masam budi'
/w/: Konsonan luncuran, bibir[14]
Misalnya:
[wadaŋ] 'nasi kemarin'
[cincaw] 'cincau'
/t/: Konsonan letus, tak bersuara, ujung lidah[15]
Misalnya:
[tapay] 'tapai'
[kɔtek] 'congek'
[salimut] '(penganan)'
/d/: Konsonan bersuara, ujung lidah, letus[15]
Misalnya:
[dɘlitan] 'mudah tersinggung'
[pandariŋan] 'tempat menyimpan beras'
[kalɛkɛd] 'lamban'
/s/: Konsonan tak bersuara, ujung lidah, letus[15]
Misalnya:
[sɘkutɘŋ] 'sekoteng'
[?asɤm] 'asam'
[nanas] 'nanas'
/l/: Konsonan ujung lidah, sampingan[15]
Misalnya:
[lɛtɘran] 'literan beras'
/rc/: Konsonan ujung lidah, getar[15]
Misalnya:
[rampadan] 'baki kuningan'
/c/: Konsonan tak bersuara, daun lidah, letus[15]
Misalnya:
[cɛdɛt] 'burung ketilang'
/j/: Konsonan bersuara, daun lidah, letus[15]
Misalnya:
[jɘjɘnkok] 'bangku kecil'
/j/: Konsonan daun lidah, sengau[16]
Misalnya:
[ñɛndɛr] 'menyandar'
/ɛ/: Vokal depan, agak rendah, tak bundar[17]
Misalnya:
[ñɛndɛr] 'menyandar'

Catatan

  • Konsonan letus pada posisi akhir tidak dilepas.[17]
  • Konsonan /c/, /j/, sengau /ñ/, serta vokal tidak terdapat pada posisi akhir.[17]
  • Konsonan /k/ pada posisi akhir diucapkan jelas, tidak dilepas dan tidak berupa hamzah (glotal).[18]
  • Bunyi hamzah /ʔ/ pada awal kata yang dimulai dengan vokal, pada tengah kata di antara dua vokal yang sejenis dan pada akhir kata dengan suku terbuka tidak bersifat fonemis.[18]

Keterangan

  1. ^ dalam dialek Bogor, kata ngopi lebih dikenal sebagai aktivitas meminum kopi, seperti pada bahasa gaul
  2. ^ serapan dari bahasa Belanda

Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

Daftar pustaka

Pranala luar